Karya

Dari Kegelapan Menuju Cahaya [HARI KARTINI] [PUISI]

Jumat, April 21, 2017

Dari Kegelapan Menuju Cahaya [HARI KARTINI] [PUISI]
Img src: id.wikipedia.org

Kartini
Kau adalah ibu bangsa
Seorang wanita muda, yang berjuang demi kata; setara
Dimana cita-cita wanita kala itu hanya sampai diambang mata
Tapi kau tak menerimanya begitu saja

Kartini
Jepara dan rembang menjadi saksi bisu perjuanganmu
Dimana tak banyak mata memandang susahmu kala itu
Lelah, tak masalah. Asal perjuangan dapat tertuju
Meskipun surat-suratmu selalu berisikan pilu
Yakinmu, Tuhan pasti akan sigap membantu

Kartini
Tahukah kau, namamu tak pernah luput dari ingatan setiap anak
Kebaikanmu pun akan terus di ingat hingga kelak
Dimana hari ini bangsa mengelu-elukan namamu
Mengingat sisa-sisa perjuangan keras seorang wanita yang sedang dirundung pilu

Feminis dan emansipasi
Suatu perjuangan yang tak akan pernah mati hingga nanti

Dari kegelapan menuju cahaya
Awal mula perjuangan seorang Kartini muda
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Entahlah, Aku Tak Tahu [PUISI]

Senin, April 17, 2017

Puisi Romantis Untuk Seorang Wanita
Img src: (unknown) PM me if u have this pic


Lakumu terlalu tabu bagiku
Logikaku tak dapat menerka rasamu
Kata 'tidak' dapat berarti sesuatu yang teramat ambigu
Entahlah, aku tak tahu

Barang kali kau mau mengajariku
tentang sebuah makna "bagaimana"
Agar kelak aku dapat tahu "mengapa"
Dan tak ada lagi kata dengan tanda tanya

Jika memang tidak, kenapa harus ada sesuatu yang membuatku menunggu
Jika memang iya, kenapa lakumu bagai tanaman putri malu
Disentuh sakit, meninggalkan sembab yang sedikit sendu
Entahlah, lagi-lagi aku tak tahu

Tapi

Setidaknya, aku sudah melakukan sesuatu
Dengan tidak serta merta membawa peduli apa yang akan aku dapat darimu
Entah itu sakit ataupun luka yang terlalu pilu
Tak apa, ikhlasku sudah terpatri padamu
- Gipsy Marpaung
Yogyakarta, 2017.
Untukmu, satu-satunya wanitaku.
Read More »

Karya

Kau datang [PUISI]

Sabtu, April 01, 2017

Kau datang [PUISI]
img src: google.co.id

Kau datang
Setelah hampir putus asaku
Menunggu, namun tak kunjung bertemu

Kau tahu?
Aku seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan oleh orang tuanya
Senang bukan kepalang!

Dan kau harus tahu
Tak pernah semangatku terbakar dipagi hari jika bukan untuk menjemputmu.

Lama tak bertatap muka
Sedikit ragu aku melihat wajah manismu dipagi itu
Suaramu tetap sama, meskipun sedikit berubah karena Ibu kota.

Wanitaku
Raut wajahmu berbeda ketika kita bertemu
Ada apa dengan dirimu?
Siapa yang berani menyakiti seorang sepertimu?

Wanitaku
Sepertinya kau baru mengalami hari kelabu
Hingga wajah manismu harus menanggung pilu

Wanitaku
Kenapa tak kau beritahu aku?
Apakah aku hanya orang asing dimatamu?
Atau, apakah aku hanya pengganggu harimu?

Andai saja aku bisa menjagamu
Tak akan kubiarkan orang lain mengganggu hari indahmu
Tak akan kubiarkan orang lain merusak pelangiku

Andai saja
Haha

Wanitaku.

Tak apalah aku memanggilmu seperti itu
Dimataku, kau masih tetap wanitaku
Tak bisa kau larang aku
Kau tidak memiliki hak atas hatiku

Yogyakarta, musim penghujan 2017
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Janji yang Selalu Tertunggu [PUISI]

Sabtu, April 01, 2017

Puisi Romantis
img src: jawaban.com

Harapan palsu

Beberapa bulan lalu
Kau tiba-tiba menghubungiku
Setelah sekian lama tak pernah bertanya kabar
Akhirnya kau meluangkan waktu menanyaiku

Aku kalap dan tenggelam dalam gembira
Mimpi apa aku semalam? Wanitaku menyapa dan menanyakan kabarku

Dirimu mengatakan rindu
Lalu aku tersipu malu
Aku mengubungimu, lalu mendengar suaramu yang sudah sekian lama hilang dari gendang telingaku

Benarkah dirimu rindu? Karena aku tak sungkan untuk menyanyikanmu banyak lagu
Berharap kau tidur tak dalam keadaan kelabu

Seperti biasanya, aku menunggu hingga kau terlelap dalam tidurmu

Kau berkata, kau akan pergi mengunjungiku
Tak lama lagi
Itu artinya segera aku melihat wajah manismu dihadapanku

Gembiranya aku, hingga tak sadar kau pernah berkata seperti itu dahulu
Yang mungkin terlupa olehmu

Aku mengiyakan akan menjemputmu
Lalu bertemu
Dan bertukar rindu dengan wanitaku

Tanpa berpikir, apakah nanti saat kau akan datang menemuiku
Kau sudah memiliki pendamping baru
Yang akan melarangmu datang mengunjungiku

Aku tak tahu
Aku hanya harus sabar menunggu waktu
Hingga kau benar-benar datang
Dan rinduku sepenuhnya akan hilang

Berharap kau tak melupakan janjimu
Dan berujung menjadi harapan palsu
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Jangan Ambil Hak Hatiku [PUISI]

Sabtu, April 01, 2017

Jangan Ambil Hak Hatiku Puisi Romantis
img src: embunhati.com


Apa maksudmu?
Selalu memaksaku mencari yang baru

Apa maksudmu?
Selalu memintaku tak mengharapkanmu

Apa maksudmu?
Selalu berharap agar aku membenci dirimu

Sudahlah, tak ada gunanya
Aku sudah nyaman seperti ini
Aku selalu senang melakukan hal ini

Memang
Dimatamu pasti sangat konyol
Tapi tidak untukku

Jika kau memang tidak suka
Silahkan

Tapi, jgn pernah kau melarangku mencintaimu dalam diam
Kau tidak punya hak atas hatiku.
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

SUDAH MISKIN, TAK TAHU MALU! [PUISI]

Rabu, Maret 22, 2017

SUDAH MISKIN, TAK TAHU MALU! [PUISI]

Sudahlah, tak perlu kau kejar angan terlalu jauh
Tak bisakah kau mensyukuri apa yang telah disuratkan untukmu?

Kau itu miskin. Jauh, sangat jauh berbeda dengan teman-temanmu yang hedonis
Ketika yang lain asyik berfoya, sedang kau diam tak bersua

Jangan ikuti intuisimu yang busuk
Tertular otak para kapitalis, membuat hidupmu akan semakin miris

Sudahlah, kau tidak punya apa-apa
Biarlah mereka bergaya karena kedigdayaan orang tuanya

Apa yang kau harapkan?

