Celotehan Sok Bijak

INDONESIA DARURAT TOLERANSI

Kamis, Desember 13, 2018

Img Src: ngompol.co.id

Intoleransi ada dimana-mana sekarang. Saya sedikit banyak mulai jenuh melihat semakin brutalnya kegiatan tersebut pada masa-masa politik ini. Sebagian besar dipolitisasi demi kepentingan beberapa orang atau kelompok.

Tapi yang akan Saya bahas disini bukan perkara politik. Saya ingin berbicara mengenai polemik sebuah petisi yang mengharuskan KPI memblokir promosi Sho*ee. Alasannya simple, mereka adalah BLACKPINK, mengenakan gaun seronok katanya, tidak pantas dilihat oleh anak kecil. Dude, what the f*.

Menurut Saya, hal ini sudah terlalu berlebihan. Semua orang sekarang sangat bebas menyuarakan ketidaksukaannya terhadap suatu hal. Kalau satu orang saja bisa melakukan hal tersebut, apakah tidak berimbas kepada ketidaksukaan orang lain juga? Mulailah orang-orang lain menunjukkan ketidaksukaannya di internet, memanggil koloni yang memiliki kesamaan dalam ketidaksukaan. Lalu menyuarakan ketidaksukaan menggunakan perisai HAM? Freedom of Speech. Elaaaaaaah..

Begini ya, untuk orang tua yang masuk golongan sedikit-sedikit tidak suka akan suatu hal, tolonglah pola pikirnya dirubah. Bukan Kalian saja yang memiliki suatu ketidaksukaan atau ketidaksetujuan dimuka bumi ini, semua orang punya. Apakah jika kami sebagai makhluk hidup yang juga boleh bebas berpendapat memiliki ketidaksukaan dengan Kalian, kami akan melaporkan dan memboikot kalian? TIDAK KAN?

Sebenarnya orang tua sekarang sudah terlalu dimanja, tidak seperti orang tua dulu. Apakah kalian tidak mampu mendidik anak? Setahu Saya, dulu orang tua Saya, pun orang tua seluruh teman Saya tidak pernah sampai ingin memboikot film Putri Duyung di In*osiar karena mereka memakai pakaian seronok, pun tidak pernah juga orang tua kami ingin memboikot film Tuyul & Mbak Yul karena adanya Tuyul yang hanya memakai celana dalam bertelanjang dada berkeliaran bebas. Dan, setahu Saya orang tua kami tidak pernah ingin memboikot film Warkop DKI karena mereka sering menampilkan wanita-wanita seksi. STOP, janganlah jadi manusia yang arogan.

Seringnya Saya menonton seluruh film yang Saya sudah sebutkan diatas, lantas tidak pula menjadikan Saya birahi berlebihan hingga sekarang. Tidak pula setiap hari Saya selalu membayangkan betapa indahnya wanita jika memakai pakaian minim. Tidak pernah pula Saya memiliki niatan pergi ke Mall untuk sekedar lihat wanita berpakaian seksi.

TAHU KENAPA? Orang tua Saya berhasil mendidik Saya dengan benar, tanpa harus memboikot sana-sini menyatakan ketidaksukaannya pada suatu hal menggunakan perisai agama. Jika Anda sebagai orang tua mengerti akan mendidik anak, seharusnya Anda tidak perlu takut.

Saya gunakan analogi sederhana, biar semua bisa mencerna. Oke?

......

Ada seorang siswa ketakutan setengah mati, karena jam 9 nanti ada ujian, dan dia belum belajar. Atau, memang dia terlalu malas untuk belajar. Akhirnya, dia mencontek.

Ada seorang siswa lain, tidak ketakutan meskipun jam 9 nanti ada ujian. Dia tadi malam sudah belajar, dan yakin akan kemampuan dia untuk menjawab pertanyaan dengan benar.

......

Paham?

Ketakutan akan seseorang muncul karena pribadinya tahu dia tidak bisa melalui hal yang ditakutkan tersebut.

