Review

AVENGERS: END GAME [SPOILER ALLERT!!]

Minggu, April 28, 2019

Img Src: cnet.com

Sedikit kesal.

Karena Saya merasa sedang menonton sebuah film di layar tancap, bukan layar bioskop.

Sebelah kanan Saya ada pasangan yang sangat berisik dari awal-akhir film. Setiap ada karakter yang belum terlihat di scene-scene sebelumnya, mbak-mbak ini selalu nanya "Ini siapa?" Lalu dibarengi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurut Saya sangat aneh. "Kok dia bisa tiba-tiba muncul gitu?" "Ini batu apa?" bla bla bla.

Bukan kah seharusnya jika ingin menonton sebuah seri, haruslah ditonton dulu dari seri pertamanya? Sama seperti orang yang ingin menonton Game of Throne misalnya, ya mereka harus menonton season 1-7 dulu, baru dilanjutkan season 8.

Lalu ada 2 mbak-mbak disebelah kiri Saya yang kalau Saya total sudah bolak-balik wc sekitar 10 kali, lalu beberapa kali keluar untuk membeli makanan/minuman. Dibelakang Saya ada beberapa anak kecil yang malah asik bermain, dan  menendang-nendang kursi Saya.

Tidak bermaksud melarang sebenarnya, silahkan jika ingin menonton, tapi jangan pula mengganggu orang sekitar.

Okelah, lanjut.

Film produksi Marvel kali ini adalah seri terakhir dari para Avengers, dan jika mengikuti alur cerita yang ada dikomik, maka akan ada New Avenger yang berisikan Iron Lady, Spider-Man, & Falcon. Hal ini diperkuat karena pada akhir film terdapat scene dimana Capt. America memberikan shieldnya kepada Falcon untuk terus digunakan, karena Capt. America sudah menua.

Ditambah, hadirnya Professor Hulk dan Hawk Eye yang sudah bertransformasi menjadi Ronin di film ini akan memperkuat alur seperti di komik. Ya meskipun tidak 100% jalan cerita di film akan mengikuti jalan cerita yang ada dikomik, karena pihak Marvel sendiri yang akan menentukan seluruh alurnya.

Film ke-23 MCU ini menurut Saya pribadi tidak menjawab teka-teki, yaitu dimana setengah populasi makhluk hidup di alam semesta ketika mereka menghilang sementara? Atau setengah populasi ini benar-benar sudah mati, dan di'hidup'kan kembali oleh infinity stones?

Alur cerita yang dibuat oleh tim produksi Saya rasa sangat masuk akal dalam hal menghilangkan karakter Capt. America yang dikarenakan sudah habis masa kontrak pemerannya, yaitu Chris Evans. Sangat tidak dipaksakan, dan masih berada dalam timeline cerita MCU.

Durasi 3 jam lebih membuat Saya semakin semangat, karena Russo Brothers tidak akan menyia-nyiakan setiap detiknya untuk adegan-adegan tidak penting. Dan ternyata benar dugaan Saya, setiap menitnya digunakan dengan sangat baik, meskipun ada beberapa comedy scene yang mungkin seharusnya dihilangkan saja. Overall, keren!

Setiap karakter di End Game benar-benar memiliki perannya masing-masing, dan tidak setengah-setengah lagi seperti yang sudah Saya lihat di Infinity Wars. Disini mereka semua berani berperan 'lebih' meskipun hanya menjadi side kick. Kalau masalah aktor dan aktris sih, sudah tidak diragukan lagi, karena ini film blockbuster!

Masalah CGI?
Marvel tidak pernah mengecewakan Saya dalam urusan Visual & Scoring.

....

Banyak fans yang bersedih karena ada beberapa super hero kesayangan mereka yang harus mati pada film End Game ini. Sampai-sampai Saya membaca sebuah kanal berita dengan headline "Fans Avenger Sampai Masuk Rumah Sakit Karena Superhero Kesayangannya Mati"

Ya, tidak bisa disalahkan sebenarnya.

Hal ini menandakan bahwa Marvel telah berhasil membuat film-film yang sangat digemari dan disayangi masyarakat luas.

