Curahan Hati

MIMPI

Sabtu, April 03, 2021

Mengenai Mimpi
Lucu sekali... Tadi malam aku bercerita mengenai banyak hal mengenai kehidupan yang sedang aku alami. Pekerjaan, rezeki, hingga perasaan, meskipun tidak ditambah dengan bahasan politik atau carut-marutnya kondisi perekonomian Zimbabwe yang diakibatkan oleh inflasi besar-besaran pada tahun 2005. Mungkin teman dekatku sudah sering mendengarnya, atau bisa saja dia sudah bosan mendengar bahasan yang itu-itu saja.
Gelas pertama yang bukan diisi dengan alkohol telah habis. Aku masih bercerita mengenai pengalamanku selama tinggal di Jogjakarta. Mengenang beberapa kejadian yang terkadang membuatku terdiam, atau menjerit histeris.

Terbaik, mas barista mungkin tahu kalau pelanggannya sedang bercerita serius. Aku disuguhi alunan musik melow dari sebuah band bergenre Heavy Metal. Aneh bukan, mendengar alunan elegi yang lirih dari lagu So Far Away?

Highlight Instagram yang pada malam sebelumnya sempat aku buka menjadikan bahasan Jogjakarta berada pada urutan pertama yang wajib sekali untuk dikenang (lagi). Bukan perkara bermain dan belajar, tapi cerita kali ini berkiblat pada kejujuran bahwa ada sesuatu yang ditutupi selama ini

Gelas kedua yang tetap saja bukan terisi dengan alkohol telah habis. Cerita diakhiri dengan dimatikannya lampu, pertanda aku telah diusir oleh si empunya tempat.

Dijalan pulang aku terlalu banyak diam dan mendengarkan. Musik yang sejatinya menenangkan malah membuat aku semakin pusing ketika lagu The Beatles dengan tajuk Yesterday mulai diputar. Memikirkan mengenai masalah yang tak kunjung selesai, lalu berucap didalam hati "semoga saja bulan lalu adalah bulan terberat yang aku alami pada tahun ini, dan tidak akan ada lagi bulan-bulan berat berikutnya".

......

Lucu sekali... Tadi malam aku bercerita mengenai banyak hal mengenai kehidupan yang sedang aku alami. Pekerjaan, rezeki, hingga perasaan.

Aku terlelap tidur... dan dari sekian banyak cerita yang sudah aku ceritakan, aku memimpikan dia, lagi.

Pagi tadi ketika aku bangun, aku tersenyum sendiri.

Gipsy
01:43
Read More »

Curahan Hati

MERAH, KUNING, HIJAU

Rabu, Maret 17, 2021

Warna kuning rambu memaksa untuk berjalan dengan hati-hati, hingga hijau yang seharusnya hanya sekelibat mata jadi terasa sangat lama, bertarung melawan sifat ketidaksabaran, klakson kendaraan saling bersautan tidak mau mengalah. Tak ada aturan pasti, tapi siapa yang paling kencang, dia pemenang.

5 detik sebelum itu, seseorang memalingkan pikirannya jauh sekali pada suatu waktu saat semuanya sedang baik-baik saja, ketika dia masih tidak berteman akrab dengan kesepian.

Pikiran jauh mengawang menelusuri cerita dua insan beda kelamin sedang asik-asiknya berbahagia, tanpa harus memperdulikan sekitar. Sedang sibuk menggali lebih jauh mengenai kenapa cerita bahagia itu bisa usai, klakson mobil pengangkut ratusan besi yang sudah menunggu lama dibelakang mengagetkan dia dari lamunannya.

Warna hijau rupanya sudah menyala.

“Ah.. buat apa menilik jauh ke belakang” pikirnya. Biarkan saja cerita lalu yang sudah terkubur terlalu dalam hilang ditelan waktu.

Sama seperti lampu yang telah berubah jadi hijau, maju menjadi satu-satunya pilihan pasti agar tidak ditabrak oleh kendaraan yang ada dibelakang. Maju saja, meskipun didepan masih ada jalan berlubang dan berkelok, ia juga memiliki pemandangan indah yang memanjakan mata.

Didepan jalan sana masih banyak manusia lain menunggu untuk disuguhi cerita perjalanannya. Jika beruntung mungkin akan diberikan makan, atau bahkan tempat tinggal sementara.