Maukah kalian KPI menerapkan sensor untuk susu sapi lagi? Maukah kalian KPI menerapkan sensor untuk Sandi Tupai dalam film Spongebob Squarepants lagi? PENASARAN MANUSIA LEBIH TINGGI DARI PADA BIRAHI. CATAT. Semakin kalian para orang tua menutup-nutupi apa yang mereka ingin tahu, semakin pula mereka mencari. Lebih baik kalian yang mengajarkan sejak dini, kan? Daripada mereka mengetahuinya melalui lingkungan? Beruntung jika lingkungannya memberitahu dengan cara positif, bagaimana jika lingkungannya mengedukasi melalui hal negatif? Untuk itulah SEX EDUCATION penting, hal ini bukanlah hal tabu yang harus disembunyikan dari anak. Tujuannya, agar anak dapat memilah mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang boleh dan mana yang dilarang. Bukan malah memboikot semua makhluk hidup dimuka bumi ini yang berpakaian seksi semata demi menyelamatkan masa depan anak.

Oh iya, emang dengan cara seperti itu menurut Anda anak-anak akan terselamatkan masa depannya? Pikir ulang.

Berpatokan pada agama? Oke, Saya bisa jawab.

Indonesia memiliki 5 Agama dan 1 Kepercayaan, sudah disahkan oleh Negara. CMIIW..

Seluruh agama mengajarkan kebaikan (sudah mencakup semua hal yang menurut Anda baik). Agama mana sih, yang mengajarkan kita membenci? Agama mana sih yang mengajarkan kita membunuh? Agama mana sih, yang mengajarkan kita menggunakan emosi? Coba sebutkan agama apa? Bisa?

Salah satu agama ingin selalu damai? Haha, semua agama menginginkan hal itu!
Salah satu agama ingin tidak dicampuri? Haha, maaf Saya ketawa sekali lagi. Semua agama menginginkan hal itu!

Banyak manusia saling mengkafirkan manusia belakangan ini. Berlagak jadi paling suci dan ber-iman, berlagak ber-ilmu tinggi. SUCI MAKSIMAL, kalau kata Jason Ranti.

Beda keyakinan, dimusuhi.
Sama keyakinan, beda aliran dimusuhi.
Sama keyakinan, sama aliran, beda pendapat, dimusuhi.

Mau kalian itu sebenarnya apa? Keributan dimana-mana? Kerusakan dimana-mana?
Install dulu Player's Unknown Battle Ground di Desktop PC kalian, buat belajar nembak.
Atau karna kalian sudah terlalu sering memainkan game tersebut, jadi menginginkan yang lebih real?

Apasih tujuan kalian itu sebenarnya?

Ingin diakui?
Ingin kekuasaan?
Atau ingin apa?

Media sosial itu diciptakan untuk digunakan dengan baik, dengan semestinya. Bukan untuk memulai keributan. Bukan untuk membuat perbedaan, bukan untuk menyebar kemarahan. Kasian para developer jika Anda menggunakan ciptaan mereka dengan tidak semestinya.

Mau, kalian hidup seperti dulu?
Mau, kalian hidup tanpa internet?
Mau, kalian hidup tanpa media hiburan? Dimana seluruh Negara sedang berlomba-lomba akan ilmu pengetahuan, kita disini masih berlomba-lomba untuk saling merasa benar, saling tidak mau mengalah, tidak legowo, sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit melapor. Berhentilah menjadi manusia seperti itu, berhentilah jadi manusia dengan level arogansi dan intoleransi yang sangat tinggi.

Saya pribadi, sudah muak.
Read More »

Daily Absurd

ORANG TUA, TEMAN DAN PENDADARAN

Rabu, Desember 12, 2018


Saya tidak akan menyangka, kami begitu spesial.

Saya ingin merekap semuanya dalam satu tulisan. Dengan hati yang paling dalam, Saya persembahkan tulisan ini untuk teman-teman yang terbagi menjadi dua kubu, dan mengatasnamakan dirinya Black Cobra & Red Dragon ketika disuruh salah satu Dosen untuk membentuk sebuah kelompok belajar pada mata kuliah yang diampu. Kami adalah satu kesatuan!

Dan, terlebih kepada kedua orang tua Saya yang sangat spesial. Mereka adalah orang tua SUPER. Benar kata Stan Lee "Not All Super Hero Wear Capes".

26 November 2018.

Hari dimana Saya diharuskan untuk berbicara didepan tiga orang Dosen.

Pertama, Dosen pembimbing
Kedua, Dosen penguji
Dan ketiga, Dosen penguji.

Saya harus mempresentasikan apa yang telah Saya buat dalam beberapa bulan terakhir, dengan tenaga dan waktu yang sangat-sangat terkuras, jam tidur yang dipotong habis hanya untuk mengerjakan revisi dari Dosen pembimbing skripsi.