Menjadi seperti mereka?

Sudahlah, tak perlu kau ikuti mereka terlalu jauh
Tak bisakah kau mensyukuri apa yang telah disuratkan untukmu?
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Kau Adalah Ketidakmungkinan yang Selalu Aku Semogakan

Rabu, Februari 01, 2017

Kau Adalah Ketidakmungkinan yang Selalu Aku Semogakan
Img src:clipartfox.com

Sempurnanya dirimu
Membuatku menemukan retak didalam diriku

Aku pikir, aku tidak mungkin pantas untukmu
Itu juga pasti yang ada dihati orang lain, ketika melihat kita berdua

Aku sadar, bagimu aku adalah sosok asing yang mencoba mendekati
Padahal, tak satupun bakatku bisa melulukan hati

Aku juga sadar, ketika kau selalu bercerita
tentang pria idamanmu
Pria tampan, dan yang pastinya sesuai dengan kesempurnaan dirimu

Aku hanya termangu
Menunggu ceritamu selesai, lalu membisu
Lalu semua ceritamu aku anggap palsu
Hanya sebuah skenario
agar aku sadar bahwa diriku tak pantas disampingmu

Dirimu, kau tak pantas melarangku
Jangan pernah kau larang aku untuk berhenti mencintaimu
Kau tidak memiliki hak atas hatiku
Biarkan cintaku berlalu tanpa sedikitpun kau tahu

Wanitaku,
kau adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan.

-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Dirimu, si Pecinta Hujan

Rabu, Februari 01, 2017

Dirimu, si Pecinta Hujan
Img src: life.idntimes.com

Jogjakarta, musim penghujan

Tak ada yang salah dengan hujan
Jika kau berlari, kau akan tergelincir
Jika kau menengadah, matamu akan kemasukan air

Sering berkata, butir hujan membawa setitik kenangan
Usaha memendam hilang, kembali teringatkan
Walau wangi hujan membawa ketenangan
Tetap saja, ingatan tak bisa terelakkan

Teringat
Kau selalu berkata, hujan membawa cerita tentang kita
Setiap jatuhnya membawa makna yang berbeda
Suara, rintik, dan genangan
Terlalu pahit karena seudah menjadi kenangan

Aku bisa apa?
Aku bukan pawang hujan
Aku juga bukan Tuhan
Apa yang bisa aku lakukan ketika ingin turun hujan?

Jangan berburuk sangka
Aku sangat menikmati hujan
Hanya hujan yang mampu mendekatkan
Meskipun hanya sepintas bayang dan harapan

Apa ini kehendak Tuhan?
Berjodoh hanya dalam bayang hujan
Jika terang, kembali terlupakan

Hei! Aku membenci situasi ini
Tapi tak pernah terpikir untuk menghindari
Apa karena aku masih ingin melanjutkan cerita?
Atau memang, hatiku yang tak bisa menerima?

Ini adalah curahan hati terdalam
Untukmu, yang pernah menjadi wanitaku
Dirimu, si pecinta hujan.
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Maxalmena

Rabu, Februari 01, 2017

Maxalmena
img src: sorry i forgot, email if u have this image!

Sering berharap,
bahwa aku adalah seseorang didalam sepenggal cerita maxalmena

Tertidur
Lalu terbangun beratus tahun kemudian
Hingga wujudmu hilang ditelan zaman
Lalu terlupakan seluruh kenangan

SIAL! Itu tidak akan bisa!
Pancaran matamu, warna lipstikmu,
hingga suara tawamu yang selalu terlukis dimemori otakku
Yang mana hanya kematian yang dapat menghancurkan
Tidur beribu tahun pun tak akan sanggup menghilangkan

Aku sedikit bimbang, tatkala setiap mimpi
malamku terisi sekilas dirimu
Sepintas, lalu menghilang bak ditelan debu

Mimpi mempermainkanku
Atau, kau sengaja masuk untuk merusak malamku?
Begitukah caramu menghancurkan hatiku?

Hei wanitaku, tolong jawab pertanyaanku!
Apakah kau juga memimpikanku disetiap malammu?
Atau sudah bergantikah diriku dengan kekasihmu yang baru?

Aku ingin mencari tahu
Tapi, aku ragu

Lebih baik aku tidur
Berharap seperti maxalmena
Agar bayangmu segera sirna.

- Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Kaum Melarat

Minggu, Oktober 23, 2016

Puisi Kaum Melarat by Gipsy Marpaung
img src: kompasiana.com

Meminta pagi terbeli siang, bukan berbulan
apalagi bertahun.
Engkau tak perlu mengemis meminta, sebut saja
kemudian kan tiba
layaknya tuan meminta pada jin botolnya

Jauh berbeda dari satunya
meminta pagi terbeli entah kapan
harus bekerja, meskipun tak kunjung tiba
ya, timpang dan tak bersua

Disaat seperti ini, inferioritas didalam diriku selalu muncul
dengan tidak sengaja
Ketika mendengar orang lain bercerita
tentang kedigdayaannya
terhadap kaum melarat.

Ah, beruntung saja terlahir dari rahim orang berada
pembelaan kecil penyemangat jiwa

Terpikir pula, apa untungnya bermuram durja
membandingkan tingkatan dan strata
lebih baik aku berusaha
biarpun mati sebelum semuanya tiba.
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Awan Pekat

Senin, Oktober 17, 2016

Awan Pekat
img src: youtube.com

Terdiam dan terpana.
Seperti air yang mengikuti arusnya
Berjalan sebagaimana mestinya
Tak pernah berubah dari pagi menuju senja

Sedikit sama dengan laju kendara
Senja datang, velositas membara
Membawa sedikit maut didalamnya
Awan pekat menanti didepan sana

Tertawa, seperti terkena marijuana
Memberi suka membawa elegi bersama
Indah namun buruk akhirnya
Menggiring suka kedalam duka

Begitu juga dengan rasa disukma
Terpendam jauh didalam jiwa
Berjuang untuk merdeka
Tersiksa rasa tersirat duka

Berdiam dan merasakan lara
Teramat sulit untuk terlupa
Walau dekat sudah dimata
Awan pekat menanti didepan sana

-Gipsy Marpaung

*Terinspirasi ketika sedang berdiam diri didalam sebuah kamar kecil berukuran 3x3. Merenungi nasib percintaan, sedikit mengenang cerita klasik yang pernah tertulis dilembaran sebuah buku seorang biasa*

Suka atau tidaknya tergantung pembaca, jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan karena baru belajar merangkai kata. Bukan seorang pujangga, hanya penikmat kopi disetiap senja.
Read More »

Karya

Kisah Usang

Senin, Oktober 17, 2016

Kisah Usang
img src: kompasiana.com

Teringat ketika aku diujung sana
membunuh waktu menunggu kabar
tak sedetikpun aku merasa bosan
meskipun lelah sudah tak bertuan

Detik demi detik
menanti penulis melanjutkan ceritanya
melaju ke lembar berikutnya
berharap ada hal baik dibaliknya
tetapi yang didapat, melupakan kertas sebelumnya

Apa takdir harus seperti itu?
selalu melupa jika mendapat yang baru

Oh, bukan
bukan kertas takdir yang salah
tetapi diriku yang berulah

selalu melupa, jika bertemu surga lainnya
dan tersadar, jika sepi sudah melanda

maafkan aku, tak bisa menjaga kertas kita
kertas kisah kita berdua

dan sekarang, meskipun kisah itu telah usang
aku kembali teringat
karena aku sekarang sedang merasa kesepian
- Gipsy Marpaung

Kalo mau copy paste silahkan. Yang penting nama penulis jangan tertinggal :)
Read More »

Karya

Kau Bukan Oranjeku!

