Celotehan Sok Bijak

KELUARGA ADALAH PEPERANGAN YANG TIDAK PERLU KITA MENANGKAN

Minggu, Februari 14, 2021

Mengenai Arti Toxic Parenting
In the wee small hours of the morning
While the whole wide world is fast asleep
You lie awake and think about the girl
And never, ever think of counting sheep

In the wee small hours of the morning mengalun senyap diantara volume 10% dari speaker laptop yang sudah hampir 7 tahun kebelakang setia membantu dalam segala hal, dimulai dari mengetikkan kalimat demi kalimat di Microsoft Word hingga disuruh mengerjakan hal tak masuk akal seperti merender video dengan resolusi Full HD berdurasi 15 menit untuk tugas kuliah, yang mungkin jika laptop ini bisa berbicara menggunakan bahasa manusia, dia akan berteriak dan meminta upah lebih kepada Saya sebagai "si empunya" karena sudah memberikan tugas demi tugas yang tidak masuk diakal, bahkan cenderung lebih seperti kerja romusha pada jaman penjajahan Jepang di Indonesia.

Hebat, tak ada yang bisa menandingi alunan musik dengan frekuensi tinggi yang keluar dari speaker ringkih yang meskipun volumenya sudah dikecilkan, tetap saja suaranya pecah tidak karuan. Namun berkat suara merdu dari Frank Sinatra, alunan speaker pecah pun seakan nikmat saja untuk didengar, dan terkadang juga tanpa sadar ikut bergumam menanyikan liriknya didalam hati.

Sepulang dari mencari angin segar dikarenakan malam ini adalah malam minggu, tiba-tiba hasrat untuk sekedar membuka laptop melanjutkan rigging character di After Effects guna keperluan pekerjaan menjadi menggebu-gebu. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena tiba-tiba saja menemukan ide hebat ketika sedang menunggu lampu merah yang tak kunjung hijau disepanjang jalan pulang. Tapi niat menggebu-gebu itu hilang begitu saja ketika After Effects melakukan kebiasaannya "not responding" pada saat krusial meng-import file dari Illustrator. Ban*saaaaat

Karena sudah terlanjur menyalakan laptop, sekalian saja Saya membahas hal ini yang memang sejatinya sudah lama sekali ingin Saya bahas dengan panjang lebar dan mengoceh sendiri disini. Bahasan menarik yang akhir-akhir ini sering dijadikan tameng untuk mereka yang suka mendiagnosis dirinya sendiri mengidap penyakit yang sekarang sering juga dijadikan kartu AS untuk mereka yang blunder disosial media. Mental Illness.

.......

Keluarga adalah peperangan yang tidak perlu dimenangkan.

Saya berterimakasih untuk orang yang pertama kali menciptakan kata-kata tersebut. Kata-kata yang mampu membuat Saya mengatakan "yasudahlah" ketika dicerca pertanyaan atau pernyataan dari keluarga yang tidak jarang membuat Saya tidak nyaman.

Bagi Saya keluarga adalah hadiah terhebat yang pernah Tuhan berikan kepada Saya. Mereka adalah orang-orang hebat yang tidak pernah lelah mendengarkan keluh kesah Saya setiap hari, mereka adalah orang-orang tangguh yang tidak lelah menasehati Saya agar menjadi manusia yang lebih baik dikemudian hari, dan mereka adalah pahlawan-pahlawan super yang tidak pernah lelah bekerja untuk memberikan Saya kehidupan yang layak hingga detik ini. Meskipun dalam beberapa kesempatan  mereka berubah menjadi orang yang paling menyebalkan, tapi mereka tetap menganggap Saya adalah keluarga yang harus dijaga.

Terkadang terbesit pemikiran nakal setelah membaca beberapa keluhan pengguna media sosial di Indonesia mengenai toxic parenting. Tiba-tiba mengaitkan beberapa kejadian tidak meng-enakan dengan pengalaman pribadi yang mungkin saja sama atau bisa saja otak sengaja men-cocok-logikan agar terlihat sama. Tapi, pemikiran itu seketika menghilang ketika Saya mengingat kalimat ajaib "Keluarga adalah peperangan yang tidak perlu dimenangkan".

Saya mengakui, dulu sekali ketika masih pertama kali menginjak masa remaja, Saya adalah tipikal orang yang tidak peduli dengan keluarga. Bahkan Saya lebih memilih untuk pergi dengan teman dibandingkan mengikuti acara keluarga. Parahnya lagi, Saya lebih mempercayai perkataan teman-teman Saya dibandingkan orang tua Saya. Hebat bukan? Pernah juga suatu ketika Saya membantah nasehat dari orang tua dan menganggap nasehat mereka itu kuno, sudah tidak relevan dengan keadaan saat itu. Masa remaja Saya diisi dengan banyaknya bantahan dan ketidakpedulian.

Tapi itu dulu sekali, ketika masih asyik-asyiknya bermain dan mencoba hal baru. Ingin menunjukkan taji pada semua orang bahwa Saya mampu hidup tanpa keluarga dan membuktikan bahwa perkataan-perkataan mereka semua salah.

Tahun demi tahun berlalu...

Semua tampak menyenangkan dan Saya selalu merasa paling benar dan tak terkalahkan ketika berada difase "semuanya baik-baik saja". Tapi kemudian semua berubah ketika satu persatu masalah datang silih berganti. Banyaknya masalah dalam hidup ketika beranjak dewasa membuat Saya sadar betul bahwa semua nasehat yang telah dilontarkan oleh kedua orang tua Saya selama ini ternyata akan menjadi kenyataan dikemudian hari. Bahkan keakuratannya mencapai 100%.

Jika ada kompetisi meramal antar peramal-peramal yang ada diseluruh penjuru dunia, maka Saya yakin dengan sangat bahwa kedua orang tua Saya akan memenangkan kompetisi tersebut dengan nilai sempurna, dan tanpa kesalahan.

Waktu ternyata menjawab dan mengamini semua nasehat yang pernah orang tua Saya berikan dan lontarkan kepada Saya. Meskipun tidak ada tenggat waktunya, satu demi satu nasehat mereka yang sebelumnya selalu Saya remehkan ternyata selalu menjadi kenyataan pada hidup Saya. Membuat Saya berpikir keras, dan juga ikut mengamini semua perkataan yang sebelumnya selalu Saya anggap bualan dan omong kosong.

