Karya

Kaum Melarat

Minggu, Oktober 23, 2016

Puisi Kaum Melarat by Gipsy Marpaung
img src: kompasiana.com

Meminta pagi terbeli siang, bukan berbulan
apalagi bertahun.
Engkau tak perlu mengemis meminta, sebut saja
kemudian kan tiba
layaknya tuan meminta pada jin botolnya

Jauh berbeda dari satunya
meminta pagi terbeli entah kapan
harus bekerja, meskipun tak kunjung tiba
ya, timpang dan tak bersua

Disaat seperti ini, inferioritas didalam diriku selalu muncul
dengan tidak sengaja
Ketika mendengar orang lain bercerita
tentang kedigdayaannya
terhadap kaum melarat.

Ah, beruntung saja terlahir dari rahim orang berada
pembelaan kecil penyemangat jiwa

Terpikir pula, apa untungnya bermuram durja
membandingkan tingkatan dan strata
lebih baik aku berusaha
biarpun mati sebelum semuanya tiba.
-Gipsy Marpaung
Read More »

Karya

Awan Pekat

Senin, Oktober 17, 2016

Awan Pekat
img src: youtube.com

Terdiam dan terpana.
Seperti air yang mengikuti arusnya
Berjalan sebagaimana mestinya
Tak pernah berubah dari pagi menuju senja

Sedikit sama dengan laju kendara
Senja datang, velositas membara
Membawa sedikit maut didalamnya
Awan pekat menanti didepan sana

Tertawa, seperti terkena marijuana
Memberi suka membawa elegi bersama
Indah namun buruk akhirnya
Menggiring suka kedalam duka

Begitu juga dengan rasa disukma
Terpendam jauh didalam jiwa
Berjuang untuk merdeka
Tersiksa rasa tersirat duka

Berdiam dan merasakan lara
Teramat sulit untuk terlupa
Walau dekat sudah dimata
Awan pekat menanti didepan sana

-Gipsy Marpaung

*Terinspirasi ketika sedang berdiam diri didalam sebuah kamar kecil berukuran 3x3. Merenungi nasib percintaan, sedikit mengenang cerita klasik yang pernah tertulis dilembaran sebuah buku seorang biasa*

Suka atau tidaknya tergantung pembaca, jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan karena baru belajar merangkai kata. Bukan seorang pujangga, hanya penikmat kopi disetiap senja.
Read More »

Karya

Kisah Usang

Senin, Oktober 17, 2016

Kisah Usang
img src: kompasiana.com

Teringat ketika aku diujung sana
membunuh waktu menunggu kabar
tak sedetikpun aku merasa bosan
meskipun lelah sudah tak bertuan

Detik demi detik
menanti penulis melanjutkan ceritanya
melaju ke lembar berikutnya
berharap ada hal baik dibaliknya
tetapi yang didapat, melupakan kertas sebelumnya

Apa takdir harus seperti itu?
selalu melupa jika mendapat yang baru

Oh, bukan
bukan kertas takdir yang salah
tetapi diriku yang berulah

selalu melupa, jika bertemu surga lainnya
dan tersadar, jika sepi sudah melanda

maafkan aku, tak bisa menjaga kertas kita
kertas kisah kita berdua

dan sekarang, meskipun kisah itu telah usang
aku kembali teringat
karena aku sekarang sedang merasa kesepian
- Gipsy Marpaung

Kalo mau copy paste silahkan. Yang penting nama penulis jangan tertinggal :)
Read More »