Hello, Goodbye

Selasa, April 19, 2022

Pagi itu aku duduk disebuah kursi yang sudah tak lagi kokoh seperti dulu, berpemandangan beberapa ekor burung murai  yang terus berkicau seraya sedang membangunkan para penghuni sekitar. Tiba-tiba lamunanku buyar dan seketika sedih mengingat kucing yang ku beri julukan “the guardian of the sukino” sudah menghilang, padahal biasanya setiap pagi aku selalu ditemani olehnya. Jack namanya; seekor kucing yang memiliki corak khas seperti kucing bengal, hanya memiliki satu mata karena dahulu sebelum datang ke kos dia ditemukan tertembak peluru senapan angin tepat dibagian mata satunya. Satu yang paling ku ingat kenapa aku bisa memberinya julukan demikian; Jack adalah penguasa kos sukino, karena setiap dia datang kucing-kucing lain akan langsung pergi ketakutan. Bahkan aku sempat mengira dia adalah jelmaan Shanks di anime One Piece dan memiliki haki raja, haha.

Lamunanku semakin buyar ketika pintu pemilik rumah terbuka dan muncul seorang laki-laki kemudian bertanya “Loh mas, kapan sampe?”

Ya, dia adalah pemilik kos. Bapak Sukino namanya. Aku tak menyangka, bapak pensiunan tentara ini sekarang terlihat semakin renta, tubuhnya semakin kurus dan kulit wajahnya tampak semakin keriput. Padahal terakhir kali aku mengunjunginya, beliau masih terlihat gagah.

“Tadi malem pak, langsung tidur. Gimana kabar bapak, ibu? Sehat kan?” Jawabku sembari bertanya keadaan.

Tentu saja pertanyaan ini sekarang bukan lagi hanya menjadi pertanyaan basa-basi, karena setelah dua tahun lebih dunia diterpa oleh pandemi, rasanya pertanyaan template itu menjadi pertanyaan paling tulus dan wajib ditanyakan.

Rupanya pandemi menyikat habis keadaan ekonomi bagi banyak masyarakat Yogyakarta, tak terkecuali bagi Pak Sukino. Beliau bercerita, banyak yang berubah semenjak pandemi. Banyak pemilik tanah menutup kos dan kontrakan, para pedagang tak lagi memiliki penghasilan besar dan mengakibatkan banyak pula warung serta tempat makan kecil tutup. Pak Sukino bertahan meskipun hanya tinggal beberapa kamar kosnya saja yang terisi, bahkan menurutku hasil sewanya hanya cukup untuk membayar tagihan listrik dan internet. Ketika ku tanya kenapa dia tidak memutuskan untuk menutup kosnya, dia hanya menjawab “kasihan, masih ada anak-anak yang betah ngekos disini, masa iya harus bapak usir” dibarengi dengan tawa medoknya yang khas.

Pak Sukino keren, aku memutuskan untuk menjadi penggemarnya.

Sudah lebih 3 tahun aku meninggalkan kota ini, tepat sebelum virus memasuki Indonesia, aku sudah pulang ke tempat asalku. Rupanya banyak perubahan yang terjadi. Bangunan-bangunan yang dulu kokoh sekarang tampak rusak ditelan usia, jalanan tak seramai dahulu, bahkan aku bisa melewati Jalan Kaliurang bawah setiap waktu tanpa takut terkena macet.

Sepertinya kedatanganku tidak tepat.

Aku memutuskan untuk mengunjungi kota ini hanya beberapa hari saja, lagipula teman-temanku sedang sibuk bekerja. Egois rasanya jika harus meminta kepada mereka untuk terus menemaniku selama disana. Mereka semua memiliki kehidupan baru sekarang. Sudah bekerja, adapula yang sudah menikah dan memiliki anak. Senang rasanya mendengar mereka semua baik-baik saja dan hidup bahagia.

Tujuanku datang kali ini sebenarnya hanya ingin pergi ke sebuah candi, aku lupa namanya, candi ini berada sebelum candi Ijo, dan candi ini masuk jauh ke sebuah pemukiman warga, melewati jalanan hutan serta trek jalannya yang terjal dan berbatu.

………

Candi ini sangat spesial bagiku, mengingat pernah ada cerita lucu didalamnya. Aku pernah pergi ke candi ini berdua bersama dengan seorang wanita yang aku suka, padahal niat awalnya kami berdua hanya ingin duduk santai disebuah coffeeshop karena merasa bosan dirumah. Entah ide gila siapa, akhirnya kami berdua malah sampai disebuah candi antah berantah tanpa ada satupun pengunjung didalamnya. Hanya kami berdua yang ada saat itu, bahkan penjaga candi tidak menarik uang retribusi, dan mempersilahkan kami masuk begitu saja.