Read More »

Curahan Hati

PERKARA RINGAN

Sabtu, Maret 06, 2021

Sejak sore hujan melanda kota yang sudah hampir dua tahun ini Saya tinggali, lagi. Padahal sebelumnya, kuning kemerahan masih tercetak dikanvas maha luas bernama langit.

Asap pekat mulai menghilang pertanda pembakar lahan mulai mengerang gelisah dirumahnya karena musim hujan mungkin sebentar lagi akan tiba. Ribuan semut hitam muncul dipekarangan rumah, keluar dari persembunyian yang mungkin saja sedang tergenang air. Tiba-tiba suara jangkrik mulai bermunculan dan saling bersaut-sautan. Jika tahu artinya, mungkin saja mereka sedang bernanyi girang karena hujan sudah mulai datang. Atau, bisa saja mereka saling adu makian karena menganggap jangkrik lain berisik dan mengganggu. Who knows...

Dibawah sini, orang-orang bergembira karena tak perlu lagi bingung akan kehabisan air. Tanaman kembali berfotosintesis setiap pagi meskipun tanpa dibantu siraman air dari si empunya. Belakangan curahan hati mengenai panas selalu menyambangi Saya ketika bertemu pemilik warung, atau tetangga-tetangga yang setiap sore harus membawa ember penuh air untuk menyiram tanaman janda bolongnya yang konon katanya bisa dipatok dengan harga yang lumayan fantastis.

Cuaca yang lumayan sejuk tentu saja membuat banyak orang tidak ingin melakukan aktifitas apapun selain tidur, tidak terkecuali dengan Saya yang sedari tadi mencoba memejamkan mata namun tetap saja gelisah memikirkan sesuatu hal. Perkara yang mungkin saja ringan, namun tetap saja mengganjal isi kepala.

Ilusi kegetiran yang Saya yakin tertanam dikepala secara tidak sengaja perkara habis menonton video limbad yang sedang dilindas tendem roller.

Entahlah, memikirkan perkara ringan membuat otak bekerja lebih keras dari biasanya.

Bahkan secara tidak sengaja, Saya tidak tahu harus mengakhiri tulisan ini dengan apa. Hingga harus mengakhirnya dengan bagaimana?
Read More »

Celotehan Sok Bijak

KELUARGA ADALAH PEPERANGAN YANG TIDAK PERLU KITA MENANGKAN

Minggu, Februari 14, 2021

Mengenai Arti Toxic Parenting
In the wee small hours of the morning
While the whole wide world is fast asleep
You lie awake and think about the girl
And never, ever think of counting sheep

In the wee small hours of the morning mengalun senyap diantara volume 10% dari speaker laptop yang sudah hampir 7 tahun kebelakang setia membantu dalam segala hal, dimulai dari mengetikkan kalimat demi kalimat di Microsoft Word hingga disuruh mengerjakan hal tak masuk akal seperti merender video dengan resolusi Full HD berdurasi 15 menit untuk tugas kuliah, yang mungkin jika laptop ini bisa berbicara menggunakan bahasa manusia, dia akan berteriak dan meminta upah lebih kepada Saya sebagai "si empunya" karena sudah memberikan tugas demi tugas yang tidak masuk diakal, bahkan cenderung lebih seperti kerja romusha pada jaman penjajahan Jepang di Indonesia.

Hebat, tak ada yang bisa menandingi alunan musik dengan frekuensi tinggi yang keluar dari speaker ringkih yang meskipun volumenya sudah dikecilkan, tetap saja suaranya pecah tidak karuan. Namun berkat suara merdu dari Frank Sinatra, alunan speaker pecah pun seakan nikmat saja untuk didengar, dan terkadang juga tanpa sadar ikut bergumam menanyikan liriknya didalam hati.

