Curahan Hati

MENYERAH

Kamis, Juni 25, 2020


Banyak motivator terkenal berkata "Jangan takut, jangan pernah menyerah", seakaan berprasangka bahwa semua masalah didalam hidup memiliki solusi untuk diselesaikan.

Lalu, apakah menyerah bukan salah satu solusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan?

Beberapa keadaan memaksa kita untuk tetap bertahan meskipun digempur habis-habisan. Namun ada beberapa keadaan yang juga memaksa kita untuk menyerah jika suatu kemungkinan berpersentase nol. Menyerah bagi sebagian orang digunakan untuk bertahan, dan melanjutkan. Untuk Saya, menyerah digunakan untuk melupakan.

Sebagian keadaan memaksa untuk tetap bertahan, apapun alasannya.
Sebagian lagi diam-diam berbisik pelan, tapi terus-terusan terngiang untuk memikirkan kapan semua akan dilepaskan.

Menyerah bukan berarti menjadi pengecut. Seolah harus menanggung semua resiko terburuk karena tidak mau berusaha lebih. Nyatanya, menyerah tidak semenakutkan itu.

Menerima memang mudah, tapi apakah sudah mengikhlaskan?

Saya ingin mencoba menuliskan analogi sok tahu yang baru saja terlintas dikepala Saya karena belum bisa tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga pagi.

"Tetesan air tidak pernah menyerah untuk mengikis sebuah batu yang sangat keras, berapapun waktu yang diperlukan, ia tidak akan menyerah"

Seperti memiliki dua premis dengan cerita yang berbeda. Bisa saja tetesan air memang tidak pernah menyerah, tetapi apakah batu melakukan hal yang sama? Apakah ada kemungkinan bahwa ternyata batulah yang sebenarnya sudah menyerah oleh tetesan air?

Sudut pandang yang sering Saya tekankan disetiap hal memungkinkan untuk membantu memahami bagaimana dan kenapa. Menjawabnya dengan mudah, meskipun sedikit membingungkan pada awalnya.

Bagi Saya, 7 tahun merupakan batas masa untuk melepaskan, merelakan, melupakan.
Menyerah menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia dikolom sebuah jawaban. Walaupun konotasi pilihan sendiri adalah pasti lebih dari dua, tapi jawaban yang benar hanya satu bukan? Dan tanpa harus menebak dengan kancing baju layaknya sedang mengisi ujian, Saya yakin jawaban dari pertanyaan ini adalah menyerah.

Semua ada masanya, dan setiap masa ada batas waktunya.

Begitu pula dengan apa yang sedang Saya alami beberapa minggu kebelakang hingga saat Saya menulis ini. Masa untuk bertahan telah mencapai batas waktu. Seperti mengisi billing di warung internet, tapi kali ini tidak bisa ditambah, karena sudah dipesan oleh orang lain. Lagipula Saya sedang malas berjalan ke operator untuk membayar lagi.

Saya harus melepaskan apa yang sejatinya bukan untuk Saya
Saya harus merelakan apa yang seharusnya bukan kepunyaan Saya
Saya harus melupakan apa yang sebenarnya bukan takdir Saya.

Pontianak, 25 Juni 2020
Read More »

Curahan Hati

ANTARA DUA PILIHAN, SAYA ATAU ORANG DISEKELILING SAYA

Senin, Juni 22, 2020


Satu minggu ini menjadi salah satu minggu terberat yang pernah Saya alami; Penjualan menurun akibat pandemi, jasa pengiriman harus tutup, serta uang tabungan yang semakin hari semakin menipis.

Berimbas pada sebuah konklusi yang tidak disangka sebelumnya.

KEPUTUSAN

Mari Saya ajak kembali sejenak ke tahun 2013, menggali alasan mengenai kenapa dan bagaimana.

......

Tahun ini seperti anugerah. Mengenal seseorang yang ternyata dikemudian hari menjadi pacar Saya, dan meskipun sekarang orang tersebut sudah menjadi mantan Saya. Kemudian bergabung disalah satu komunitas sekolah yang menurut sebagian orang layak dipertimbangkan sebagai komunitas paling populer.

Meskipun kesenangan tahun itu akhirnya rusak, setelah Saya mengenal seseorang yang begitu terasa berbeda.

......

Mencintai dan dicintai adalah dua hal berbeda, Saya bisa saja seenak jidat mencintai seseorang, tapi apakah Saya bisa memaksakan dicintai juga? Perkara ini yang terus-terusan berputar dikehidupan seorang anak SMA yang tidak pernah mengerti jawaban dibalik pertanyaan kenapa dan bagaimana.

Hingga tiba saat harus melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, pertanyaan itu masih terus berputar seperti sebuah looping yang tidak pernah berhenti. Energi yang dihasilkan kembali diputarkan untuk memikirkan hal yang sama. Seperti sebuah pola yang tidak satu orang pun tahu dimana ujungnya.

Ribuan alasan telah digumamkan, setiap malam selama bertahun-tahun selalu berkontemplasi akan ketidaknyataan. Mencoba mengintip pada bagian paling kecil, apakah ada kemungkinan pola ini akan memiliki akhir. Meskipun nyatanya pada tahun ke-7, kemungkinan ini belum berhasil ditemukan.

Saya mencoba berbagai alternatif, meskipun tidak sampai ke dukun atau orang pintar. Menceritakan, rahasia yang selama ini Saya simpan sendiri. Bukan, bukan. Maksud Saya, Saya sudah pernah menceritakan ini sebelumnya kepada sahabat baik Saya di Jogja sana. Sayangnya saat ini Saya ingin sekali mengetahui jawaban dibalik pertanyaan kenapa dan bagaimana dari narasumbernya secara langsung, meskipun kemungkinannya nihil.

Kembali lagi ingin bertanya perihal jawaban yang sebenarnya tidak ada satupun orang yang tahu, kecuali si pembuat pertanyaan.

Melewati batasan, mencoba menerka, menampung jawaban dari kanan-kiri, menilik semua sudut pandang dari atas, ataupun bawah. Hingga mendapatkan hasil akhir yang sebenarnya belum bisa untuk menghentikan pola yang sudah berjalan selama 7 tahun. Karena berada dalam kepasrahan terdalam, keputusan ini dibuat.

Saya jadi teringat oleh perkataan seseorang yang benar-benar mampu meng-influence Saya dalam hidup. "I always believed that the hardest choices in life, are the right ones. The ones that easy are usually the wrong ones" Dan untuk kasus ini, hanya ada satu keputusan yang benar dan itu adalah keputusan terberat sejauh ini. Yaitu, MERELAKAN.

Menjaga sekeliling, agar tetap berjalan pada poros dan kebiasaannya. Ke egoisan untuk menyatakan akan berimbas pada rusaknya pola lain yang juga sudah berjalan harmonis dan beriringan. Toh kepastian hanya akan membuat sebagian orang merasa kehilangan kebahagiaan.

Ini hanya pilihan antara Saya atau orang disekeliling Saya.

Dan Saya memilih untuk tidak merusak kebahagiaan mereka.

Lalu bagaimana dengan Saya?

Memikirkan kebahagiaan orang lain mungkin alur takdir yang Saya pilih oleh kesadaran sendiri, tanpa paksaan. Meskipun Saya bukan avatar yang bertugas menjaga keseimbangan dunia, ataupun yin-yang sebagai simbol keseimbangan alam semesta.

Biarlah rahasia loop ini tersimpan baik oleh Saya sampai nanti Saya lelah menyimpannya.
Read More »