Otak Saya berpikir keras untuk menjawab pertanyaan "Kok bisa sih?" dalam waktu yang lumayan lama. Dalam perjalanan refleksi diri ini, Saya menyadari bahwa kalimat "Orang tua sudah makan asam garam terlebih dahulu" itu benar adanya. Meskipun tidak dalam pengalaman hidup yang sama, setidaknya orang tua lebih dulu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dalam cakupan hal yang sangat luas. Kembali berpikir bahwa nasehat-nasehat orang tua yang selama ini selalu Saya anggap omong kosong ternyata adalah nasehat-nasehat yang sejatinya diberikan bukan untuk menghakimi atau menyalahkan, tetapi mengarahkan Saya untuk dapat lebih bijak memilih flowchart kehidupan agar tidak salah langkah dan menyesal dikemudian hari.

Saya yang dulu adalah seorang anak pembangkang yang tidak pernah mau mendengarkan perkataan orang tua, lambat laun sadar bahwa ternyata selama ini Saya sudah salah dalam menilai. Dulu Saya selalu menganggap bahwa orang tua Saya adalah orang yang selalu menghambat kebahagiaan dan kesenangan Saya menjalani hidup. Saya selalu membandingkan kehidupan teman-teman Saya yang dari penglihatan mata dibebaskan orang tuanya untuk melakukan apapun yang mereka inginkan.

Nyatanya, meskipun Saya membangkang dan tidak tahu diuntung, toh kedua orang tua Saya tetap menganggap Saya anak mereka, dan kedua orang tua Saya tidak pernah mengurangi rasa sayang mereka untuk Saya. Bahkan sebandel-bandelnya Saya, kedua orang tua Saya akan selalu membanggakan Saya didepan orang lain. Jikalau pun Saya bisa berubah menjadi godzilla, Saya yakin kedua orang tua Saya akan tetap menyayangi Saya sebagaimana orang tua menyayangi anaknya.

Lalu bagaimana dengan teman? Seiring berjalannya waktu, Saya tersadar bahwa mereka akan meninggalkanmu ketika kau sudah tidak sama. Layaknya anak kera yang tidak sengaja tersiram cat berwarna merah oleh manusia, ketika kembali ke habitatnya, anak kera ini akan dijauhi dan dikucilkan oleh kawanannya karena dianggap berbeda. Kau harus terus mengikuti apa yang kawananmu inginkan jika ingin terus berada pada habitat kehidupan. Begitulah adanya sosial dan kehidupan pertemanan, mau tidak mau, kita sebagai manusia harus terus mengikuti perubahan agar tetap bisa berjalan berdampingan dengan para kawanan. Tidak menyalahkan dan tidak menghakimi, mereka yang ada disekitarmu tidak serta merta salah, karena mereka yang kau anggap teman sejatinya tidak memiliki tanggung jawab atas hidupmu, dan mereka juga tidak memiliki tanggung jawab atas kebahagiaan dirimu dimasa depan.

Sedangkan orang tuamu, mereka memiliki tanggung jawab untuk tetap harus melihatmu bahagia dan tersenyum hingga kau besar dan menikah nanti. Bahkan apa yang kau anggap "orang tua masih saja mencampuri kehidupan berumah tanggaku" adalah semata-mata hanya karena ingin melihat anak-anaknya terus bahagia dan tidak kesulitan. Merubah sudut pandang itu perlu bukan?

Terkadang hal sepele seperti; memiliki kedua orang tua menyebalkan karena tidak dibelikan smartphone keluaran terbaru adalah anggapan benar, karena selalu meng-compare dengan orang tua lain. Padahal sejatinya ketika kau kesal karena tidak dibelikan apa yang kau inginkan, kedua orang tuamu sedang gelisah dan sedih karena merasa tidak mampu membahagiakanmu. Bahkan mungkin ada sebagian orang tua yang rela meminjam kesana-kemari hanya untuk membelikan apa yang menjadi sumber kebahagiaan anaknya.

Hal sepele lainnya ketika kau berpikir bahwa orang tuamu menyebalkan karena kau tidak diperbolehkan pulang diatas jam 10 malam ketika sedang bermain dengan temanmu. Padahal sejatinya orang tua hanya takut anaknya kenapa-kenapa karena pulang terlalu larut, membuat hati kedua orang tua gelisah takut kejadian tidak menyenangkan menghampiri anaknya. Sekali lagi, merubah sudut pandang itu perlu bukan?

Keluhan dimedia sosial selalu soal menuntut para orang tua untuk mendidik anaknya dengan benar, dan sebagian selalu menuntut agar para orang tua tidak menjadi orang tua toxic yang selalu mengekang kebebasan ber-ekspresi anaknya. Bahkan ada sebagian yang menyalahkan didikan orang tuanya perihal ketidakpercaya dirian mereka ketika sudah besar karena sedari kecil para anak-anak ini menganggap semua usahanya selalu tidak dihargai dan diapresiasi oleh kedua orang tuanya.

Jika kau membandingkan didikan orang tuamu dengan didikan orang tua tetanggamu, maka apa bedanya?

Jangan pernah mengikuti jejak Saya yang pernah menganggap bahwa Saya (kita) bisa hidup tanpa keluarga. Apapun yang telah kau lalui, salah atau benar, serta jahat atau baik, kedua orang tuamu masih akan tetap setia menunggu dirumah untuk menyiapkanmu sarapan atau makan siang ketika kau pulang kerumah. Mereka adalah hadiah terindah yang pernah Tuhan berikan kepada Saya dan kepada kalian semua.

Seburuk apapun mereka dimatamu, semenyebalkan apapun mereka dipikiranmu, dan sejahat apapun mereka dibenakmu, berdamailah dengan keluargamu. Karena sejatinya keluarga adalah peperangan yang tidak perlu kita menangkan.

Gipsy.
Februari, Tahun Kerbau Logam.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

OPEN MINDED DAN KELUH KESAHNYA

Kamis, Januari 21, 2021

Arti Kata Open Minded Beserta Keluh Kesahnya

Tadi pagi tiba-tiba Saya dapat pesan dari salah seorang teman, mengajak untuk sekedar keluar rumah mencari udara segar, mungkin dia tahu Saya sudah lama sekali tidak keluar rumah. Lalu terbesitlah dikepala untuk mengunjungi salah satu teman yang memiliki kedai kopi di pertengahan kota. "Sudah lama tidak ketemu, bisa sambil ngopi dan bercengkrama" Saya bergumam.