Sepulang dari mencari angin segar dikarenakan malam ini adalah malam minggu, tiba-tiba hasrat untuk sekedar membuka laptop melanjutkan rigging character di After Effects guna keperluan pekerjaan menjadi menggebu-gebu. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena tiba-tiba saja menemukan ide hebat ketika sedang menunggu lampu merah yang tak kunjung hijau disepanjang jalan pulang. Tapi niat menggebu-gebu itu hilang begitu saja ketika After Effects melakukan kebiasaannya "not responding" pada saat krusial meng-import file dari Illustrator. Ban*saaaaat

Karena sudah terlanjur menyalakan laptop, sekalian saja Saya membahas hal ini yang memang sejatinya sudah lama sekali ingin Saya bahas dengan panjang lebar dan mengoceh sendiri disini. Bahasan menarik yang akhir-akhir ini sering dijadikan tameng untuk mereka yang suka mendiagnosis dirinya sendiri mengidap penyakit yang sekarang sering juga dijadikan kartu AS untuk mereka yang blunder disosial media. Mental Illness.

.......

Keluarga adalah peperangan yang tidak perlu dimenangkan.

Saya berterimakasih untuk orang yang pertama kali menciptakan kata-kata tersebut. Kata-kata yang mampu membuat Saya mengatakan "yasudahlah" ketika dicerca pertanyaan atau pernyataan dari keluarga yang tidak jarang membuat Saya tidak nyaman.

Bagi Saya keluarga adalah hadiah terhebat yang pernah Tuhan berikan kepada Saya. Mereka adalah orang-orang hebat yang tidak pernah lelah mendengarkan keluh kesah Saya setiap hari, mereka adalah orang-orang tangguh yang tidak lelah menasehati Saya agar menjadi manusia yang lebih baik dikemudian hari, dan mereka adalah pahlawan-pahlawan super yang tidak pernah lelah bekerja untuk memberikan Saya kehidupan yang layak hingga detik ini. Meskipun dalam beberapa kesempatan  mereka berubah menjadi orang yang paling menyebalkan, tapi mereka tetap menganggap Saya adalah keluarga yang harus dijaga.

Terkadang terbesit pemikiran nakal setelah membaca beberapa keluhan pengguna media sosial di Indonesia mengenai toxic parenting. Tiba-tiba mengaitkan beberapa kejadian tidak meng-enakan dengan pengalaman pribadi yang mungkin saja sama atau bisa saja otak sengaja men-cocok-logikan agar terlihat sama. Tapi, pemikiran itu seketika menghilang ketika Saya mengingat kalimat ajaib "Keluarga adalah peperangan yang tidak perlu dimenangkan".

Saya mengakui, dulu sekali ketika masih pertama kali menginjak masa remaja, Saya adalah tipikal orang yang tidak peduli dengan keluarga. Bahkan Saya lebih memilih untuk pergi dengan teman dibandingkan mengikuti acara keluarga. Parahnya lagi, Saya lebih mempercayai perkataan teman-teman Saya dibandingkan orang tua Saya. Hebat bukan? Pernah juga suatu ketika Saya membantah nasehat dari orang tua dan menganggap nasehat mereka itu kuno, sudah tidak relevan dengan keadaan saat itu. Masa remaja Saya diisi dengan banyaknya bantahan dan ketidakpedulian.

Tapi itu dulu sekali, ketika masih asyik-asyiknya bermain dan mencoba hal baru. Ingin menunjukkan taji pada semua orang bahwa Saya mampu hidup tanpa keluarga dan membuktikan bahwa perkataan-perkataan mereka semua salah.

Tahun demi tahun berlalu...

Semua tampak menyenangkan dan Saya selalu merasa paling benar dan tak terkalahkan ketika berada difase "semuanya baik-baik saja". Tapi kemudian semua berubah ketika satu persatu masalah datang silih berganti. Banyaknya masalah dalam hidup ketika beranjak dewasa membuat Saya sadar betul bahwa semua nasehat yang telah dilontarkan oleh kedua orang tua Saya selama ini ternyata akan menjadi kenyataan dikemudian hari. Bahkan keakuratannya mencapai 100%.

Jika ada kompetisi meramal antar peramal-peramal yang ada diseluruh penjuru dunia, maka Saya yakin dengan sangat bahwa kedua orang tua Saya akan memenangkan kompetisi tersebut dengan nilai sempurna, dan tanpa kesalahan.

Waktu ternyata menjawab dan mengamini semua nasehat yang pernah orang tua Saya berikan dan lontarkan kepada Saya. Meskipun tidak ada tenggat waktunya, satu demi satu nasehat mereka yang sebelumnya selalu Saya remehkan ternyata selalu menjadi kenyataan pada hidup Saya. Membuat Saya berpikir keras, dan juga ikut mengamini semua perkataan yang sebelumnya selalu Saya anggap bualan dan omong kosong.