Minggu, September 11, 2016

Puisi Sastra Tentang Senja
Img Source: www.kompasiana.com

Semerbak oranje berbaur merah
Memberi tanda, atau isyarat tersirat
Dingin angin tak mau kalah merebah
Semakin mengingat dendam kesumat

Termenung sore menunggu gelap
Duduk ditepian memandang jingga,
berharap malam cepat mendekap

Teringat sewaktu kalap
Sumpah serapah sering terucap
Ternyata, oranje menunggu sinar pagi
bukan mencari gelap malam yang sunyi

Kau bukan oranjeku!
Kau bukan oranjeku!
Malam tahu, gelap bukan pengharapanmu
Tetapi dapat memberikan penenang rindu
Apa salah jika mencoba
Arjuna pun juga serupa

Kali ini
Aku ingin sore tahu
Kau bukan oranjeku!
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Sebuah Kertas Kehidupan "Biasa"

Sabtu, Desember 26, 2015

Cerpen Cinta
Img src: khazanah.republika.co.id

Drttt...drttt... Getaran yang berasal dari handphone tua yang memiliki layar retak berhasil mengagetkanku dari lamunan yang sedari tadi membuat aku terdiam mematung. Aku diam beberapa saat, hingga rasa penasaran muncul secara perlahan untuk sekedar melihat sebuah pesan yang sedari tadi meminta untuk dibaca.

From Ana: "Sorry, tidak denganku"

Sebuah kata yang mampu membuatku ingin menghentakkan kepala dimeja cafe ini berulang kali.

"Bodoh!" Aku berteriak, mengutuk diriku sendiri didepan banyak orang.

Tak lama berselang, aku semakin terlihat seperti orang idiot yang kehilangan arah. Seluruh pasang mata para pengunjung cafe melihatku dengan ekspresi muak. Mungkin mereka pikir, aku orang gila yang sedari tadi melamun, kemudian berteriak seperti sedang kesurupan.

Segera aku meninggalkan cafe keparat itu, beserta orang-orang didalamnya. Di titik ini, aku merasa hanya seorang diri. Aku muak! Lagi-lagi aku mengutuk diriku sendiri dengan sumpah serapah yang sedari tadi aku ucapkan dalam hati.

"Anjing!!, aku sangat bodoh!"

Mungkin dengan mengeluarkan makian ini, aku bisa membaik. Tapi, saat ini aku tidak bisa berpikir rasional, semuanya hitam. Sepanjang jalan, aku hanya mendengar suara lalu lalang kendaraan yang melaju dengan velositas tinggi. Ditambah klakson mobil yang sedari tadi selalu ingin berada didepan.

Aku hanya ingin cepat tiba dikamarku, aku masih belum puas mengeluarkan makian dan kutukan yang aku tujukan untuk diriku sendiri. "Kenapa aku sangat bodoh? Kenapa aku bisa berpikir seperti ini?" Kata-kata itulah yang sedari tadi aku pikirkan disepanjang jalan.

....

Jarum jam menunjuk ke angka 10.45, yang berarti aku sudah melamun hampir 5 jam lamanya. Melamunkan hal bodoh, dan mengingat semua kejadian dari titik awal. Titik awal kehancuran didiri sendiri. Seperti bom waktu, yang hanya menunggu menunjukkan angka 0.

....

Ketika aku mengingat semuanya... Aku mulai sadar, bahwa ini semua adalah salahku....

Satu tahun yang lalu, aku duduk disudut ruang tunggu sebuah rumah sakit swasta dikotaku. Menunggu namaku dipanggil oleh Dokter yang sedari tadi sibuk memerika pasien-pasien lain didalam ruangan berdiameter 4x3. Aku menyibukkan diri untuk menghilangkan kebosanan dengan bernyanyi pelan, hampir tak terdengar oleh telingaku sendiri.

"Hendro Dirgantara"

Akhirnya terdengar seorang wanita memanggil kuat namaku. Entah berasal darimana, tetapi aku dapat mendengarnya dengan jelas. Merdu, sangat merdu.

Aku melangkah pelan, menyusuri lorong rumah sakit untuk bertemu dengan dokter. Aku sedang sakit, tiga hari ini badanku terasa dingin, setiap pagi aku selalu bergetar kedinginan dan kepalaku selalu terasa berat.

Setibanya diruangan dokter, aku tidak melihat siapapun didalamnya. Sunyi, hanya terdengar suara air dari kamar mandi yang menetes sesekali. Aku duduk, dan lagi-lagi aku harus menunggu. Aku tidak suka menunggu, aku benci menunggu, karena ini adalah kegiatan yang menurutku sangat tidak berguna!

Sepuluh menit berlalu, tidak seorangpun masuk kedalam ruangan tersebut. Bosan menghampiri, dan ketika aku berniat keluar, ada seorang wanita yang tiba-tiba masuk kedalam dan berkata "Maaf, Dokter sedang menerima telfon dari Rumah Sakit lain. Mohon ditunggu sebentar".

Aku mengingat-ingat suara yang barusan aku dengar. Ya, dia adalah wanita yang memanggil namaku dengan suara merdunya. Lebih dekat aku mendengar suaranya, kali ini semakin merdu.

Cantik, sangat cantik. Itulah kesan pertama yang aku dapatkan dari wanita ini. Sedikit terlintas, aku pernah melihatnya. Tapi, aku tidak tahu pasti dimana dan kapan aku melihatnya.

....

Entah kenapa, aku mulai tidak nyaman dengan perasaanku. Aku semakin penasaran dengan wanita tersebut, aku ingin mengetahui lebih jauh lagi, siapa wanita itu sebenarnya. Kenapa tiba-tiba otakku dipenuhi oleh wajah wanita bersuara merdu tersebut.

....

Seminggu berlalu, dan seminggu ini aku habiskan dengan memikirkan wanita bersuara merdu yang aku temui dirumah sakit. Apakah aku bodoh? Mungkin. Dan mungkin inilah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

....

Minggu 11.00

Hari ini aku duduk menyelesaikan desainku disebuah cafe yang terletak tidak jauh dari indekostku. Ya, aku adalah seorang karyawan yang bekerja diperusahaan swasta sebagai seorang desainer grafis. Aku juga sering bekerja freelancer, sebagai seorang yang mendokumentasikan sesuatu berbentuk film.
....

Aku hanya seorang babu perusahaan yang tinggal dikamar berukuran 3x3, yang sudah dua tahun ini tidak pernah aku bersihkan. Busuk, itu adalah kesan yang orang lain dapatkan ketika berkunjung kekamarku. Tapi untukku, kamar ini adalah hasil dari semua kerja kerasku. Aku mencium apa yang orang lain cium, tetapi akan berbeda wanginya jika masuk ke rongga hidungku. Aku sudah terbiasa, aku senang dengan bau kamarku.