Tidak lama berselang teman Saya akhirnya datang, tapi dia tidak sendiri, melainkan bersama hujan yang lumayan lebat. Wah sepertinya cuaca tidak mendukung Saya untuk keluar rumah. Aneh Saja, padahal pagi tadi cerah sekali, matahari masih terbit dari timur, daun-daun dari pohon jeruk punya rumah tetangga yang sering Saya curi kalau sedang ingin memasak mie instant juga terlihat segar dan betah hidup, kucing tetangga juga masih seperti biasa, membuang kotorannya tepat didepan rumah Saya. NGENTTTT***TT

Imbas dari hujan tadi adalah obrolan ngalor-ngidul dengan teman Saya yang memang sejatinya sejak di Jogjakarta kami berdua bisa menghabiskan waktu untuk mengobrol hingga berjam-jam. Bahkan rekor yang paling Saya ingat adalah ketika kami berdua datang ke sebuah kedai kopi di daerah Jl. Babarsari, saat itu kami datang ke kedai tersebut pada jam 7 malam, lalu mengobrol berdua membahas sejarah, politik, ilmu agama, ilmu kanuragan, tatanan dunia, teori konspirasi bumi datar, anak bapak kos yang suka pacaran di lorong jalan, hingga membahas selangkangan, lalu akhirnya kami berdua pulang ke kos masing-masing pada jam 8 pagi, tepat setengah jam sebelum kami berdua ada kuliah pagi. Gokil.

Seringnya pada setiap pembahasan memaksa harus beradu argumen, tapi bukan untuk menentukan benar atau salah, menang atau kalah, melainkan untuk mencari sudut pandang alternatif dan menentukan titik temu.

Dan kali ini, obrolan ngalor ngidul dibuka dengan sebuah kata open minded. Kata-kata yang maknanya sendiri sudah bergeser, banyaknya orang yang salah kaprah dalam mengartikan serta menggunakannya.

Muak rasanya mendengar kata-kata ini berseliweran di media sosial ataupun kehidupan nyata. Tak jarang pula kata-kata ini disulap menjadi spell sakti yang levelnya sudah setara dengan cheat permainan Grand Theft Auto anti polisi bintang 5. Kata yang wajib pula diucapkan ketika seseorang sudah mulai terdesak, atau untuk memperkuat suatu argumen agar orang lain juga ikut mengamininya.

Apa sih sebenarnya arti kata open minded?

Berpikiran terbuka dan menerima perbedaan? Atau, lebih kompleks dari itu?

Jika kita sepakat untuk mengartikannya hanya sebagai berpikiran terbuka, maka kita juga jangan pernah lupa dengan kata menerima. Menerima bukan berarti harus ikut menyetujui atau bahkan mendukung bukan?

Mari kita bahas mengenai topik panas yang masih sangat tabu dan sering menjadi perdebatan di Negara kita tercinta ini. LGBT.

Banyak sorotan pada bahasan LGBT menjadikannya topik yang paling banyak diperdebatkan oleh berbagai kelompok. Entah itu ketidak setujuan suatu kelompok agama karena menganggap bahwa kaum LGBT adalah suatu kaum yang sudah melanggar kodrat yang diberikan oleh sang pencipta, atau pada bagian kelompok lain yang memaksa semua orang harus menerima kaum LGBT dengan dasar hak asasi manusia.

Suatu kelompok yang menyatakan dirinya open minded karena mendukung LGBT terus-terusan menghakimi orang-orang yang kontra dengan LGBT. Jika Saya tarik kembali mengenai arti open minded sendiri, bukannya itu sudah menyalahi artian dan aturan? Open minded adalah berpikiran terbuka dan menerima perbedaan bukan? Lalu kenapa orang-orang yang mengaku open minded dan mendukung LGBT masih saja tidak menerima perbedaan dan menerima bahwa banyak orang yang tidak setuju dengan mereka? Jika masih tidak setuju dan tidak menerima perbedaan, maka apakah mereka masih layak untuk melabeli dirinya seorang yang berpikiran terbuka?

Lalu ada lagi kelompok lain yang mungkin melabeli dirinya adalah seorang open minded karena mendukung gerakan menggunakan pakaian sebebas-bebasnya karena sejatinya manusia itu tidak boleh dibatasi cara berpakaiannya. Dan manusia juga memiliki hak untuk bebas berekspresi. Kelompok ini biasanya menentang cara berpikir kelompok lain yang tidak menyetujui hal tersebut dengan landasan norma dan agama.

Sekali lagi, bukankah open minded itu memiliki artian Berpikiran terbuka dan menerima perbedaan? Lalu kenapa orang-orang yang melabeli dirinya sebagai seorang yang open minded masih saja mencari pembenaran dan pembelaan?

Begini, jika ada maling yang masuk kerumah orang yang open minded, apakah maling itu akan dibiarkan saja karena kita harus mengerti dan menerima perbuatannya?

Jika mereka yang open minded menjawab "Itu adalah hal berbeda, kita harus menindaknya karena perbuatan maling itu salah dan melanggar hukum"

Lalu, apakah kelompok kontra LGBT dan Pakaian terbuka/tertutup tidak memiliki pemikiran yang sama dengan kelompok pro? Mereka juga bisa menjawab "Kita harus menindaknya karena perbuatan itu salah dan melanggar hukum agama"

Sejatinya, esensi hidup sebagai manusia sosial adalah berbeda pendapat bukan? Bahkan Saya pernah berkata bahwa jika semua sama, letak ke-asyikannya dimana?

Beradu argumen itu penting, tapi bukan untuk mencari pembenaran, atau bahkan lebih parahnya hanya untuk mencari siapa yang benar dan salah, siapa yang menang dan yang kalah. Berbeda pendapat itu sebuah seni yang memang sejak dahulu sudah ada, serta tidak bisa dihilangkan begitu saja hanya perkara seseorang yang open minded.

Siapa saja boleh memiliki argumen yang berbeda, serta boleh memandang suatu hal dari banyak arah. Silahkan jika kau mau menyetujui LGBT, atau kau mau mendukung gerakan semua manusia bebas berpakaian apapun tanpa ada batasan. Dan kau juga boleh untuk tidak menyetujui dua hal tersebut. Tapi ingat satu hal, jangan pernah mengajak. Mengajak adalah hal paling bahaya yang dilakukan orang yang merasa dirinya benar.

..........

Jangan pernah mengalihfungsikan kata open minded hanya untuk tameng belaka. Jangan jadikan open minded sebagai perisai untuk menutupi sifat tidak mau diaturmu. Egomu malah menasbihkan kata open minded menjadi kata sampah yang wajib dihindari. Jika kau yakin dengan sifat tidak mau diaturmu, hiduplah sesuai dengan apa yang kau yakini. Asal, jangan mengajak.