Otak Saya berpikir keras untuk menjawab pertanyaan "Kok bisa sih?" dalam waktu yang lumayan lama. Dalam perjalanan refleksi diri ini, Saya menyadari bahwa kalimat "Orang tua sudah makan asam garam terlebih dahulu" itu benar adanya. Meskipun tidak dalam pengalaman hidup yang sama, setidaknya orang tua lebih dulu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dalam cakupan hal yang sangat luas. Kembali berpikir bahwa nasehat-nasehat orang tua yang selama ini selalu Saya anggap omong kosong ternyata adalah nasehat-nasehat yang sejatinya diberikan bukan untuk menghakimi atau menyalahkan, tetapi mengarahkan Saya untuk dapat lebih bijak memilih flowchart kehidupan agar tidak salah langkah dan menyesal dikemudian hari.

Saya yang dulu adalah seorang anak pembangkang yang tidak pernah mau mendengarkan perkataan orang tua, lambat laun sadar bahwa ternyata selama ini Saya sudah salah dalam menilai. Dulu Saya selalu menganggap bahwa orang tua Saya adalah orang yang selalu menghambat kebahagiaan dan kesenangan Saya menjalani hidup. Saya selalu membandingkan kehidupan teman-teman Saya yang dari penglihatan mata dibebaskan orang tuanya untuk melakukan apapun yang mereka inginkan.

Nyatanya, meskipun Saya membangkang dan tidak tahu diuntung, toh kedua orang tua Saya tetap menganggap Saya anak mereka, dan kedua orang tua Saya tidak pernah mengurangi rasa sayang mereka untuk Saya. Bahkan sebandel-bandelnya Saya, kedua orang tua Saya akan selalu membanggakan Saya didepan orang lain. Jikalau pun Saya bisa berubah menjadi godzilla, Saya yakin kedua orang tua Saya akan tetap menyayangi Saya sebagaimana orang tua menyayangi anaknya.

Lalu bagaimana dengan teman? Seiring berjalannya waktu, Saya tersadar bahwa mereka akan meninggalkanmu ketika kau sudah tidak sama. Layaknya anak kera yang tidak sengaja tersiram cat berwarna merah oleh manusia, ketika kembali ke habitatnya, anak kera ini akan dijauhi dan dikucilkan oleh kawanannya karena dianggap berbeda. Kau harus terus mengikuti apa yang kawananmu inginkan jika ingin terus berada pada habitat kehidupan. Begitulah adanya sosial dan kehidupan pertemanan, mau tidak mau, kita sebagai manusia harus terus mengikuti perubahan agar tetap bisa berjalan berdampingan dengan para kawanan. Tidak menyalahkan dan tidak menghakimi, mereka yang ada disekitarmu tidak serta merta salah, karena mereka yang kau anggap teman sejatinya tidak memiliki tanggung jawab atas hidupmu, dan mereka juga tidak memiliki tanggung jawab atas kebahagiaan dirimu dimasa depan.

Sedangkan orang tuamu, mereka memiliki tanggung jawab untuk tetap harus melihatmu bahagia dan tersenyum hingga kau besar dan menikah nanti. Bahkan apa yang kau anggap "orang tua masih saja mencampuri kehidupan berumah tanggaku" adalah semata-mata hanya karena ingin melihat anak-anaknya terus bahagia dan tidak kesulitan. Merubah sudut pandang itu perlu bukan?

Terkadang hal sepele seperti; memiliki kedua orang tua menyebalkan karena tidak dibelikan smartphone keluaran terbaru adalah anggapan benar, karena selalu meng-compare dengan orang tua lain. Padahal sejatinya ketika kau kesal karena tidak dibelikan apa yang kau inginkan, kedua orang tuamu sedang gelisah dan sedih karena merasa tidak mampu membahagiakanmu. Bahkan mungkin ada sebagian orang tua yang rela meminjam kesana-kemari hanya untuk membelikan apa yang menjadi sumber kebahagiaan anaknya.