....

Beberapa jam kemudian, aku mulai bosan dengan apa yang sedang aku kerjakan. Aku mengamati sekitar ruangan cafe, mencari hal-hal lucu yang biasanya akan aku tertawakan didalam hati. Ya, aku adalah orang yang suka mengolok keburukan orang lain, padahal aku sendiri mungkin lebih buruk dari mereka.

Pandanganku terhenti, ketika aku menemukan seorang wanita yang sedang duduk persis didepanku. Hanya berjarak dua meja dari tempat aku duduk. Sedang tersenyum melihat layar handphonenya. Lagi-lagi, aku merasa bahwa aku pernah melihat wanita ini.

Ya! Aku ingat! Dia adalah wanita bersuara merdu yang seminggu lalu aku melihatnya tiba-tiba masuk kedalam ruangan periksa, memakai baju putih, memberitahukan bahwa dokter yang akan memeriksaku sedang menerima telfon dari rumah sakit lain.

Seketika, aku merasa gembira. Entahlah, aku tidak tahu apa yang mendasari kegembiraan ini. Gembira, seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan kesukaannya.

Rasa penasaran mengalahkan rasa maluku. Aku mendatangi wanita tersebut, dan duduk dikursi depannya. Memandang penuh rasa penasaran, kemudian membuka pembicaraan "Hey, bukankah kau wanita yang aku temui dirumah sakit, seminggu yang lalu?" Aku sudah tidak perduli, apa yang akan dilakukan wanita ini. Apakah dia akan pergi, atau apakah dia mengira aku seorang penjahat yang memata-matainya. Atau aku dianggap seorang psycho, karena tiba-tiba datang dan bertanya pertanyaan yang mungkin dia sendiri tidak tahu mengenai apa yang aku tanyakan.

"Ya, aku mengingatmu"

Suara merdu wanita itu kembali aku dengar. Entah kenapa, kali ini suaranya semakin lembut, merdu dan sangat-sangat merdu.

"Apa kau benar-benar mengenaliku?" Wanita itu melanjutkan perkataannya.

"Ya, tentu saja. Kau adalah wanita dengan pakaian putih, yang tiba-tiba datang dan memberitahukan jika dokter yang akan memeriksaku sedang menerima telfon dari rumah sakit lain" Jawabku tegang.

"Selain itu?" Tambah wanita cantik yang sedari tadi memandangiku dengan ekspresi yang sulit aku tebak.

"Mungkin hanya itu. Tetapi, dilain waktu aku juga pernah melihatmu... Entah kapan, tapi aku merasa pernah melihatmu." Lagi-lagi aku menjawab, tetapi kali ini keteganganku mulai menghilang.

"Mungkin..." Wanita itu hanya menjawab satu kata. Kemudian diam...
"Kau benar, kau pernah melihatku dilain waktu" Dia melanjutkan perkataannya.

Aku terkejut, dan rasa penasaranku semakin besar. Aku berkeringat. Menunggu perkataan selanjutnya, yang akan keluar dari wanita bersuara merdu itu.

Beberapa menit berlalu, wanita itu hanya diam sambil memandangi layar handphonenya, sambil mengetik-ngetik sesuatu yang aku sendiri pun tidak tahu isinya. Rasa penasaranku lambat laun hilang. Aku pikir, mungkin dia hanya bercanda. Menganggapku orang asing, yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan bodoh. Jelas bodoh, tentu saja dia tidak mengingatku. Aku hanya pasien biasa yang memeriksakan diri ke dokter. Banyak pasien sepertiku yang seminggu lalu juga bertemu dengannya.

Ketika aku ingin memalingkan badan dan kembali ke kursiku, dia mulai melanjutkan perkataannya. "Hey, kau benar-benar tidak mengingatku?" Dia kembali menanyakan pertanyaan yang membuat aku semakin bingung.

"Tidak" Jawabku sekenanya.

"Kau sombong haha," Kembali wanita itu membuat aku berpikir.
"Ingat Randy? Tiga tahun yang lalu aku adalah pacarnya". Dan kau teman Randy bukan? Haha" Wanita itu tertawa terbahak-bahak. Seakan-akan aku adalah bahan lelucon.

"Hah?! Apakah kau Ana?" Tanyaku terkejut.

"Ya, aku Ana. Hahahaha" Kali ini tawanya makin besar, hingga seisi cafe mendengar tawanya.

"Wow, kau tampak berbeda Ana. Dimana kacamatamu? Dan kau sekarang mengenakan kawat gigi" Tanyaku keheranan.

"Hahaha, kau masih saja lucu. Aku pikir kau pura-pura tidak mengenaliku. Aku sudah tidak mengenakan kacamata. Aku sekarang menggunakan softlens, lebih praktis. Dan kawat gigi, aku ingin meratakan gigiku. Kau tahu sendiri, dulu gigiku sedikit tidak rata haha". Jawabnya, masih diselipi dengan tertawa.

Aku mengingat-ingat memori usang tiga tahun yang lalu. Ternyata ada Ana dimemori tersebut. Seorang wanita kurus dengan perawakan tinggi, yang berpacaran dengan temanku ketika kami SMA.

Tetapi, sekarang dia begitu berbeda. Berubah 180 derajat. Aku saja tidak mengenalinya. Dia sekarang mengenakan kawat gigi, katanya untuk meratakan giginya. Atau mungkin untuk menjaga giginya agar tidak lepas, pikirku. Kulitnya semakin putih, meskipun sejak dulu dia sudah memiliki kulit putih. Sedikit berisi, tidak kurus seperti tiga tahun lalu. Kacamatanya pun sudah tidak dikenakannya, dia sekarang menggunakan softlens. Pantas saja matanya berwarna kecoklatan.

....

17.00

Tidak terasa sudah sekitar dua jam kami berdua mengobrol, membicarakan kenangan semasa SMA. Sedikit yang bisa disimpulkan dari ceritanya, setelah lulus SMA ternyata Ana melanjutkan kuliahnya disalah satu perguruan tinggi Jakarta. Mengambil jurusan Keperawatan gigi. Setelah lulus, dia kembali kekota ini dan mencari pekerjaan. Dan satu tahun yang lalu, Ana resmi bekerja menjadi Asisten Dokter. Katanya, hanya ingin mencari pengalaman. Kemudian membuka prakteknya sendiri.

Ya, aku tidak mengira. Keputusanku memeriksakan diri dirumah sakit ternyata berujung baik. Padahal sedari dulu, aku paling anti untuk datang kerumah sakit. Aku tidak ingin sakit, dan aku benci rumah sakit!

....

Setelah kejadian itu, aku dan Ana sering bertemu hanya untuk sekedar mengobrol ringan ataupun dia meminta bantuanku untuk mendesain sesuatu. Karena diawal pertemuan aku sempat menceritakan bahwa aku bekerja sebagai seorang desainer grafis kepada dia.

Seandainya dia tahu. Tiga tahun yang lalu, ketika pertama kali aku melihat dia berlari karena terlambat dihari senin saat mengikuti upacara bendera, aku sudah suka kepadanya. Sayangnya, ketika dulu aku ingin mengenalnya, aku mengetahui kabar jika Randy temanku adalah pacarnya.