Sekali lagi Saya tanya;

Apakah kita sudah open minded? Atau hanya tidak mau diatur saja?

- Gipsy
Read More »

Celotehan Sok Bijak

NIKAH MUDA

Kamis, Desember 03, 2020

Suka Duka Menikah Muda

Pernikahan dini
Bukan cintanya yang terlarang
Hanya waktu saja belum tepat
Merasakan semua

Mbak Agnes ternyata sejak dahulu sudah memproklamirkan jangan menikah muda... dih ngelarang-ngelarang ih..

Berbekal dari banyak cerita yang sudah Saya tampung selama ini, mungkin Saya punya kapasitas untuk sedikit membahas perkara yang lumayan berat. Dan entah kenapa, Saya sangat antusias untuk membahas topik menarik yang seperti biasa akan Saya tarik kesimpulan dari sudut pandang ke-sok-tahu-an Saya.

Lumayan pusing ternyata, harus mencari artikel kesana-kemari untuk memvalidasi kata-kata yang mungkin nanti akan Saya sebutkan didalam beberapa paragraf. Malam ini Saya harus berkutat lebih keras dengan mesin pencari melalui beberapa keyword; "Usia ideal untuk menikah","Menikah Muda","Angka Pernikahan Dini", dan beberapa kata kunci terusan yang terlalu banyak untuk Saya sebutkan satu persatu.

Ketika Saya sedang berselancar dengan kata kunci diatas, tiba-tiba mesin pencari Google bersabda "Apakah kamu ingin menikah muda?" Lahhhhhhh... asu.

Menikah muda sepertinya sedang menjadi trend dikalangan teman-teman Saya. Beberapa dari mereka sudah menikah, atau sedang ingin melangsungkan pernikahan dengan pasangannya dalam waktu dekat ini. Imbasnya Saya harus mondar-mandir Pontianak-Yogyakarta untuk menghadiri pesta pernikahan sahabat-sahabat Saya.

Saya tidak akan membicarakan topik ini dari sudut pandang Agama, karena Saya masih belum memiliki kapasitas untuk berceramah ataupun menggurui menggunakan sudut pandang tersebut. Saya hanya akan membahas dasar yang lumayan penting pada perkara menikah muda.

Kita semua harus setuju bahwa di Indonesia pada saat ini menikah muda sedang menjadi trend dikalangan masyarakat berumur 18-25 tahun. Dikutip dari databoks.katadata.co.id pada Januari-Juni 2020, 34.000 permohonan dispensasi pernikahan dini (di bawah 19 tahun) diajukan, 97% di antaranya dikabulkan. Padahal sepanjang 2019, hanya terdapat 23.700 permohonan.

Persoalan menikah muda ini sebenarnya sudah menjadi sorotan tersendiri bagi Indonesia, pasalnya berdasarkan data tahun 2018, sebanyak 1.184.100 perempuan yang berusia 20-24 tahun sudah menikah ketika usia mereka masih 18 tahun. Dan top chart pernikahan dini diduduki oleh Pulau Jawa, dengan angka 668.900.

Berbeda hal dengan beberapa Negara di Eropa ataupun Amerika, kebanyakan dari masyarakat disana lebih memilih untuk menunda pernikahan sampai mereka matang secara mental dan finansial. Imbasnya, trend tinggal bersama di Eropa - Cohabitation - justru mengalami kenaikan secara drastis. Sebuah data menunjukkan setengah penduduk berusia 18-30 tahun di Eropa masih enggan untuk menikah karena mereka masih belum siap secara finansial.

Oh iya, menurut data dari Kementerian Agama, angka perceraian di Indonesia per Agustus 2020 mencapai 306.688 kasus. Dan rata-rata jumlah perceraian ini mencapai seperempat dari total 2 Juta pernikahan dalam satu tahun. *CMIIW

.......

Google menawar lagi: "Apakah kamu ingin segera menikah?" ah google sok tahu..

Jika kamu berpikiran Saya akan melarang dan mengata-ngatai orang yang ingin nikah muda, berarti kamu sama saja seperti Google.. sok tahu

Saya tidak memiliki kapasitas untuk melarang suatu keinginan orang.

Ingin menikah di usia muda sebenarnya sah-sah saja dilakukan. Toh orang-orang disekitar kamu tidak akan ikut andil dalam permasalahan kehidupan berumah tanggamu nanti setelah menikah. Mereka juga tidak akan ikut patungan membayar biaya pesta pernikahan yang nilainya lumayan fantastis karena gengsi orang Indonesia itu masih besar. Bahkan trend menikah muda sedang hype sekali kan? Demi menghindari zinahhhhh.. jadi tidak perlu pacaran terlalu lama, langsung menikah saja.

Jika nanti ada permasalahan dirumah tangga? Ahhh, pikir nanti.. Yang penting halal saja dulu, permasalahan bisa kok dibicarakan baik-baik.

Kalian belum terlalu mengenal satu sama lain loh, emang kamu sudah mengenal dia luar dan dalam seperti apa? Pasanganmu akan menemanimu sampai tua loh? Hmm, bukan rumah tangga namanya jika tidak ada kerikil-kerikil kecil, sifat-sifat tidak baik lambat laun juga akan hilang sesuai bertambahnya umur dalam berumah tangga kok.

Tapi kan masih muda? Ga takut ga bisa main lagi? Elah, itu gampang.. tinggal bilang saja kerja, lalu pulang sedikit telat..

Ta-tapikan, bagaimana jika finansial belum terlalu matang? Yaudah sih percaya aja, anak bakalan bawa rezeki. Toh jika masih kurang, ada 4 orang tua yang masih siap membantu menjadi donatur tetap dikehidupan berumah tanggamu.

Ih aku ga mau deh nikah muda! Yaudah terserah, padahal menikah itu termasuk dalam ibadah.

.......

Perlu digaris bawahi, bahwa kalimat-kalimat yang baru saja Saya sebutkan diatas adalah kutipan-kutipan yang Saya kumpulkan dari pernyataan orang-orang disekitar Saya, Saya tidak mau jika semua pembaca akan mengira bahwa Saya sedang menyinggung orang lain atau beberapa pihak terkait.