Lucunya, ditengah perjalanan sebelum sampai candi aku sempat ingin memutuskan untuk memutar arah karena takut warga sekitar akan mengira aku menculik seorang wanita, atau parahnya lagi, aku dikira akan berbuat mesum didalam hutan karena kondisi jalannya yang benar-benar sepi dan dikelilingi oleh hutan lebat. Dengan tampilan gondrongku dulu, serta lugunya perempuan yang aku sukai ini, pemikiranku tidak salah bukan?

Tapi karena sudah kepalang tanggung, aku memutuskan untuk tetap maju dan pantang mundur.

Sore itu kami habiskan dengan mengelilingi candi tanpa ada satupun pengunjung lain didalamnya, lalu berswafoto bersama hingga tak menyadari tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Untung saja ada sebuah pendopo yang terletak diujung candi ini. Kami berdua duduk menunggu hujan reda sembari sesekali bercerita keluh kesah perkuliahan. Masih teringat dengan jelas percakapan kala itu ketika wanita yang aku sukai bercerita mengenai mantannya. Aku mendengarkan dengan senang, karena mungkin aku berpikir bahwa aku adalah orang yang tepat untuk dia menceritakan semua keluh kesahnya.

Tak terasa hari semakin malam, maghrib berkumandang dari kampung sebelah. Hujan masih belum reda dan lagi-lagi aku berpikiran aneh dan ketakutan sendiri. Aku takut penjaga tadi berkeliling candi untuk memastikan sudah tidak ada pengunjung, kemudian mendapati kami sedang berduaan di pendopo lalu mengira kami berbuat yang tidak semestinya. Ketakutan itu berakar karena tampilanku yang urakan kala itu. Lagi pula, aku harus menjaga wanita yang aku sukai ini agar tidak dianggap buruk oleh orang lain.

Kami berdua memutuskan untuk menuju parkiran hujan-hujanan. Dan jika kalian berpikir aku akan memberinya jaket dan berakting bak laki-laki romantis di drama korea, kalian salah besar. Bukan apa, aku juga sedang tidak menggunakan jaket, dan lagi, aku tidak romantis.

Kami berdua pulang dalam keadaan basah kuyup, kasihan dia, jika saja waktu itu aku membawa jaket…. Aku tetap tidak akan memberikannya, karena aku tidak akan kepikiran, dan lagi, aku tidak romantis, haha.

……..

Hari ini aku memutuskan untuk pergi sendiri ke candi itu. Sudah banyak perubahan, ada beberapa pengunjung yang datang selain aku, bahkan jalan aksesnya sudah tidak berbatu lagi. Aku berkeliling sebentar, lalu pulang sembari mendengarkan lagu andalan You Make My World So Colourful versi akustiknya Daniel Sahuleka.

Banyak ingatan indah yang tercipta di kota ini. Meskipun bukan kenangan bersama pasangan, setidaknya kenanganku banyak terukir oleh orang-orang baik, dan satu wanita yang aku sukai. Meskipun hingga akhir perkuliahan, aku masih saja menjadi seorang pengecut dengan tidak memberitahu perasaan yang aku miliki.

Hidup harus terus berjalan, tapi aku memilih untuk tetap menjaga kenangan manis tersebut. Perjalanan itu yang mendewasakanku hingga aku bisa menjadi aku yang sekarang, belajar menerima dan melepaskan, belajar mengatakan dan mengikhlaskan.

Sekali lagi, aku meninggalkan kota Yogyakarta dengan senyum keikhlasan. Disepanjang perjalanan pulang, aku berdoa untuk semua orang baik yang pernah ada diperjalanan hidupku kala itu. Semoga semua temanku disana mendapatkan kebahagiaan, semoga pak Sukino terus diberikan kesehatan, semoga ada pengganti Jack untuk menjadi “the guardian of sukino” dikemudian hari, dan semoga Jogja akan kembali pulih.

Selamat tinggal Jogja. Lain kali aku akan datang mengunjungimu lagi untuk sekedar mengingat kenangan manis yang tercipta dulu. Aku akan terus mengunjungimu, agar aku terus mengingat bahwa banyak orang-orang baik yang selalu menemani aku. Aku akan terus mengunjungimu, agar aku tidak lupa bahwa ada satu orang wanita yang aku sukai dengan sangat hingga tidak ada nyali untuk mengungkapkan karena takut kehilangan.

Sekali lagi, selamat tinggal Jogja. Sampai bertemu di lain waktu.

-April, 2022
Read More »