Sangat disayangkan. Randy adalah pria tampan, idola semua wanita disekolah. Tinggi, putih, dan mungkin semua kelebihan ada pada temanku ini. Aku kalah telak, aku hanya seorang pecundang yang cuma membayangkan menjadi seperti Randy.

Aku selalu berpikir, tidak mungkin orang sepertiku bisa memiliki wanita cantik seperti Ana. Sementara selera Ana, pasti sekelas pria seperti Randy. Sedangkan aku? Tidak akan dipikirkan sama sekali! Ya, aku tidak memiliki rupa yang di impikan seorang wanita. Pendek, hitam, dekil, gaya kampungan, dan tidak berbakat. Aku juga bukan berasal dari keluarga kaya, aku hanya seorang anak dari petani kampung. Ya, aku adalah pecundang!

....

Minggu, Pertengahan November 2012

Hari ini, aku diminta Ana untuk datang ke cafe biasa. Cafe dimana aku menyadari, bahwa wanita cantik bersuara merdu itu adalah Ana, teman semasa SMAku. Ana memintaku untuk datang jam delapan pagi.

Keparat! Hari minggu yang biasa aku gunakan untuk bangun siang, karena terbebas dari pekerjaanku sebagai babu perusahaan, dirusak oleh seorang Ana. Anehnya, aku tidak keberatan. Dan aku merasa senang.

Jam menunjukkan pukul tujuh. Aku segera bergegas mandi dan berangkat. Sekitar jam delapan, aku sampai dicafe yang sudah tidak asing lagi bagiku. Tepat didepan pintu masuk, aku melihat Ana sudah duduk, mengenakan pakaian rapi. Dan selalu terlihat cantik. Mungkin, setiap hari Ana semakin cantik. Itu adalah pikiranku.

"Sial!!" Aku bergumam, karena aku datang terlambat. Ya, aku tidak suka terlambat. Apalagi jika bertemu dengan Ana, aku tidak ingin melewatkan satu menitpun kebersamaanku dengan Ana. Semua ini gara-gara jalanan yang macet! Metromini yang aku tumpangi jadi sering terhenti, keparat!! Aku terus bergumam sembari berjalan kearah Ana.

"Hey, sudah lama?" Aku membuka pembicaraan, sambil mengeluarkan laptop dari tas kusam kepunyaanku.

"Tidak, baru beberapa menit. Pesananku juga belum datang" Jawabnya dengan suara merdu.

Tak henti-hentinya aku mengatakan bahwa Ana memiliki suara merdu dan wajah yang cantik. Ya, menurutku dia adalah wanita sempurna, sangat-sangat sempurna. Jika dibandingkan dengan aku, aku lebih terlihat seperti supirnya, atau bahkan pembantunya.

"Maaf tadi macet, ada apa kau menyuruhku kesini?" Aku bertanya sambil melihat-lihat menu, memikirkan apa yang akan aku pesan. Meskipun aku sedang tidak punya uang, aku rela datang ke cafe mahal ini demi bertemu dengan Ana.

"Anak dokter dirumah sakitku dua hari lagi akan merayakan ulang tahunnya. Lalu dokter itu menyuruhku untuk mendesain undangan ulang tahun untuk anaknya. Apakah kau bisa membantuku?" Pintanya, kali ini tidak perlu lagi dijelaskan mengenai suaranya. Tetap lembut, dan merdu.

"Itu hal yang sangat mudah bagiku, akan aku kerjakan sekarang" Jawabku antusias. Apapun yang Ana minta, aku akan coba mengabulkannya. Seperti jin botol, tapi aku seorang manusia.

Dibeberapa kesempatan disela-sela pekerjaanku mendesain undangan permintaan Ana, aku selalu mencuri-curi pandangan, melihat wajah Ana yang sangat cantik. Kadang aku terlena, hingga lupa dengan pekerjaanku. Aku selalu suka, ketika dia bertanya mengenai caraku bekerja, dan bagaimana cara mendesain sesuatu agar terlihat lebih menarik.

....

12.45

Aku menyelesaikan desain yang diminta Ana. Sedikit lama, karena terkadang aku diganggu oleh Ana.

Biasanya, aku akan marah jika aku diganggu ketika sedang bekerja. Tetapi, lain halnya dengan Ana. Aku tidak bisa marah kepada Ana. Malah, aku sangat suka ketika dia mengganggu dan membuatku harus mengulang desain dari awal.

Difase ini, aku semakin gila. Rasa suka tiga tahun lalu terus ada, dan dari pertemuan lalu, rasa suka kepada Ana semakin besar.

Kadang aku berpikir, apakah ini semua rencana Tuhan? Menemukanku dengan Ana, yang dari tiga tahun lalu aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengannya. Jika ini rencana Tuhan, apakah akan indah untuk diriku? Tetapi, dengan segera aku menghilangkan pikiran ini. Aku hanya ingin memikirkan Ana, Ana, dan Ana.

....

Intensitas pertemuanku dengan Ana semakin tinggi. Aku yang biasanya tidak semangat untuk menjalani hari kerjaku, kini menjadi lebih bersemangat. Aku yang tidak pernah membersihkan kamar indekostku, sekarang setidaknya dua minggu sekali selalu aku bersihkan. Kini bau busuk yang menemani hari-hariku selama dua tahun belakangan sudah hilang, tergantikan dengan pewangi ruangan, wangi yang dicampur dengan cinta.

Ana semakin sering datang ke indekostku hanya untuk menumpang makan siang, ataupun jika dia sedang suntuk dirumah. Aku selalu senang jika Ana datang. Dan akan selalu senang.

....

Rabu, Akhir Maret 2013

Seiring berjalannya waktu, hubunganku dengan Ana semakin lama semakin dekat. Aku merasa, bahwa Ana memiliki rasa kepadaku. Bukan terlalu percaya diri, tetapi dari perlakuannya beberapa bulan belakangan ini, dia sering menunjukkan perhatiannya kepadaku.

Ketika aku sakit dan tidak bisa bekerja, dia datang ke indekostku untuk sekedar membelikan aku obat dan membelikan aku makan. Ataupun ketika aku mengajak dia untuk menonton salah satu film dibioskop, dia tidak pernah menolak. Meskipun beberapa kali aku sempat melihat dia berbicara melalui telfon dengan seseorang.

Tetapi aku yakin. Dan kali ini, aku tidak ingin menjadi seorang pecundang, lagi. Aku harus berani mengungkapkan perasaanku sejak tiga tahun yang lalu, ketika pertama melihat dia. Aku tidak ingin tertinggal dibelakang lagi. Dan aku harus menerima semua resiko yang terjadi selanjutnya.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Sejak seminggu yang lalu, aku sudah mempersiapkan rencana untuk memberikannya kejutan. Aku memilih memberikannya kejutan dicafe tempat pertama kami bertemu. Ya, cafe dipinggiran jalan dekat indekostku.

Aku mempersiapkan semuanya dengan matang. Dan dengan mudah aku mendapatkan izin dari supervisor cafe tersebut, mungkin karena aku sering berada disana.