Hal sepele lainnya ketika kau berpikir bahwa orang tuamu menyebalkan karena kau tidak diperbolehkan pulang diatas jam 10 malam ketika sedang bermain dengan temanmu. Padahal sejatinya orang tua hanya takut anaknya kenapa-kenapa karena pulang terlalu larut, membuat hati kedua orang tua gelisah takut kejadian tidak menyenangkan menghampiri anaknya. Sekali lagi, merubah sudut pandang itu perlu bukan?

Keluhan dimedia sosial selalu soal menuntut para orang tua untuk mendidik anaknya dengan benar, dan sebagian selalu menuntut agar para orang tua tidak menjadi orang tua toxic yang selalu mengekang kebebasan ber-ekspresi anaknya. Bahkan ada sebagian yang menyalahkan didikan orang tuanya perihal ketidakpercaya dirian mereka ketika sudah besar karena sedari kecil para anak-anak ini menganggap semua usahanya selalu tidak dihargai dan diapresiasi oleh kedua orang tuanya.

Jika kau membandingkan didikan orang tuamu dengan didikan orang tua tetanggamu, maka apa bedanya?

Jangan pernah mengikuti jejak Saya yang pernah menganggap bahwa Saya (kita) bisa hidup tanpa keluarga. Apapun yang telah kau lalui, salah atau benar, serta jahat atau baik, kedua orang tuamu masih akan tetap setia menunggu dirumah untuk menyiapkanmu sarapan atau makan siang ketika kau pulang kerumah. Mereka adalah hadiah terindah yang pernah Tuhan berikan kepada Saya dan kepada kalian semua.

Seburuk apapun mereka dimatamu, semenyebalkan apapun mereka dipikiranmu, dan sejahat apapun mereka dibenakmu, berdamailah dengan keluargamu. Karena sejatinya keluarga adalah peperangan yang tidak perlu kita menangkan.

Gipsy.
Februari, Tahun Kerbau Logam.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

OPEN MINDED DAN KELUH KESAHNYA

Kamis, Januari 21, 2021

Arti Kata Open Minded Beserta Keluh Kesahnya

Tadi pagi tiba-tiba Saya dapat pesan dari salah seorang teman, mengajak untuk sekedar keluar rumah mencari udara segar, mungkin dia tahu Saya sudah lama sekali tidak keluar rumah. Lalu terbesitlah dikepala untuk mengunjungi salah satu teman yang memiliki kedai kopi di pertengahan kota. "Sudah lama tidak ketemu, bisa sambil ngopi dan bercengkrama" Saya bergumam.

Tidak lama berselang teman Saya akhirnya datang, tapi dia tidak sendiri, melainkan bersama hujan yang lumayan lebat. Wah sepertinya cuaca tidak mendukung Saya untuk keluar rumah. Aneh Saja, padahal pagi tadi cerah sekali, matahari masih terbit dari timur, daun-daun dari pohon jeruk punya rumah tetangga yang sering Saya curi kalau sedang ingin memasak mie instant juga terlihat segar dan betah hidup, kucing tetangga juga masih seperti biasa, membuang kotorannya tepat didepan rumah Saya. NGENTTTT***TT

Imbas dari hujan tadi adalah obrolan ngalor-ngidul dengan teman Saya yang memang sejatinya sejak di Jogjakarta kami berdua bisa menghabiskan waktu untuk mengobrol hingga berjam-jam. Bahkan rekor yang paling Saya ingat adalah ketika kami berdua datang ke sebuah kedai kopi di daerah Jl. Babarsari, saat itu kami datang ke kedai tersebut pada jam 7 malam, lalu mengobrol berdua membahas sejarah, politik, ilmu agama, ilmu kanuragan, tatanan dunia, teori konspirasi bumi datar, anak bapak kos yang suka pacaran di lorong jalan, hingga membahas selangkangan, lalu akhirnya kami berdua pulang ke kos masing-masing pada jam 8 pagi, tepat setengah jam sebelum kami berdua ada kuliah pagi. Gokil.

Seringnya pada setiap pembahasan memaksa harus beradu argumen, tapi bukan untuk menentukan benar atau salah, menang atau kalah, melainkan untuk mencari sudut pandang alternatif dan menentukan titik temu.

Dan kali ini, obrolan ngalor ngidul dibuka dengan sebuah kata open minded. Kata-kata yang maknanya sendiri sudah bergeser, banyaknya orang yang salah kaprah dalam mengartikan serta menggunakannya.

