Celotehan Sok Bijak

BISNIS DAN ETIKA

Senin, Maret 26, 2018

Dalam bisnis, mengambil resiko itu penting. Tetapi, carilah untung sebesar-besarnya, dengan mengambil resiko sekecil-kecilnya. (Prinsip dasar bisnis yang gak tau siapa yang ngomong, intinya gue percaya akan prinsip ini).

Berbicara soal bisnis, dan etika. Gue sebagai orang yang sangat baru didalam dunia bisnis tentunya masih harus banyak belajar akan pengertian bisnis, dan etika.

Karena, etika sangat penting didalam bisnis. Apapun bisnis yang sedang dijalankan.

Lebih kurang 4 tahun ini, gue di tatar dan di didik untuk menjadi seorang pebisnis. Pebisnis kelas besar tentunya, bukan sekedar bisnis kecil. Gue bangga akan hal itu. Dikampus, setiap harinya gue diajari "Bagaimana membuka lahan pekerjaan, bukan menjadi sarjana pencari lapangan pekerjaan".

Hal ini didasari karena banyaknya sarjana yang menjadi 'pengemis' pekerjaan. Bukan hanya di Indonesia, hal ini banyak terjadi dihampir setiap Negara yang ada didunia. Entahlah, gue gak melakukan riset, gue cuma menebak.

Pernah, pertama kali gue masuk didalam area kampus dan mendapati pelajaran tentang bisnis. Si 'empunya' kampus berkata "Saya adalah orang bodoh, IPK saya selalu rendah, tetapi cita-cita Saya ingin menjadi seorang dosen. Bagaimana cara Saya mewujudkannya? Pilihan satu-satunya adalah, Saya harus membuat sebuah kampus. Dengan begitu, Saya bisa bebas menjadi dosen".

Dan sedikit tambahan, "Kampus atau tempat belajar adalah salah satu bisnis yang sangat berkompeten untuk mendapatkan keuntungan. Untuk itu, salah satu tujuan saya mendirikan kampus adalah, untuk berbisnis".

Salah? Tentu saja tidak. "Setiap masalah pasti ada peluang, ambil peluang itu dan buatlah masalah orang lain menjadi uangmu". Satu lagi prinsip dasar bisnis yang paling gue demen.

Untuk itu, dari semester 2, gue udah berusaha mati-matian untuk menjadi seorang pebisnis. Dimulai dari bisnis yang gak jelas, sampai bisnis yang semakin gak jelas. Hehe.

Bisnis pertama yang gue mulai sebenernya udah terjadi jauh-jauh hari sebelum gue menerima semua mata kuliah yang berhubungan dengan bisnis. Dulu, waktu gue masih TK sampai SD, gue sering menjual kelereng ke temen-temen gue dengan harga murah, tapi syaratnya, mereka harus mainin dan ngejudiin kelerengnya sama gue 'lagi'. Gak perlu panjang lebar, toh gue tetep memenenangkan perjudian kelereng dari temen-temen gue yang basicly membeli dari gue. Intinya, gue mendapatkan uang tanpa harus kehilangan barang. Sedikit curang, tapi semua adil dalam cinta dan peperangan bukan? Oh iya, semua adil dalam cinta, peperangan, dan bisnis.

Adil? Jelas! Tapi, tidak beretika.

Lalu apa yang terjadi dengan pebisnis yang tidak memiliki etika?
Simple, gue dengan sangat yakin akan menjawab, HANCUR!

Hal ini terjadi disegala aspek bisnis. Entah bisnis apa yang sedang lo jalankan.

Disini gue pengen ngomongin tentang etika dalam berbisnis, yang belum lama ini gue ngerasain pahitnya dalam berbisnis. Sempat pengen mandek, tapi, gue pikir, ini adalah salah satu pengalaman yang menunjukkan kredilitas gue sebagai seorang pebisnis.

Beberapa bulan belakangan ini, gue disibukkan dengan bisnis baru. Sebenernya udah lama, tapi gue baru masuk aja ke dunia ini. Gue berbisnis dalam hal ekspor barang ke luar negeri, tentunya dengan izin yang jelas.

Awalnya, gue kurang berminat dengan bisnis ini. Tetapi karena paksaan dan godaan dari temen-temen gue yang sudah lebih dulu menggeluti bisnis ini, akhirnya gue tergoda. Karena bisnis ini menawarkan suatu hal yang gak banyak dimiliki bisnis-bisnis lain. Tanpa modal finansial.

Ya, ada baik ada buruk. Meskipun tanpa modal uang, tapi gue diharuskan mencari pelanggan dari jam 2 malam sampai jam 10 pagi. Hal ini dikarenakan perbedaan waktu yang cukup menonjol antara Indonesia dengan Negara luar.

Singkat cerita, lambat laun gue mulai mendalami dan mengerti akan dunia bisnis ini. Dengan banyak kerja keras tentunya, gue mendapatkan pelanggan-pelanggan yang mengerti akan keadaan bisnis disini. Satu hal yang gue suka dari orang-orang luar, mereka sangat loyal terhadap orang yang sudah mereka percaya.

Akhirnya, bisnis gue mulai meningkat. Lalu, dengan cepat pula bisnis gue turun.