....

Kita mulai dari awal.

Saya adalah tipe mahasiswa pemalas, empat semester lamanya Saya mengambil mata kuliah Skripsi, tetapi tidak pernah dikerjakan. Entah kenapa, Saya pikir mungkin karena masih ada beberapa teman yang juga mengikuti jejak Saya untuk tidak memperdulikan skripsi. Atau, mungkin, Saya yang mengikuti jejak mereka.

Pada semester ke-tiga pengambilan skripsi, tiga dari beberapa teman akrab Saya ternyata sudah berhasil menyelesaikan. Kemudian masuk pada tahap wisuda. Bangga? Jelas! Saya sebagai seorang teman sangat bangga melihat mereka berhasil melalui tahap skripsi hanya dalam waktu satu semester! Tapi, munafik jika Saya tidak iri melihat keberhasilan mereka. Saya meniatkan diri untuk menuntaskan skripsi pada semester ke-empat pengambilan mata kuliah skripsi.

Waktu berlalu, Saya menjadi semakin malas! Mendapatkan Dosen dengan banyak aturan. Pada tahap pembuatan proposal, Saya sempat mandek satu bulan karena tidak adanya niat untuk memperbaiki revisi.

Lalu datang tamparan keras. Orang tua Saya yang notabene sudah pensiun dari BUMN tidak memiliki uang lebih untuk memberikan beasiswa sehari-hari bagi anaknya. Padahal perencanaan awal sudah matang. Sebelum pensiun orang tua Saya telah merencanakan keuangan yang benar-benar baik, dengan catatan "Saya harus lulus, tepat empat tahun. Atau boleh kurang". Rencana berubah, Saya menjadi seorang mahasiswa pemalas yang kerjanya tidur pada pagi hari, lalu bangun sore hari, dengan value yang dihasilkan adalah nol (0).

Orang tua Saya berbicara, jika mengulur waktu untuk semester depan, mereka terpaksa meminjam dari salah satu bibi Saya yang lumayan berada. Membayarnya? "Dipikir sambil jalan" kata orang tua Saya.

Perasaan bersalah muncul, kemudian dengan niat gegap gempita sembari menggendong perasaan bersalah yang teramat sangat, Saya melanjutkan skripsi.

Dalam waktu tiga bulan, Saya bisa menyelesaikan keseluruhan BAB. Meskipun menguras waktu, tenaga, dan jam tidur tidak akan bisa memperbaiki kesalahan Saya kepada orang tua.

Saya mendaftar presentasi skripsi dengan waktu yang sangat mepet, tak masalah Saya tidak tidur dua hari, asal wisuda tepat waktu! Pikir Saya.

Saya mendapat jadwal pada tanggal 26 November 2018. Hari dimana Saya harus mempresentasikan apa yang sudah Saya kerjakan dalam beberapa bulan terakhir. Hari-hari yang lumayan berat, karena harus mengerjakan semuanya hampir sendiri. Saya bilang hampir karena ada beberapa teman Saya yang masih stay di Jogja membantu dalam pengerjaan.

Ahmad Murtafik. Seorang sarjana yang sudah sibuk dengan pekerjaannya dibidang kreatif. Bekerja sama dengan beberapa Artis, Penyanyi, & Youtuber ternama. Jam terbangnya sudah tinggi! Tapi dengan ikhlas membantu Saya dalam pengerjaan Produksi & Pasca Produksi pembuatan skripsi. CATAT! Dia tidak pernah menolak ketika Saya meminta bantuan! TANPA bayaran!

Oh iya, Saya lupa, terimakasih juga telah meminjamkan keseluruhan alat shoot dalam tahap produksi, fik.

Beberapa teman yang sudah lulus memilih untuk kembali ke kampung halaman masing-masing. Mereka sibuk dengan kehidupan barunya, dan Saya sebagai teman turut senang mereka sudah mendapatkan pekerjaannya masing-masing.

Dua hari sebelum hari-h presentasi, Saya menghubungi mereka semua melalui sebuah grup chatting. Mengatakan bahwa pada tanggal 26 November 2018, adalah jadwal Saya melakukan prensentasi skripsi.