Tidak ada yang melarang pilihanmu untuk menikah muda, tapi jika ingin segera menikah hanya berlandaskan "supaya cepat halal, dan tidak zinah", Saya mungkin akan menjadi orang pertama yang mengatakan ketidaksetujuan Saya. Menikah bukan semata-mata hanya ingin ho-oh-ho-oh-an tidak digerebek warga. Pasanganmu itu akan menjadi temanmu, dan dia akan kamu lihat setiap hari selama hidupmu bukan?

Berlandaskan untuk menghindari pacaran agar tidak berzinah...

Bukankah pacaran adalah salah satu esensi dari sebuah hubungan manusia? Saling memberi pengaruh, mencari kecocokan, dan seleksi alam apakah manusia tersebut layak menjadi orang yang akan terus berada disamping kita? Tidak hanya dalam urusan dua insan beda kelamin. Pada akhirnya kita berteman, berbisnis dan berhubungan dengan siapapun harus memiliki titik temu berdasarkan kecocokan, kesamaan, rasa aman dan nyaman.

Emang kamu mau, ketika sudah menikah tiba-tiba pasanganmu ternyata adalah Raja Takeshi dalam variety show Benteng Takeshi? Atau ternyata dia adalah Rudi Wowor yang berperan di iklan Snickers "MEMBOSANKAN!"

Mau menikah muda, menikah jika sudah matang, atau tidak menikah adalah pilihan masing-masing individu yang harus dihargai. Yang perlu di ingat pada saat sudah menikah adalah perkataan-perkataan manis yang sudah terucap sebelum menikah. Konsisten akan perkataan manis memang sangat susah, tapi semua pasangan harus mampu menunaikan perkataannya dalam kondisi apapun setelah menikah bukan? Apakah kamu akan menunaikan janji-janji indah yang sudah dilontarkan pada saat sebelum menikah? Atau janji-janji itu hanya akan menjadi sebatas jika?

Ibaratkan kamu sedang melihat pengemis dijalan, lalu kamu berangan-angan dan berkata dalam hati "Jika nanti aku sukses dan punya banyak uang, aku akan lebih sering memberi sedekah pada para pengemis". Tapi apakah kata-kata itu akan ditunaikan ketika kamu sudah sukses dan memiliki banyak uang? Atau kata-kata itu hanya akan menjadi sebatas 'jika'?

Menikahlah bukan untuk bercerai, tapi menikahlah untuk dapat bercerita dan tertawa bersama hingga nanti kamu dan pasanganmu tidak bisa lagi melakukan apa-apa pada saat sudah tua.

Gipsy Marpaung
Desember, Tahun tikus logam.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

KARYA(?)

Rabu, Desember 02, 2020

Instalasi Pisang Dilakban Dari Maurizio Cattelan
Sebelum memulai semuanya izinkan Saya untuk menyalin kata-kata sakti yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini (speech ala pak RT) melalui salah satu buku sakral masyarakat Indonesia.

Menurut KBBI, Karya adalah:

/kar·ya/ n 1 pekerjaan; 2 hasil perbuatan; buatan; ciptaan (terutama hasil karangan)


Karya sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kriya yang berarti 'mengerjakan', dari akar kata tersebut kemudian terbentuklah kata karya, kriya, kerja.

Linimasa semua sosial media sedang asyik-asyiknya membahas kata ini. Lebih ke perdebatan dan penyalahgunaan kata, mungkin. Jargon-jargon barunya adalah "balas dengan karya", "bisa tidak kamu buat karya", "bisanya menghina, punya karya saja tidak" yang entah siapa pencipta pertama jargon-jargon ambigu ini.

Lalu menurut kamu, karya itu apa?

Mari kita bahas sesuai sudut pandang dan asumsi pribadi Saya..

Jika merunut pada artian karya melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia, semua hasil perbuatan (ciptaan) seseorang adalah merupakan sebuah karya. Sebagaimana mestinya ciptaan, Saya, Kamu, Mereka, dan semua orang yang berada digalaksi bima sakti adalah sebuah karya. Karya orang tua kita masing-masing.

Tapi tunggu dulu, Saya tidak akan membahas karya dalam sudut pandang rumit. Seperti biasa, ke-sok-tahu-an Saya hanya sebatas menjelaskan dan menganalogikannya secara sederhana dan tidak neko-neko kalau kata orang Jawa.

Jika berbicara mengenai karya, Saya mungkin akan setuju dengan pihak-pihak yang mengatakan bahwa 'karya itu tidak ada yang jelek, selera orang saja yang berbeda'. Itu benar, dan kita semua sebenarnya harus meng-amini kata-kata tersebut. Sama halnya ketika orang berkata 'semua benda/barang yang ada dimuka bumi bisa dijual, pada pasar yang tepat'. Bahkan kotoran hewan pun bisa dijual bukan?

Kamu boleh tidak setuju, dan kamu boleh mengomentari, mengkritik, atau bahkan menghina sebuah karya/ciptaan yang tidak sesuai dengan selera kamu. Tapi tahukah kamu bahwa ada seorang seniman jalanan bernama Jean Michel Basquiat yang telah berhasil dikenal oleh banyak orang padahal hasil lukisannya terlihat seperti anak umur 5 tahun sedang menggambar?

Jean Michel Basquiat adalah seorang seniman jalanan yang muncul disaat rakyat Amerika mengalami ketegangan dengan berbagai krisis dan kekhawatiran. Melalui karya-karyanya yang nyeleneh, kita dapat melihat banyak kritik mengenai isu diskriminasi, ketidaksetaraan ras, hingga isu perbudakan yang banyak dikaitkan sebagai produk neo-kolonialisme; yang tanpa disadari sudah mengontrol negara-negara bekas jajahan seperti yang terjadi di Afrika dan Asia.

Merujuk pada kata 'karya sesuai selera' mengenai Basquiat, semua lukisannya memang tidak akan berarti apa-apa untuk kamu-kamu yang sekarang sedang duduk sambil scrolling Instagram dan mungkin akan berkata "gambar apa ini? anak sd juga bisa". Tapi beda halnya dengan orang-orang yang diwakilkan oleh lukisan-lukisan Basquiat mengenai diskriminasi ras. Bagi mereka, karya Basquiat adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kejadian nyata yang sedang menimpa mereka. Mereka membutuhkan sebuah media untuk membuat cara pandang, dan perumpamaan baru untuk mencari solusi bagi persoalan yang muncul. Bagi mereka, karya Basquiat telah berhasil merepresentasikan kekhawatiran masyarakat mengenai isu-isu yang sedang panas pada saat itu.