Tidak mewah, dan tidak mahal. Hanya sebuah meja yang dilengkapi dengan lilin, dan band akustik yang nantinya akan menyanyikan lagu sesuai dengan permintaanku. Aku ingin membuat candle light dinner sederhana dengan Ana. Aku pikir, Ana suka dengan kesederhanaan.

18.30

Aku berdandan rapi, layaknya seorang pria tampan. Aku sudah menyiapkan parfum kesukaan Ana, untuk aku pakai malam ini. Rambut yang sudah lama tidak aku sisirpun malam ini akan aku sisir serapi mungkin. Aku sudah siap. Karena malam ini adalah malam spesial, aku tidak ingin terlambat. Aku meminjam motor teman indekostku, yang kebetulan tidak dia pakai.

....

"Ana, bisa kau datang ke cafe biasa? Ada hal penting yang ingin aku katakan" Jari-jariku mengetikkan pesan singkat melalui handphone tuaku.

Hingga setengah jam, Ana masih belum membalas pesan yang aku kirimkan. Aku mencoba mengirimkannya lagi, tetapi hasilnya masih sama. Tidak ada balasan yang muncul dihandphoneku.

Kali ini, aku masih berpikir bahwa Ana sedang sibuk, ataupun ketiduran karena seharian sudah lelah bekerja.

Hingga jam menunjukkan pukul 20.00 Ana masih tidak membalas pesanku. Sementara orang-orang mulai berdatangan dan memenuhi cafe tempat aku berada. Aku cemas, tetapi aku masih bisa mengontrol emosiku.

Kali ini, jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Aku sudah tidak sabar menunggu. Aku pulang dengan perasaan kecewa, tetapi aku terus berpikir bahwa Ana sedang memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, ataupun tertidur karena lelah.

Aku membuka pintu indekostku, pulang dengan perasaan campur aduk. Bingung, atau frustasi, akupun tidak tahu.

Tak berselang lama, aku tertidur....

....

Keesokan paginya aku bangun, bersiap-siap dan bergegas pergi kerumah Ana. Kali ini aku menggunakan metromini, menyebabkan aku harus mengikuti kegiatan "macet" yang sudah menjadi tradisi dikota ini.

Setibanya dirumah Ana, aku tidak mendapati Ana ada disana. Aku pikir, mungkin dia sedang pergi.

Lalu aku memutuskan untuk pergi. Kali ini aku pergi kesebuah cafe kecil, tidak begitu mahal, dan sangat cocok untuk tidak menguras isi dompetku.

Cafe ini berseberangan dengan cafe paling mahal dikota ini. Cafe Letra, itu adalah nama cafe tersebut. Cafe tempat orang-orang kaya menghabiskan uangnya, cafe tempat anak muda yang memiliki kebiasaan dan sifat hedonism berkumpul, dan cafe tempat dimana para pengusaha bertemu.

Dari sini, terlihat sebuah mobil mewah dan mahal berhenti didepan cafe tersebut. Aku berpikir, yang ada didalam mobil tersebut pastilah orang kaya. Sangat kaya, hingga kendaraannya pun harus memiliki harga yang mahal.

Tiba-tiba... Aku terkejut... Ketika yang keluar dari mobil itu adalah seorang pria tampan, berperawakan tinggi, putih, dan memakai setelan khas orang kaya, bersama seorang wanita yang sangat-sangat aku kenali. Ya, pria itu bersama Ana.

Terlihat mereka berdua sangat akrab, bergandengan tangan hingga memasuki cafe tersebut.

Aku sangat terkejut. Seketika tubuhku menjadi beku, aku sulit bernafas dan emosiku sebentar lagi naik. Aku harus pergi dari cafe ini. Tapi aku tidak bisa pulang ke indekostku, karena semakin aku sendiri, semakin pula aku banyak memikirkan suatu hal.

Aku lebih memilih pergi ke cafe biasa, cafe dimana aku dan Ana sering menghabiskan waktu.

Cafe ini terlihat ramai, entahlah mungkin karena hari ini adalah hari libur. Aku duduk persis ditempat aku duduk tadi malam. Aku memandangi sekitar, sambil mengajukan banyak pertanyaan didalam hati. Mungkin pertanyaannya terlalu retoris, tetapi aku tetap bertanya.

Aku beranikan diri untuk mengetikkan pesan singkat untuk Ana.

"Ana, kau dimana? Kenapa tadi malam kau tidak membalas pesanku?" Jari-jariku serasa berat untuk mengetikkan pesan singkat ini.

Lagi-lagi, aku harus menunggu lama untuk mendapatkan jawaban pesan dari Ana.

Aku memesan kopi kepada pelayan cafe ini, tidak perlu berkata, karena pelayan cafe ini sudah mengenalku dan menghafal kopi pesananku. Ya, kopi hitam dengan dua sendok gula.

Dua jam berlalu, handphone tuaku bergetar dan kali ini tertulis nama "Ana" dilayar depan. Aku segera membuka pesan yang Ana kirimkan, lalu membacanya.

"Dirumah, aku baru saja pulang dari Letra. Dengan kekasihku" Begitulah balasan yang tertulis dilayar handphoneku.

Degg.. seketika darah disekujur tubuhku seperti naik keatas kepala. Aku ingin berteriak, tetapi aku sadar aku berada dikerumunan orang banyak.

Batinku berperang hebat, seperti pertempuran yang tidak pernah bisa dipadamkan. Tetapi aku masih memberanikan diri untuk membalas pesan Ana.

"Kau tahu, sejak tiga tahun yang lalu, dihari senin, ketika aku melihatmu berlari terengah karena terlambat, aku sudah menyukaimu. Kau layaknya wanita paling sempurna dimataku. Ketika ingin berkenalan, aku mendapat kabar bahwa kau adalah pacar temanku. Aku kalah sebelum berperang, aku adalah seorang pecundang. Ya, seperti seorang budak yang menyukai ratunya. Berharap strata sosial tidak berpengaruh penting bagi kehidupan.

Tapi, kali ini aku tidak ingin menjadi seorang pecundang. Aku ingin mengatakan, aku suka kamu Ana. Dan mungkin, aku mencintai kamu. Ya, aku tahu jika dibandingkan dengan pacarmu, aku hanya seperti setitik kotoran disepatu mahalnya. Aku, hanya ingin mengungkapkan, karena aku takut aku tidak mempunyai waktu lagi untuk mengatakan."

Aku mengirim pesan itu dengan jari-jari yang sudah lemah. Aku tidak mempunyai harapan lagi, seperti kembali ke beberapa bulan yang lalu, ketika aku belum memeriksakan diriku ke dokter. Ketika aku belum mendengar suara merdu dari seorang wanita, ketika aku belum melihat wajah cantik seorang wanita, dan ketika aku belum mengetahui bahwa wanita cantik yang ada diotakku adalah temanku tiga tahun yang lalu.

Aku melamun, ditengah kesedihanku.

Drtt... Drtt... getaran dari handphone tuaku mengagetkan lamunanku, sebenarnya aku tidak ingin membuka pesan itu, tetapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutku. Dan ketika aku membukanya, aku membaca,

From Ana: "Sorry, tidak denganku"

Sebuah kata yang mampu membuatku ingin menghentakkan kepala dimeja cafe ini berulang kali.