Banyak dari mereka mengatakan tidak bisa hadir! Kecewa? Jelas! Dimana mereka ketika Saya yang adalah teman akrabnya membutuhkan semangat? Padahal ketika mereka semua berada diposisi Saya, Saya selalu datang dan membantu, memberikan semangat. Naif memang. Itulah buruk Saya.

Hari minggu, tepat satu hari sebelum Saya melakukan pendadaran. Smartphone Saya berdering, lalu Saya angkat.

"Dimana?"
"Di kos, knp?"
"Jangan kemana-mana, aku udah di McD Sudirman"
"Ngapain?"
"Lah kan besok kau pendadaran bangsat?"

Percakapan singkat yang membuat Saya sangat kagum, sekaligus senang. Padahal sebelumnya teman Saya mengatakan bahwa tidak bisa datang karena kesibukan barunya. Saya sudah memaklumi, meskipun sedikit munafik.

Malam sebelum Saya melakukan pendadaran, hampir semua teman akrab Saya di Jogja berada didalam kamar kos Saya. Berbicara seperti biasa, layaknya kontrakan yang pernah kami tinggali selama dua tahun.

Tau apa yang mereka berikan? Ya, semangat. Kegugupan Saya, kekhawatiran Saya akan besok hampir bisa dipastikan hilang karena mereka semua menyemangati Saya.

"Apa yang kau takutkan gak bakalan ada besok". Itulah kata mereka, dan Saya mempercayainya. Karena mereka sudah pernah berada diposisi Saya.

26 November 2018, Hari-H

Belum habis tadi malam, pagi ketika Saya bangun tidur, Saya mendapati ada teman Saya yang sudah tidur dikamar. Padahal sebelumnya dia masih berada di Jakarta untuk mendaftar pekerjaan.

Bangsat! Naik kereta katanya tadi malam dan baru sampai Jogja ketika subuh.

Senang? Jelas! Keperdulian mereka kepada Saya adalah keperdulian yang tidak ternilai harganya. Bukan perkara uang, tapi kebersamaan.

Semua teman-teman Saya berkumpul, memberikan dukungan! Sebelum Saya selesai dan keluar dari ruang pendadaran, mereka sudah melakukan sesi foto untuk menunjukkan betapa ekspresi Saya seperti orang bodoh ketika didalam. Haha lucu. Ketika selesai, mereka semua masuk kedalam untuk memberikan Saya selamat.

Meskipun gemetar Saya belum hilang sepenuhnya, Saya sudah bisa ketawa karena melihat tingkah laku jenaka mereka. Kesibukan mereka semua hilang seketika dalam satu hari, hanya untuk berkumpul dan merayakan.

Bagaimana dengan nilai? Jelas Saya mendapatkan yang terbaik! Saya boleh sombong! Keberhasilan Saya turut dibantu oleh semua teman-teman Saya, terlebih kepada Ahmad Murtafik. Maaf Saya ralat, bukan keberhasilan Saya, tetapi keberhasilan kami semua!

Saya senang bukan kepalang!

....

Kesenangan itu tidak ingin Saya bagikan hanya kepada teman-teman Saya. Orang tua yang sedari malam sudah memberikan semangat dan doa kepada Saya juga harus tahu bahwa anaknya sudah berhasil, dan mendapatkan nilai yang sangat-sangat memuaskan!

"Mak, Gipsy sudah selesai sidang pendadaran. Dapat Nilai A" Kata Saya melalui sambungan telepon.
"Puji Tuhann, Mamak betul-betul bangga sama Gipsy!" Sontak Ibu Saya menangis. Bahkan tulisan ini pun tidak bisa mewakili kebahagiaan Ibu Saya! Dia adalah orang tua SUPER!

Kemudian Saya berbicara melalui telepon dengan Ayah Saya.

"Pak, Gipsy sudah selesai sidang pendadarannya, dapat nilai A pak"
"Yang benar? Puji Tuhan, Tuhan mengabulkan doa Bapak Gip. Kerja kerasmu membuahkan hasil yang baik. Bersyukurlah kepada Tuhan." Jawab Ayah Saya yang dari sambungan telepon terdengar bahwa dia sedang menangis.

Betapa bahagianya Saya hari itu, betapa senangnya Saya hari itu. Keberhasilan Saya, adalah keberhasilan mereka juga. Keberhasilan orang tua Saya!

Dan, Saya juga memberitahukan kepada kedua kakak Saya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Respon mereka sangat positif, dan Saya senang. Tuhan baik kepada Saya, sepanjang hari!