Oh iya, di Indonesia juga ada Basquiat sok eksentrik new generation ala-ala... hehehehehehehehehehe

Jangan julid. Oke back to the topic..

Kata karya menjadi perdebatan panas bagi para 'pencipta' dan 'penikmat'. Beberapa orang yang mengaku sebagai 'pencipta karya' tidak suka jika orang lain menghina dan mengata-ngatai karya yang sudah mereka buat. Beberapa orang yang mengaku pencipta karya ini mulai mengeluarkan jargon khas yaitu "balas dengan karya", "bacot, bikin karya sana kalau bisa", dan jargon-jargon ngegas lain yang kalau dilihat dari sudut pandang pak RT di gang Saya itu aneh.

Memandang sebuah karya itu jelek memang sedikit salah, tapi semua orang boleh mengemukakan pendapat, mengomentari, atau bahkan menghina. Semua orang memiliki hak untuk mengomentari apapun yang mereka lihat. Jika semua orang yang mengaku pencipta mengatakan "harus buat yang serupa maka kamu boleh mengkritiknya" maka website Rotten Tomatoes tidak akan pernah dibuat. Atau bahkan Acara masak memasak ditelevisi juga tidak akan ada karena belum tentu jurinya pernah memasak apa yang peserta masak... Dan, semua orang tidak boleh mengomentari rendang alot dan tidak enak yang tersedia diprasmanan acara pernikahan orang karena rendang tersebut adalah sebuah maha karya dari para ibu-ibu komplek yang gotong royong memasak untuk hidangan pesta.

Kesalahan terletak pada statement Si pencipta karya "kamu harus buat karya, baru kamu boleh mengomentari karya Saya". Ya itu namanya pemikiran saklek. Semua orang yang mengaku adalah pencipta (creator) harusnya paham dengan kondisi tersebut. Semua hasil ciptaan/karya yang sudah dibagikan ke khalayak ramai pasti akan menimbulkan pro/kontra. Jika tidak ingin dikomentari, cukup ciptakan lalu disimpan. As simple as that

.........

Sebelum tulisan ini berakhir, Saya ingin bertanya mengenai satu hal yang sedikit membingungkan Saya beberapa hari kebelakang dan kamu wajib menjawab pertanyaan yang Saya lontarkan, tapi sebelum itu, marilah kita semua sepakat dan menyamakan persepsi untuk mengatakan bahwa apapun yang sudah orang-orang unggah ke media sosial (dalam bentuk gambar/video/tulisan) merupakan sebuah karya. Lalu...

Apakah seseorang (yang melabeli dirinya seorang creator) yang mengunggah video dirinya sedang berjoget dengan latar belakang lagu-lagu remix (mostly tiktok users) adalah seorang 'pencipta karya' dan unggahannya adalah sebuah karya?

Gipsy Marpaung
02 Desember 2020.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

KETAKUTAN

Senin, November 30, 2020


BABAK I

Sekitar 15 tahun yang lalu, perdebatan hati terberat yang pernah Saya alami hanya berputar pada perkara ringan layaknya anak-anak kecil pada umumnya. Ingin bermain hujan tetapi takut dimarahi,  ingin bermain bola hingga adzan maghrib berkumandang tapi takut dibawakan sapu, atau takut ketika melihat jarum suntik saat mantri datang dengan muka sedikit ngantuk saat Saya sedang sunat. Dan yang paling parah dan masih teringat dengan jelas dikepala adalah ketika pertama kali nobar film dewasa (red: bokep) dirumah dengan beberapa berandal kampung ketika kedua orang tua Saya pergi ke ladang. Takut tiba-tiba ada yang datang dan memergoki bahwa ada sekumpulan anak-anak berandal yang sedang nonton film dewasa, dan kedua adalah ketakutan melihat adegan panas karena itu adalah pengalaman pertama. Kedua ketakutan ini berjalan beriringan, hingga membuat suhu tubuh naik dan turun secara drastis.

Sedikit menginjak remaja, ketakutan-ketakutan lain mulai muncul. Pertama kalinya berpacaran dengan teman sekolah, takut jika semua orang tahu bahwa kami berpacaran, hingga harus menjaga jarak disekolah dengan cara berpura-pura tidak mengenali satu sama lain. Takut diberikan surat peringatan dari sekolah karena terlalu sering tertangkap basah bermain kartu remi dikelas, hingga takut dicurigai sebagai pencuri karena memiliki kulit dan bentuk fisik berbeda sendiri dikelas pada saat salah seorang teman Saya kehilangan handphonenya.

BABAK II

Perihal cinta, memang menjadi ketakutan tersendiri bagi beberapa makhluk yang bisa bernafas, tidak terbatas pada manusia, bahkan mungkin hewan pun memiliki ketakutan tersendiri perihal cinta. Tidak tahu kalau tumbuhan, mereka berfotosintesis dan Saya tidak pernah berbicara dengan tumbuhan.

Mulai beranjak remaja, ketakutan menjadi sedikit lebih berwarna. Tidak lagi berkutat pada perkara ringan.

Takut akan cinta dan kehilangan mulai terbentuk, dulu yang setiap hari uang jajan selalu dihabiskan untuk mengisi billing diwarung internet samping sekolah, lambat laun mulai terganti dengan membeli gorengan atau bahkan martabak manis untuk dibawa ke rumah gebetan. Uang jajan sedikit demi sedikit mulai dialokasikan untuk membeli pulsa provider 3 yang dulu namanya sangat bersinar terang dikalangan anak SMA karena memberikan promo beli pulsa 5 ribu gratis 5 ribu. Menghabiskan pulsa dengan cara mengirimi SMS dengan catatan kaki *send all* padahal hanya memilih satu nama kontak "gebetan" untuk mengirimi kode-kode perasaan yang dulu belum dianggap norak dan lebay.

Lambat laun perasaan mencintai berubah menjadi perasaan takut kehilangan. Yang dulunya selalu romantis, kini setiap hari harus berdebat hanya perkara tidak boleh ini dan tidak boleh itu. Ketakutan yang tidak mendasar kini menduduki posisi paling atas pada chart hati dan perasaan.

BABAK III

Sedikit menginjak dewasa, ketakutan di isi oleh perihal lain yang lebih rumit dari sebelumnya. Bukan lagi perkara hati, tapi perkara masa depan. Pertanyaan "bagaimana" selalu muncul setiap malam saat berkontemplasi sebelum tidur. Bagaimana jika nilai hancur? Bagaimana jika Saya tidak lulus tepat waktu? Dan bagaimana-bagaimana lainnya yang terus menerus mengisi ketakutan.