Muak rasanya mendengar kata-kata ini berseliweran di media sosial ataupun kehidupan nyata. Tak jarang pula kata-kata ini disulap menjadi spell sakti yang levelnya sudah setara dengan cheat permainan Grand Theft Auto anti polisi bintang 5. Kata yang wajib pula diucapkan ketika seseorang sudah mulai terdesak, atau untuk memperkuat suatu argumen agar orang lain juga ikut mengamininya.

Apa sih sebenarnya arti kata open minded?

Berpikiran terbuka dan menerima perbedaan? Atau, lebih kompleks dari itu?

Jika kita sepakat untuk mengartikannya hanya sebagai berpikiran terbuka, maka kita juga jangan pernah lupa dengan kata menerima. Menerima bukan berarti harus ikut menyetujui atau bahkan mendukung bukan?

Mari kita bahas mengenai topik panas yang masih sangat tabu dan sering menjadi perdebatan di Negara kita tercinta ini. LGBT.

Banyak sorotan pada bahasan LGBT menjadikannya topik yang paling banyak diperdebatkan oleh berbagai kelompok. Entah itu ketidak setujuan suatu kelompok agama karena menganggap bahwa kaum LGBT adalah suatu kaum yang sudah melanggar kodrat yang diberikan oleh sang pencipta, atau pada bagian kelompok lain yang memaksa semua orang harus menerima kaum LGBT dengan dasar hak asasi manusia.

Suatu kelompok yang menyatakan dirinya open minded karena mendukung LGBT terus-terusan menghakimi orang-orang yang kontra dengan LGBT. Jika Saya tarik kembali mengenai arti open minded sendiri, bukannya itu sudah menyalahi artian dan aturan? Open minded adalah berpikiran terbuka dan menerima perbedaan bukan? Lalu kenapa orang-orang yang mengaku open minded dan mendukung LGBT masih saja tidak menerima perbedaan dan menerima bahwa banyak orang yang tidak setuju dengan mereka? Jika masih tidak setuju dan tidak menerima perbedaan, maka apakah mereka masih layak untuk melabeli dirinya seorang yang berpikiran terbuka?

Lalu ada lagi kelompok lain yang mungkin melabeli dirinya adalah seorang open minded karena mendukung gerakan menggunakan pakaian sebebas-bebasnya karena sejatinya manusia itu tidak boleh dibatasi cara berpakaiannya. Dan manusia juga memiliki hak untuk bebas berekspresi. Kelompok ini biasanya menentang cara berpikir kelompok lain yang tidak menyetujui hal tersebut dengan landasan norma dan agama.

Sekali lagi, bukankah open minded itu memiliki artian Berpikiran terbuka dan menerima perbedaan? Lalu kenapa orang-orang yang melabeli dirinya sebagai seorang yang open minded masih saja mencari pembenaran dan pembelaan?

Begini, jika ada maling yang masuk kerumah orang yang open minded, apakah maling itu akan dibiarkan saja karena kita harus mengerti dan menerima perbuatannya?

Jika mereka yang open minded menjawab "Itu adalah hal berbeda, kita harus menindaknya karena perbuatan maling itu salah dan melanggar hukum"

Lalu, apakah kelompok kontra LGBT dan Pakaian terbuka/tertutup tidak memiliki pemikiran yang sama dengan kelompok pro? Mereka juga bisa menjawab "Kita harus menindaknya karena perbuatan itu salah dan melanggar hukum agama"

Sejatinya, esensi hidup sebagai manusia sosial adalah berbeda pendapat bukan? Bahkan Saya pernah berkata bahwa jika semua sama, letak ke-asyikannya dimana?

Beradu argumen itu penting, tapi bukan untuk mencari pembenaran, atau bahkan lebih parahnya hanya untuk mencari siapa yang benar dan salah, siapa yang menang dan yang kalah. Berbeda pendapat itu sebuah seni yang memang sejak dahulu sudah ada, serta tidak bisa dihilangkan begitu saja hanya perkara seseorang yang open minded.