Avengers: End Game memiliki hype yang sangat besar. Buat yang ingin menonton, jadilah penonton yang cerdas! Jangan buang sampah sembarangan didalam bioskop, karena kabarnya ada beberapa bioskop yang ber-operasi 24 jam penuh untuk mengatasi antusiasme masyarakat kepada film yang satu ini.

"Tapikan gue udah bayar, ntar pegawainya makan gaji buta dong"

Pernyataan bodoh, yang tidak perlu ditiru.

Meskipun sudah bayar, bukan berarti otaknya ikutan nganggur dan tidak dipakai.

Oh iya, untuk yang belum pernah menonton dan hanya ikut-ikutan hype, Saya sarankan untuk menonton terlebih dahulu barang 1-2 film dari MCU, agar kesannya Anda tidak terlalu bodoh saat pemutaran film di Bioskop.
Read More »

Daily Absurd

Sudah Malas Saja

Rabu, April 24, 2019

Img Src: unycommunity.com
Mungkin postingan kali ini Saya akan sedikit curhat..

Tapi, tidak apa. Saya tidak perlu meminta izin kepada siapapun.

Beberapa tahun, atau lebih tepatnya sekitar 4 tahun kebelakang, Saya merasakan apa yang banyak orang lain rasakan. Terutama, gagal dalam hal percintaan. Atau, terserah bagaimana kalimat yang lebih tepat untuk mewakili. Bukan karena Saya mengikuti dan memuja Indonesia Tanpa Pacaran yang sedang hype di Instagram. Justru Saya mengecam keras hal tersebut, karena semua postingan didalam akun tersebut mendiskreditkan bahwa pacaran hanya akan menambah dosa, dosa, dan dosa, tanpa sama sekali mengambil hal positif didalam sebuah hubungan percintaan.

Siap, kembali lagi. Terakhir kali Saya menjalin sebuah hubungan dengan seorang wanita (karena Puji Tuhan Saya masih normal), itu kalau tidak salah pada Saya menginjak semester 2. Kemudian memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri karena ada suatu dan lain hal yang tidak semestinya Saya jelaskan atau ceritakan di blog ini.

Jika Saya mengkalkulasikan total Saya menghabiskan waktu dengan mantan pacar Saya itu, adalah sekitar kurang lebih 3 tahun. Atau, bagaimana dari pihak mantan Saya yang menganggapnya lebih sebentar, mungkin? Mungkin ada perbedaan perhitungan, layaknya PILPRES tahun ini, karena dalam kurun waktu 3 tahun, kami berdua sering putus-nyambung-putus-nyambung, yang kemudian diakhiri dengan kata "putus".

Saya tipe orang yang sangat lama untuk melupakan sesuatu. Selama hampir 1 tahun, Saya masih belum bisa melupakan beberapa memori yang pernah Saya lalui bersama mantan Saya tentunya.

Hingga suatu ketika, ada salah satu perempuan yang entah kenapa tiba-tiba membuat Saya merasa bisa melupakan mantan Saya. Proses sebenarnya, tapi perempuan ini berhasil. Dia membuat Saya memiliki kemauan yang kuat lagi untuk berusaha.

Sayangnya, Saya tidak bisa melanjutkan perjuangan Saya dengan alasan yang cukup masuk akal menurut Saya pribadi. Anehnya, Saya tidak berani mengucapkan atau setidaknya spill the tea mengenai perempuan ini. Cukup menjadi rahasia Saya dengan Tuhan saja.

....

Beranjak dari beberapa perjalanan tersebut, Saya dikenalkan seorang perempuan oleh salah satu teman Saya yang juga mengenyam pendidikan di Jogja. Awalnya, Saya menolak. Dengan alasan, perempuan ini tidak berada di Jogja, melainkan berada didaerah tempat Saya berasal. Simple, hubungan Saya terakhir kandas karena masalah jarak. Saya di Jogja, mantan Saya di Jakarta. Saya tahan, dia tidak. Atau, sebaliknya.

Setelah sedikit dipaksa, Saya akhirnya ingin mencoba.

Tapi aneh, Saya tidak bisa merasakan apa-apa. Saya rasa, mungkin penyebabnya karena Saya belum pernah bertemu secara langsung dengan perempuan ini.