Ketakutan mengenai hati dan perasaan rupanya tidak hilang begitu saja. Menyukai seseorang yang sudah sangat dekat sedari dulu rupanya menimbulkan ketakutan tersendiri.

Takut mengungkapkan, takut menerima penolakan, takut akan menjauh, sekarang kembali lagi menduduki posisi paling atas pada chart hati dan perasaan. Tidak percaya diri tiba-tiba akrab dengan cerita sehari-hari.

BABAK IV

Beranjak dewasa, lagi-lagi ketakutan di isi dengan hal baru. Lebih rumit dari sebelumnya, dan mungkin tingkat ke-kompleksitasannya juga sedikit lebih tinggi.

Takut mengecewakan orang-orang terdekat, takut tidak sukses dalam hidup, takut hidup tidak berjalan sesuai dengan rencana, takut tidak bisa ini, takut tidak bisa itu, dan ketakutan-ketakutan lain yang setiap hari terus menerus menghantui bukan lagi hanya pada saat berkontemplasi, tapi terus menyerang setiap ada waktu dan kesempatan.

Ketakutan tentang cinta juga belum hilang. Takut tidak menemukan orang yang tepat, takut untuk memulai lagi dari awal, takut menjadi beringas pada perasaan, dan masih takut untuk berterus terang.

KONKLUSI

Tanpa sadar, rasa takut akan selalu ada dan menghantui kemanapun dan sampai kapanpun. Rasa takut terus menghalangi Saya atau bahkan orang lain untuk melihat sisi terbaik dari sebuah kehidupan.

Pada dasarnya, ketakutan hanyalah sebuah pilihan pada flowchart kehidupan. Ketakutan hanya akan mengarah pada flowchart negatif, yang bergumul dan bekerja keras untuk menutupi pandangan kearah lain yang lebih baik.

Sebuah pilihan yang memang tidak bisa dihindari oleh semua orang. Tapi nyatanya, pilihan itu lebih dari satu, dan tidak mungkin semua pilihan mengarah pada jawaban salah. Babak demi babak kehidupan akan mengungkap bahwa ketakutan-ketakutan yang pada awalnya memiliki dasar yang kuat lambat laun akan melemah dan menjadi tidak berdasar sesuai berjalannya waktu.

Saya dan kamu memiliki ketakutan tersendiri mengenai perjalanan hidup.

Tetapi Saya dan kamu juga bisa memilih untuk melawan rasa takut akan sesuatu. Beranikah? Atau akan terus dikalahkan oleh rasa takut? Saya mencoba berani, dan kamu juga bisa.

.........

*Asal jangan disuruh untuk berani naik pesawat, Saya masih takut*

Gipsy Marpaung
30 November, 2020.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

BE QUIET, PLEASE!

Selasa, November 10, 2020

background img src: https://knops.co/magazine/addiction-to-silence/
Wah ternyata sudah lama ya Saya tidak kembali menulis disini, padahal niatan Saya diawal tahun kemarin akan lebih sering mengisi sesuatu untuk blog ini. Haha, ternyata niatan Saya belum sepenuhnya bisa dipercaya. Dan asal kalian tahu saja, sejatinya beberapa bulan kebelakang Saya selalu berada didalam rumah, bahkan Saya bisa 24 jam berada didalam rumah selama satu minggu. Makan selalu pesan dari aplikasi daring. Sudah seperti itu, tapi niat menulis Saya selalu terdistraksi oleh beberapa hal sepele; malas, malas, dan malas. Eh, itu bukan beberapa hal ya... tapi satu hal. Hehe.

Bukan, bukan.. Saya malas menulis sebenarnya karena perkara laptop yang Saya punya sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Bukan hanya alasan yaa... laptop ini Saya beli bekas, dulu sekali ketika Saya masih kuliah di Jogjakarta. Dengan budget pas-pasan, alhasil cuma bisa dapat spesifikasi laptop yang pas-pasan juga. Bahkan, laptop yang Saya miliki masih kalah dan tertinggal jauh dari Smartphone Xiaomi yang paling baru.

Jangan dibayangkan.

Yah kenapa Saya jadi curhat ya haha. Doain aja ada rezeki untuk beli laptop baru yang lebih bagus! Sekarang, kembali lagi ke bahasan yang ingin Saya tulis kali ini... 

Here we go...

Minggu ini Saya menemukan sesuatu yang sangat menarik, bahkan membuka wawasan dan sudut pandang baru yang tidak pernah Saya bayangkan selama ini. Perkara yang menurut Saya tidak rumit tapi dapat menyakiti banyak pihak. Dan yang lebih menarik lagi, pengalaman ini adalah pengalaman yang dimiliki oleh orang disekitar Saya.

Mungkin akan lebih bijak jika kali ini hanya analogi yang akan Saya berikan.

Sekarang kamu boleh membayangkan...

-------------------------------------------------------------------------------------------

"Ada seseorang yang baru saja membeli sebuah smartphone dengan model paling baru dan harga yang lumayan mahal. Setelah keluar dari toko, dia kembali kerumah dengan perasaan yang amat bahagia karena sudah berhasil mendapatkan smartphone impiannya. Lalu dia bergegas menghubungi salah satu temannya untuk memberitahukan bahwa dia sudah memiliki smartphone yang dia inginkan. Dia bercerita panjang lebar mengenai perjuangannya mendapatkan barang impian tersebut.

Temannya ikut senang...

Waktu berlalu sedikit cepat... ternyata banyak smartphone yang lebih canggih muncul ke permukaan. Dengan marketing 'harga' yang murah meriah, tentu saja smartphone ini menjadi dambaan bagi banyak orang. Seseorang ini juga ikut merasa demikian. Sejenak dia berpikir "Iya juga ya, kalau aku ambil yang ini biaya yang harus aku keluarkan tidaklah besar, bahkan aku bisa mendapatkan barang yang sangat bagus dengan harga yang murah".

Karena mendapatkannya pun mudah, akhirnya dia berpaling. Smartphone dia yang lama dibuang begitu saja, lalu dengan senang hati berpindah ke smartphone baru yang lebih murah dan tinggi spesifikasinya.

Sekali lagi, dia bergegas menghubungi temannya dan bercerita panjang lebar mengenai smartphone yang baru saja dia miliki, membangga-banggakannya bak seorang Dewa yang harus disembah.