Siapa saja boleh memiliki argumen yang berbeda, serta boleh memandang suatu hal dari banyak arah. Silahkan jika kau mau menyetujui LGBT, atau kau mau mendukung gerakan semua manusia bebas berpakaian apapun tanpa ada batasan. Dan kau juga boleh untuk tidak menyetujui dua hal tersebut. Tapi ingat satu hal, jangan pernah mengajak. Mengajak adalah hal paling bahaya yang dilakukan orang yang merasa dirinya benar.

..........

Jangan pernah mengalihfungsikan kata open minded hanya untuk tameng belaka. Jangan jadikan open minded sebagai perisai untuk menutupi sifat tidak mau diaturmu. Egomu malah menasbihkan kata open minded menjadi kata sampah yang wajib dihindari. Jika kau yakin dengan sifat tidak mau diaturmu, hiduplah sesuai dengan apa yang kau yakini. Asal, jangan mengajak.

Sekali lagi Saya tanya;

Apakah kita sudah open minded? Atau hanya tidak mau diatur saja?

- Gipsy
Read More »

Curahan Hati

MELODRAMA

Rabu, Januari 20, 2021


Tadi pagi Saya bangun dengan perasaan acak dan malas, padahal jam masih menunjukan pukul 05.00 dini hari, dan orang-orang normal pasti memiliki kemauan hidup yang sangat tinggi jika bangun pada jam-jam tersebut.

Tiba-tiba saja tidak bersemangat untuk menjalani aktifitas apapun selain tidur dan berkontemplasi. Meskipun malam-malam sebelumnya memang sedikit sulit untuk tidur dengan tenang karena memikirkan banyak hal, dari yang terpenting hingga yang kurang penting. Dilema untuk bertindak, apa yang harus Saya lakukan sekarang?

Rasa cemas sekarang mendominasi. Peliknya pemikiran mengenai masa depan sekarang sedang asyik menari-nari dari pagi hingga pagi lagi. Yang sejatinya masa depan itu rahasia, tapi malah belakangan ini Saya mencoba menebak-nebak sendiri apa rahasia alam semesta dan pencipta untuk diri Saya. Aneh rasanya, meskipun sudah tahu bahwa melakukan hal ini adalah perbuatan sia-sia, tapi tetap saja seni merumitkan diri sendiri dengan pemikiran-pemikiran aneh bin ajaib masih terus bergejolak.

Mencemaskan masa depan, kesuksesan, hingga tiba-tiba secara spontan merasa sedih karena baru saja menyadari kenyataan bahwa orang yang pernah Saya suka baru saja melangsungkan pernikahannya. Kilas balik jadi acuan dasar yang malah memperkeruh suasana pagi tadi. Bahkan secara spontan tangan ini mengetikkan You Make My World So Colorful pada kotak pencarian Youtube, lalu secara lirih melantunkan bait demi bait lirik yang dibuat sedemikian rupa oleh Daniel Sahuleka.

Sekelibat jadi teringat kembali kata-kata klise yang sering disebut oleh banyak orang; Mau bagaimanapun, hidup harus terus berjalan. Lalu menyemangati diri sendiri dengan menggumam "Yaudahlah" untuk menghakhiri kecemasan yang tiba-tiba saja datang dipagi tadi.

Terkadang kita sebagai manusia masih sering lupa bahwa apa yang menjadi rahasia, seharusnya tetaplah menjadi rahasia. Mengikhlaskan pada waktu untuk membuka semua rahasia yang selama ini merenggut rasa penasaran setiap homo sapiens. Tapi apa daya, manusia tetaplah manusia, dan rasa penasaran tetaplah rasa penasaran.

Jalani hidup seperti kebanyakan orang lain melakukannya. Bekerja, pergi bersama teman, menonton televisi, atau menghibur diri dengan hal-hal lucu di media sosial. Jangan takut untuk merasa cemas, toh sejatinya rasa cemas dan manusia itu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari sejak kita diberi nafas.

Sederhana saja, dari semua makhluk yang ada di Bumi ataupun Galaksi Bima Sakti, pasti ada satu atau bahkan ribuan orang yang juga pernah merasakan apa yang kita rasakan, dan pernah mengalami apa yang telah kita alami. Jadi jangan pernah merasa sendiri. Terima saja, lalu bergumam "Yaudahlah" agar Saya dan kamu bisa melanjutkan hidup dengan sebagaimana mestinya.

- Gipsy


Read More »