Teman-teman Saya, Orang tua Saya, dan Kakak Saya, adalah hadiah dari Tuhan untuk membuat hari-hari Saya begitu terasa spesial. Terasa menyenangkan. Saya berterimakasih Kepada Tuhan akan itu semua!

Saya ucapkan juga terimakasih kepada kedua orang tua Saya, kedua kakak Saya, dan kepada seluruh teman-teman Saya. Terimakasih dalam segala hal, terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian! Kalian semua luar biasa!

Salam hangat


Dari Gipsy Soritua Marpaung yang sebentar lagi menyandang gelar S.Kom.
Read More »

Review

THE NIGHT COME FOR US: GORE YANG KETERLALUAN [REVIEW]

Senin, Desember 10, 2018

THE NIGHT COME FOR US: GORE YANG KETERLALUAN [REVIEW]
Img src: imdb.com
Catatan: Ini adalah review pribadi, dari seorang yang lumayan mengerti film.

Sinopsis: "Ito, a gangland enforcer, is caught amidst a treacherous and violent insurrection within his Triad crime family upon his return home from a stint abroad."

Film ini dirilis oleh Netflix, dimana semua orang yang memiliki akses internet dapat menonton. Saya yang terlalu sering menonton film aksi dari dunia barat yang rata-rata sudah dibalut dengan teknologi CGI jadi ikut-ikutan meng-compare film ini dengan film aksi barat yang sudah banyak Saya tonton.

Film garapan Timo Tjahjanto ini Saya rasa terlalu gore, dan brutal. Entah apa tujuannya, tetapi dari awal hingga akhir, Saya tidak menemukan penguatan karakter didalamnya, meskipun sudah dibumbui dengan flashback. Pada menit-menit pertama Saya masih bisa memaklumi banyaknya adegan kekerasan yang terlalu brutal, darah dimana-mana, tulang patah, dan seluruh adegan sadis yang berlangsung. Setelah lebih dari 30 menit, kebosanan Saya mulai datang. Saya pikir, akan ada istirahat sejenak dari bunuh-bunuhan dan saling pukul antar seluruh warga film, nyatanya kekerasan datang silih berganti.

Sebenarnya hal tersebut yang membuat Saya jenuh, tidak ada penguatan antar karakter utama ataupun karakter lain yang turut berperan penting dalam cerita. Sepanjang isi film hanya ada adegan sadis, dimana levelnya sudah sangat keterlaluan untuk ditonton. Ini karena Saya mengcompare film ini dengan film aksi barat yang menurut Saya meskipun tidak dibalut dengan 'banyak darah' tetapi jalan cerita masih bisa dinikmati.

Film mainstream seperti ini sebenarnya sudah banyak, tetapi dengan apa yang banyak Saya baca, western movie tidak berani mengambil langkah membuat film aksi terlalu gore, entah apa alasannya. Menurut Saya, film ini hanya menitik beratkan cerita pada aksi, dan melupakan cerita dibalik aksi tersebut. Salah satu alasan Saya berkata seperti ini adalah: Alasan bagi seorang Ito (Joe Taslim) menyelamatkan seorang bocah itu apa? Yang Saya tangkap hanyalah, dia tidak ingin melihat banyaknya pembantaian, atau dia ingin menebus dosa selama 3 tahun bersama TRIAD, atau dia ingin sekali saja melihat kehidupan.

Lalu tidak ada alasan lain bagi seorang Ito (Joe Taslim) dalam menyelamatkan seorang bocah yang Saya tidak tahu sebenarnya dia itu siapa. Kenapa harus dia? Kenapa tidak orang lain?

Jika disandingkan lagi dengan film aksi Indonesia yang sudah banyak beredar, Saya mengakui bahwa pengambilan gambar sudah baik dan 'enak' dilihat. Tetapi dari segi cerita, dan plot, Saya tidak benar-benar bisa memahami esensi apa yang didapat.

Tanpa mengurangi rasa hormat, Saya rasa film Indonesia sudah maju dan berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, harapan besar bagi Saya untuk film Indonesia dapat bersaing dipasaran Internasional. Begitu pula The Night Come For Us, terimakasih sudah menyuguhkan film bercita rasa Internasional, dengan para pemain hebat didalamnya.

Ratting Pribadi: 6,5/10

Btw, Dian Sastro tetep cantik ya hehe.
Read More »