Deskripsi singkat mengenai perempuan ini:

Dia baik, malah cenderung sangat menerima orang baru. Sedikit menyebalkan memang ketika pertama kali mencoba menghubungi perempuan ini melalui sebuah aplikasi pengirim pesan, balasan yang Saya dapatkan sangat singkat, pertanda seorang perempuan tidak mau.

Sebagai lelaki, Saya lebih berusaha tentunya. Dan lama-lama, mungkin, ya dia berbaik hati mau menerima gurau-an sampah dari Saya. Perempuan ini sangat baik kepada Saya, bahkan Saya berani berkata bahwa perempuan ini adalah salah satu orang yang membuat Saya menjadi lebih semangat untuk mengerjakan skripsi agar Saya bisa cepat pulang ke daerah tempat Saya berasal.

Saya memiliki 1 pernyataan:

Saya yang jahat, atau bodoh, atau, tidak tahu apa penyebabnya. Saya jarang sekali menghubungi perempuan ini.

Saya memiliki 1 jawaban:

Ketika itu, Saya merasa takut.

Menurut Saya, perempuan ini memiliki paras yang cantik, meskipun itu relatif. Saya takut, ketika nanti kami berdua bertemu, dia akan merasa kecewa setelah melihat Saya secara langsung.

Saya sangat pesimis akan hal ini, karena itu pula Saya tidak pernah mau menerima tawaran perkenalan melalui media sosial, atau apapun bentuknya. Karena Saya pribadi lebih memilih berkenalan secara langsung, lalu mencoba menghubungi, dan jika responnya tidak baik, berarti dia tidak suka dengan Saya. Entah apapun alasannya, Saya terima.

Saya takut menerima penolakan.

Bodoh memang, tapi itulah yang sebenarnya.

.....

Tapi setelah mengumpulkan keberanian.

Saya mencoba mengajak perempuan ini bertemu, dengan cara mengajak dia untuk menonton film di bioskop. Sedikit mendadak, karena keberadaan Saya di daerah Saya berasal hanya 2 hari saja, setelah itu Saya langsung pergi lagi ke rumah orang tua Saya yang letaknya di kampung dan jauh dari kota.

Bukan rezeki Saya mungkin. Ketika Saya ajak bertemu, perempuan ini tidak mau, dengan alasan sedang capek karena baru pulang dari kerja.

Tak apalah, Saya pikir.

Selang beberapa menit, Saya melihat Instagram Storynya sedang bersama teman-temannya disebuah tempat.

Ya, Saya tidak mempermasalahkan hal itu sebenarnya. Mungkin saja dia sudah berjanji dengan teman-temannya, jauh sebelum Saya mengajaknya.

.....

Kejadian yang tidak menyenangkan kemudian datang.

Waktu itu, Saya bersama beberapa teman Saya sedang duduk santai disebuah kedai kopi. Bercerita ngalor-ngidul membahas ini dan itu, hingga sampai kepada pembahasan hubungan dan wanita.

Saya kaget, beberapa dari teman Saya membahas perempuan yang sedang Saya dekati ini.

Saya diam saja waktu itu, tidak berani berbicara, dan ingin mencari informasi.

Yang ternyata, perempuan yang sedang Saya dekati ini sebenarnya sudah pernah dekat juga dengan beberapa teman Saya.

Tidak ada hal lain. Hanya, perempuan ini pernah dekat dengan beberapa teman yang sudah lama Saya kenal.

Lalu Saya tertegun. Kemudian memutuskan untuk menghentikan usaha pendekatan Saya selama ini.

Saya tidak pernah bisa mendekati seorang perempuan, yang juga pernah dekat dengan teman Saya, apalagi, perempuan ini adalah mantan dari teman Saya. Prinsip

.....

Setelah lulus, lalu kembali ke daerah tempat Saya berasal, ada beberapa teman yang mencoba mengenalkan teman perempuannya kepada Saya, tapi tidak sedikit pula yang Saya tolak. Alasannya, sudah malas saja.

Saya sudah malas melalui masa pendekatan dari awal lagi.

Jangan kau kira Saya tidak suka lagi kepada perempuan. Tapi hanya sudah malas saja.
Read More »