"Bodoh!" Aku berteriak, mengutuk diriku sendiri didepan banyak orang.

Tak lama berselang, aku semakin terlihat seperti orang idiot yang kehilangan arah. Seluruh pasang mata para pengunjung cafe melihatku dengan ekspresi muak. Mungkin mereka pikir, aku orang gila yang sedari tadi melamun, kemudian berteriak seperti sedang kesurupan.

Aku berteriak, "Cafe Keparat!", ya karena cafe ini adalah tempat dimana aku mengetahui bahwa wanita bersuara merdu yang aku pikirkan selama satu minggu adalah Ana, teman semasa SMAku.

....

Didalam indekost, aku merenungi apa yang terjadi, sembari terus mengutuk diriku sendiri dengan sumpah serapah yang sedari tadi aku lontarkan.

Aku berpikir, dan terus berpikir.

Ketika aku mengingat semuanya... Aku mulai sadar, bahwa ini semua adalah salahku....

Semua pemikiranku selama ini ternyata salah. Ya, seorang wanita cantik tidak akan mungkin menyukaiku, seorang biasa. Pria miskin yang kekurangan uang, tinggal di indekost berukuran 3x3 dan setiap hari hanya pergi menggunakan metromini.

Aku terlalu berharap. Lagi-lagi, berharap bahwa strata sosial tidak berpengaruh. Kenyataannya, didunia ini tidak seperti yang kita harapkan. Seseorang yang memiliki rasa cinta dan sayang yang besar, akan kalah dengan seseorang yang memiliki mobil mewah, lengkap dengan pakaian khas orang kayanya.

Seorang biasa, tidak akan bisa bersama dengan orang luar biasa.

Dan sekarang, aku menyadari. Bahwa...

Seorang wanita sempurna, tidak akan bisa tertulis disebuah kertas kehidupan orang biasa. Menuliskannya saja butuh keberanian yang besar, dan harus bersiap untuk kecewa, karena lembar yang sudah tertulis akan robek dengan sendirinya.

Ya, aku tidak bisa melanjutkan untuk menulis namamu hingga sampai pada lembar kertas akhir buku kehidupanku. Karena namamu akan tergantikan dengan nama wanita lain, yang lebih sempurna darimu, lebih tulus darimu, dan lebih memiliki perasaan daripada dirimu. Dan tentu saja, wanita itu akan mencintaiku karena kekuranganku, bukan kelebihanku :)


-Gipsy Marpaung
.................................................................................................................................................................

Cerita ini murni karya Gipsy Marpaung. Bagi siapapun yang ingin menulis ulang cerita ini, mohon untuk mencantumkan nama.

Gue terinspirasi membuat cerita ini karena keresahan gue yang lagi ditinggal temen kontrakan liburan. Dan mungkin, ada sedikit pengalaman gue pribadi haha.

Bagus atau tidaknya, semua tergantung dari pembaca. Gue pemula, yang baru belajar merangkai kata demi kata. asek.
Read More »

Karya

Short Story: A Piece of Hope

Selasa, Juni 09, 2015


Malam ini bagaikan sebuah malam untuk menjawab sebuah pertanyaan yang selalu terngiang dibenakku. Aku duduk terdiam, merenungi dan mencoba mengingat sepenggal demi sepenggal cerita yang telah susah payah aku ciptakan untuk pertama kalinya.

Cukup 1 pertanyaan yang selalu membuat aku bingung sepanjang malamku, memuakkan, tetapi sedikit memberiku ruang untuk mencoba berpikir akan kesalahan yang telah aku lakukan dimasa lalu. Dimana setiap orang akan melalui masa itu.

Harapanku telah musnah, bertahun-tahun yang lalu sejak aku memutuskan untuk pergi jauh dan meninggalkan cerita-ceritaku selama ini. Pupus, itulah yang aku rasakan untuk setiap hari, dan setiap hari pula aku harus menghindar dari bayangan cerita indah yang telah aku hancurkan dengan mudahnya.

"Aku tau, apa yang aku lakukan selama ini adalah salah"

Pikiran ini yang setiap malam selalu menghantui aku dalam mimpi. Jujur, setiap malam aku selalu larut dalam keheningan... nyenyakku hilang bak ditelan dinginnya angin malam yang selalu menghantam tubuhku.

.....

Kembali ke masa-masa aku ingin menggapai mimpiku, dimana aku mempunyai mimpi indah yang ingin kugapai. Bukan hanya sendiri, tetapi dengan seseorang yang membantu aku untuk membuat sebuah cerita manis yang layak untuk diingat, meskipun sedikit pahit.

Melihat jauh kebelakang, tentang sebuah kebodohan seorang lelaki. Berharap memiliki impian yang indah, namun malah berbalik menjadi mimpi yang sangat buruk, sangat-sangat buruk. Hanya karena sesuatu kesalahan, hingga tak ada lagi harapan yang mampu mendekat.

....

Morning sunshine in our room
Now that room is back in tune
Autumn start this day with a smile
And laugh at my beautiful love one
Who's lying besides me

You so far away in your sleep
Who can tell what dream you may dream
You dont know that I was drawing
With my finger on your sweet young face
Figures and meaning words

You make my world so colorful
I've never had it so good
My love I thank you for all the love
You gave to me

Like a summer breeze so soft
Like a rose you bring me near
And I kiss your lips so sweet
Soft like the rain and gentle as
The morning dew in may

Though they said that I was wrong
But thank god my will so strong
I got you in the palm of my hand
Everyday they tried to put me on
But I laugh at those who tried to hurt our love

.....

Sebuah lagu yang selalu menemaniku, disetiap malam yang aku tahu pasti akan membuatku larut didalam kesedihan yang teramat dalam. Sebuah lagu yang juga mengingatkanku, akan masa dimana aku selalu bahagia, dan masa yang aku rasa adalah hadiah yang amat sangat terindah yang pernah Tuhan berikan didalam sebuah cerita yang sedikit berhasil aku ciptakan.

Meskipun aku tahu, harapan itu sudah tidak ada. Tetapi aku belum putus asa, aku masih terus berusaha mencari sedikit harapan yang mungkin akan membuat malam-malamku berikutnya kembali indah, atau mungkin menjadi lebih indah untuk melanjutkan cerita lama ataupun menghasilkan cerita baru.

Usahaku hampir sia-sia, harapanku hanya tersisa sedikit. Tetapi, apakah benar aku sudah berusaha selama ini? Atau mungkin semua usaha yang aku lakukan hanya sebuah khayalan fana yang malah membuatku selalu terjatuh didalam lembah yang sama?

Aku tidak pernah perduli. Apa, Kenapa, dan Bagaimana aku bisa merasakan hal ini, dan kenapa juga aku masih terus berusaha untuk menemukan sekeping harapan itu. Namun yang pasti, aku tidak akan pernah berhenti berusaha karena aku telah membuat sebuah janji, sebuah janji yang sudah tertuliskan pada sepenggal ceritaku dulu.

Akhirnya, ada waktu dimana aku sedikit menemukan sepotong harapan yang selama bertahun-tahun ini aku cari. Meskipun hanya sedikit, dan sedikit abu-abu, aku masih tetap percaya bahwa sepotong kecil harapan ini akan menjadi sepotong besar harapan, yang mungkin saja bisa mengubah semua cerita.