Penyebabnya "BERBISNIS DENGAN TEMAN". Penggunaan teman didalam bisnis sepertinya kurang tepat, "KOLEGA".

Sebenarnya, gue tidak menjalankan bisnis ini berbarengan dengan teman gue, tetapi gue hanya meminta bantuan pengiriman melalui doi, yang memang dari awal doi yang ngajakin gue untuk masuk ke dunianya.

Alasannya, karena gue sekarang lagi kuliah di Jogja. Dan pemasok produk hanya ada di daerah asal gue. Karena temen gue ini udah lumayan lama, jadinya dia banyak kenalan dan udah bisa ngirim sendiri ke luar negeri menggunakan jasa pengiriman.

Temen gue bilang:
"Masalah pengepakan produk dan pengiriman nanti gue yang atur, lo tinggal cari pelanggan. Ibaratkan, lo itu cuma bekerja sebagai marketing, masalah pengiriman gue yang ngurus. Tapi, dari hasil penjualan lo, lo dapat keuntungan penuh, gue dapet bayaran dari mark up produk."

Misal, harga produk yang dijual dari tangan pertama adalah 20rb, terus temen gue naikin jadi 50rb. Nah, dari situlah keuntungan doi.

2 bulan pertama, semua normal. Lancar jaya aslemehoy.

Bulan selanjutnya, kaya ada yang salah

Bulan selanjutnya, gue mulai curiga

Bulan selanjutnya, oke ini udah gak beres.

Banyak pelanggan gue yang dari luar ngirim email yang berisikan "NAMA TEMEN GUE". And guess what? Temen gue mencoba mencuri pelanggan gue dengan cara yang super duper picik! Dem boy.

Gimana caranya temen gue tau pelanggan gue? It's so simple.

> Gue cari pelanggan
> Lapor ke temen gue sekalian ngasih NAMA dan ALAMAT pelanggan gue
> Temen gue ngirim produk
> Doi nyatet semua nama pelanggan gue
> Di kontakin satu-satu dah hehehehehehe.

Kecurigaan gue bermula ketika pelanggan gue (ini adalah pelanggan yang berpotensi menghasilkan uang yang lumayan besar, pelanggan gue ini adalah penyuplai produk yang ada di Negaranya. Untuk itu, pengiriman yang dilakukan dalam jumlah yang besar pula) meminta sebuah bonus karena sudah sering memesan. Tetapi, setelah gue tanyakan ke temen gue, doi bilang GAK BISA. Oke, gue turuti karena disini gue hanya sebagai marketing dan pengiriman doi yang ngurus.

Tapi, beberapa hari kemudian pelanggan gue mengirimi sebuah email yang berisikan NAMA + FOTO temen gue, dengan tulisan bahwa dia menawarkan BONUS. What the heck?

Disinilah etika dalam berbisnis harus dipelajari dan diterapkan.

Gue adalah teman, udah bisa dikatakan sahabat dekat. Tetapi didalam bisnis, gue tidak lebih hanyalah seorang partner, kolega. Bangsat.

Gue bener-bener gak nyangka akan hal ini. Untuk itulah gue katakan, gue adalah pemula dalam berbisnis yang bener-bener gak tau jahatnya bisnis.

Etika seorang sahabat akan hilang ketika harus berurusan dengan UANG.

Ini yang paling gue sesali dari sifat seorang yang katanya adalah teman. Apakah seorang teman akan tega membunuh hanya demi uang? Jelas! Banyak kasus yang terjadi, tidak perlu jauh-jauh untuk membahas seorang teman. Pernah lihat sebuah headline berita yang bertajuk "Seorang anak melaporkan IBUnya karena hutang" Wow, seorang anak saja tega melaporkan Ibunya ke polisi hanya perkara hutang yang tidak bisa dibayarkan Ibunya kepada anaknya. Apalagi hanya seorang teman?

Mereka banyak melupakan etika dalam mencari uang. Mereka mengaku bahwa mereka memiliki agama dan Tuhan, tetapi kenapa mereka masih menyangsikan kekuatan Tuhan? Rejeki sudah diatur, dan tidaklah baik merusak rejeki orang untuk mendapatkan rejeki. Plus, gue sedikit heran dan terhenyak (ciaelah bahasanya) ketika banyak orang mampu diluar sana yang memiliki sifat "PELIT". Apakah mereka tidak percaya akan perkataan Tuhan? Apakah mereka menyangsikan Tuhan? Padahal, Tuhan berkata bahwa dia akan mengembalikan berkali-kali lipat untuk apa yang telah kau beri ke orang yang membutuhkan. Dan Tuhan tidak pernah ingkar janji.

Gue sedikit heran.

Untuk itulah etika didalam bisnis sangat diperlukan.

Ingat perkataan gue diawal? Kita sebagai pebisnis harus mengambil resiko yang sekecil-kecilnya, tetapi mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. That's right, tetapi yang sangat fatal adalah. Mencuri pelanggan teman adalah resiko yang sangat besar! Ditambah, dia bukan sekedar teman dikehidupan nyata, tetapi sahabat dekat.

See you!
Read More »