Aku terus berhayal, tentang harapan kecil yang baru aku temukan. Tak pernah berhenti untuk berharap, berharap sesuatu yang sangat tidak pasti.

Aku tahu, harapan yang aku temukan hanyalah sebuah harapan kosong. Kita bukan lagi menjadi kita, sekarang hanya tersisa Aku, Kamu, dan Dia. Seseorang yang sudah berhasil meluluhkan hatimu, dan tentunya lebih baik dari aku, lebih baik dari cerita yang dulu pernah aku buat, kita ciptakan.

Apapun yang terjadi, aku akan merelakannya. Aku tahu, semua ada masanya, dan setiap masa ada batas waktunya. Dan aku sadar, ini semua adalah hayalan tingkat tinggiku untuk terus bisa bersama dirimu, dan mencoba menulis cerita ini dari awal. Kenyataannya, aku masih tidak sanggup untuk bisa berubah lebih baik dimatamu, dan kamu telah memilih orang lain untuk menggantikan posisiku, peranku didalam cerita itu.

img src: sephardimhope.com

Kini aku hanyalah seorang pemeran yang gagal memerankan perannya didalam sebuah cerita. Dan kini aku telah sadar, dan bisa menjawab satu pertanyaan yang selama ini menghantui malamku.

"Apa aku memang pantas untuk dipertahankan seseorang seperti kamu?"

Dan jawaban dari pertanyaanku selama ini adalah....

"Tidak, aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan. Dan aku terlalu takut untuk melanjutkan cerita itu ke lembar berikutnya, hingga mencapai lembar paling akhir didalam sebuah cerita yang pernah aku buat. Karena aku takut, akan ada kesedihan dilembar berikutnya."

A Piece of Hope
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Changing - Naskah Short Movie #1

Jumat, April 03, 2015

Naskah Short Movie, Changing
Naskah short movie: Changing
Seorang anak remaja akan menyadari semua perbuatan baik, buruknya, yang telah dia lakukan semasa kecilnya.

.....

Pagi itu, semua terasa sepi. Hanya hembusan suara angin yang masuk dari dalam celah pintu, seakan berbisik membangunkan seorang anak remaja yang sedang terlelap tidur.

Pagi itu, semuanya terasa berbeda. Sangat sepi, hingga hembusan angin pun tidak mampu mengubah semuanya.

.....

Matahari mulai menampakkan seluruh cahayanya, menyinari semesta dengan setia. Anak remaja yang sedang terlelap tidur itu pun mulai terbangun dari tidurnya.

Terbangun, dan memulai pemikiran yang baru....

Entah apa yang dikerjakannya semalam, hingga pagi pun tidak bisa membangunkannya.

Ternyata, seorang anak remaja itu sedang berusaha untuk mengubah semuanya, semua cerita hidupnya.

Dia adalah seorang mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di kota besar, mempunyai seribu cita-cita yang selalu diimpikannya. Sayangnya, cita-cita itu selalu menjauh saat anak remaja ini ingin menggapainya.

Dia menyadari semuanya. Semua impiannya selalu hilang, bak diterpa angin.
Dia menyadari semuanya. Dia bukan berasal dari keluarga kaya, dan bergelimang harta.
Dia menyadari semuanya. Semua usahanya, akan selalu berakhir dengan sia-sia.

Iri, satu kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hatinya. Dia begitu iri, melihat orang lain yang mungkin lebih beruntung dari dirinya. Mempunyai segalanya, dan mendapatkan apapun yang di impikannya.

Terkadang...

Tidak sepenuhnya dia selalu menyalahkan nasib. Kadang dia juga bertanya pada dirinya sendiri, apakah aku sudah berusaha? dan apa yang telah aku usahakan?

Dia menyadari semuanya. Apa yang selama ini dianggapnya usaha, ternyata hanya rekayasa semata. Sebuah pemikiran kecil, yang menganggap dirinya telah banyak berusaha. Berusaha untuk merubah hidupnya. Kenyataannya, bukan itu yang dinamakan usaha.

.....

Dia juga selalu berpikir, apa yang salah dari dirinya? dan, apa yang telah dia perbuat? Hingga cerita hidupnya menjadi seperti ini.

.....

Ternyata....

Tuhan selalu memberikan jawaban, atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu dilontarkannya. Hanya saja, anak remaja ini masih belum bisa menyadari semuanya.

Hingga suatu ketika...

Dia teringat, ada seorang Ibu yang rela berjalan kaki sejauh 3 kilo. Hanya untuk mengantarkan anak kesayangannya pergi sekolah.
Dia teringat, ada seorang Ayah yang selalu sabar memberikan semua nasehat-nasehat berguna untuk dirinya, dimasa depannya.
Dan dia juga teringat. Mempunyai kedua orang tua yang sangat hebat, yang memprioritaskan semua hidupnya, hanya untuk anaknya.

Mungkinkah aku lebih beruntung dari anak-anak lain?
Mungkinkah aku lebih beruntung mempunyai Orang tua seperti itu?
anak remaja ini selalu bertanya, bertanya pada dirinya.

.....

Seketika, pagi menjadi kelabu. Anak remaja ini memberhentikan pemikirannya, dan mulai menyadari semuanya. Seketika semuanya berubah.

Inikah yang dinamakan usaha? Hanya berdiam, mengurung diri dikamar.
Inikah yang dinamakan usaha? Hanya tidur, ketika teman sebayanya berangkat mencari ilmu.
Inikah yang dinamakan usaha? Hanya melihat, ketika yang lain mengerjakan.
Inikah yang dinamakan usaha? Hanya iri, melihat orang lain yang lebih beruntung darinya.

....

Tanpa sadar, tetesan air mata sudah membasahi sebagian pipinya.

Pagi yang sepi itu ternyata merubah segalanya, segala cerita hidupnya. Dia yang dulunya melihat dari sisi buruk suatu kehidupan, telah berubah dan mencari sisi lain, sisi yang lebih baik tentunya.

Dia sangat merasa beruntung. Dia bisa merasakan belajar diperguruan tinggi, sedangkan orang lain yang sangat menginginkannya, belum tentu bisa mendapatkannya.
Dia sangat merasa beruntung. Dia bisa merasakan lembutnya kasur, sedangkan orang lain yang sangat menginginkannya, belum tentu bisa mendapatkannya.

Seketika, dia merasa sangat-sangat beruntung...

Mensyukuri paginya dengan semua pemikiran penting, yang selama ini terpendam. Terpendam, karena ke egoisan dirinya.

Lalu.... anak remaja itu pun menghilangkan semua pemikirannya. Memulai hari barunya, dengan melihat dari sisi lain kehidupannya.

Melihat apa yang dia punya...
Melihat apa yang dia dapatkan.... dan,
Melihat apa yang dia rasakan....

Semua bayangan itu sekarang menjadi nyata... Aku mulai terbangun untuk kedua kalinya, memikirkan hal yang berbeda untuk pertama kalinya. Dan belajar dari apa yang aku punya.

Ternyata...

Perubahan kecil bisa membawa dampak yang sangat besar, jika kita bisa mengerti dan mensyukuri semuanya... #CHANGING

Gipsy Marpaung
Read More »