Karena rasa penasaran, temannya pun menanyakan perkara smartphone lamanya. "Jadi, smartphonemu yang dulu, kau kemanakan?"

Dia menjawab "Sudah aku buang, karena ketika aku ingin ber-swafoto dengan teman-temanku, smartphone itu sangat lambat"

"Hanya perkara itu, kau membuangnya dan menggantinya dengan yang baru?" Tanya temannya penasaran.

"Iya! Itu adalah kesalahan terbesar sebuah smartphone. Enak saja! yang aku butuhkan hanya swafoto, dan smartphone itu tidak bisa memberikan yang terbaik untuk keinginanku" Jawabnya lagi.

"Loh, tapi bukannya dulu kau bercerita bahwa swafoto menggunakan smartphone itu sangatlah bagus? Bahkan dengan sadar kau berkata bahwa smartphone itu adalah yang terbaik" Tanya temannya sekali lagi.

"Hah? Tidak mungkin! Kapan aku mengatakan bahwa smartphone itu sangat bagus? Dan kapan pula aku mengatakan bahwa smartphone itu yang terbaik?" Pungkas dia tidak terima. "Mungkin, bagus dan terbaik menurutmu beda dengan bagus dan terbaik menurutku" Tambahnya lagi.

Seketika temannya terdiam, lalu merenung. "Apakah memang dia seperti ini sejak dahulu?"

Satu hal yang tidak disadari oleh si pembeli smartphone ini adalah; Barang murah dan mudah didapatkan juga akan memiliki kualitas yang murah dan mudah dirusakkan.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Saya membebaskan kamu untuk mengartikannya kemana dan ke siapa saja analogi yang baru saja Saya tulis.

Analogi yang lumayan sederhana mengenai ketidak konsistenan seseorang dalam berkata. Perkara simple yang dibuat rumit oleh diri sendiri. Jika dirunut dari awal, maka jawaban akhir didalam analogi tersebut seharusnya tidak pernah muncul. Tapi ternyata pembelaan pada kalimat akhir malah membuat semua perkataan menjadi rancu.

Aneh bukan? Bahkan Saya sendiri masih belum dapat memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi. Apakah ketidak konsistenan itu muncul hanya karena ingin menjaga nama baik dan harga diri? Atau jangan-jangan orang yang tidak konsisten ini sedang berkomedi untuk membuat orang lain tertawa dengan ketidak konsistenannya? Jika iya, maka mereka sangat lucu.

Apapun yang telah kamu alami, baik atau buruk, berhasil atau gagal, benar atau salah, selama itu adalah pilihanmu sendiri, maka berbanggalah dengan pilihan yang sudah kamu pilih. Jika hasil dari pilihanmu adalah buruk, gagal, atau salah, maka tidak serta merta kamu melupakan dan mengelak bahwa kamu tidak pernah memilih itu. as simple as that.

Konsisten bukan cuma perkara kamu memilih A, lalu dikemudian hari kamu tidak boleh memilih B dan harus tetap berada pada pilihan A. Big NO! Dikemudian hari kamu tetap boleh memilih pilihan B, dan ketika kamu memilih pilihan B, maka pilihan A yang sudah pernah kamu pilih sebelumnya tidak boleh dilupakan dan dielakkan. Akui saja bahwa kamu pernah memilih A dan tidak berjalan sesuai keinginan. 

Berani mengakuinya bukanlah hal yang sulit bukan?

Gipsy Marpaung
Pontianak, 00:50 Dini hari.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

MERASA BENAR

Sabtu, Juli 18, 2020



Belakangan ini, Saya mencoba sok mengamati linimasa Twitter yang semakin hari kian membara. Cuitan demi cuitan diutarakan antara akun A, akun B, hingga akun Z. Memuji, memaki, beradu argumen, berdebat, hingga menghina sekarang bisa Saya tonton dibalik layar smartphone sambil makan makaroni pedas harga seribuan hasil beli dari warung depan gang.
Berbekal dari pengamatan subjektif yang Saya lakukan jika sedang tidak ada kerjaan karena sudah selesai menonton episode demi episode drama korea, Saya bisa menarik kesimpulan bahwa MERASA BENAR adalah hal yang lumrah. Sudah menjadi bagian dari ego masing-masing manusia yang belakangan ini bertumbuh dengan pesat.

Satu kelompok selalu merasa bahwa kenakalan dimasa muda itu hal yang wajar. Keren. Secara eksplisit menyangkal menggunakan kalimat "gpp waktu muda nakal, biar nanti pas tua ga nakal lagi".

Sebagian lain menolak hal tersebut, memilih untuk tetap hidup sesuai norma.

Dua kelompok yang terbagi atas pro dan kontra ini membuat lini masa menjadi sangat panas. Beberapa orang kelihatan tidak terlalu mencolok saat beradu argumen, tapi ada juga yang memiliki pola pikir "I don't give a fuck" lalu memilih jalan dengan cara berkomentar pedas.

Contoh lain:

Satu kelompok selalu merasa bahwa seseorang bebas memakai apapun model pakaian yang mereka inginkan.

Sebagian lagi menolak, mengatakan bahwa cara berpakaian itu harus dilandasi oleh norma.

Pro kontra ini juga membuat lini masa Twitter menjadi panas.

Perlu digaris bawahi, Saya tidak akan ikut campur dan menjadi salah satu bagian dari mereka. Untuk saat ini, Saya hanya bisa berdebat mengenai; Kenapa harga rokok di warung depan menjadi mahal setiap bulannya? Atau yang paling berat adalah mengenai apakah MSG itu benar-benar membuat orang yang mengkonsumsinya menjadi bodoh atau semata-mata hanya konspirasi pada perang dagang yang sudah dilakukan sejak dulu.

Tapi jika Saya diperbolehkan mengungkapkan pendapat pribadi, maka inilah yang akan Saya katakan.

Saya selalu tidak setuju dengan dua kubu yang berdebat ini.

Anggapan Saya selama ini adalah, perdebatan yang mereka lakukan mengenai dua hal diatas hanya didasari oleh kemampuan dan ketidakmampuan. Disatu sisi orang-orang yang mampu melakukan hal tersebut akan selalu mengajak orang lain untuk harus mampu juga melakukan apa yang sudah dia lakukan, di sisi lain orang-orang yang tidak mampu juga akan selalu mengajak orang lain untuk tidak mampu.

Perdebatan ini hanya didasari atas perilaku pribadi yang merasa dirinya benar. Seperti yang Saya singgung diatas, ego untuk merasa benar sudah tertanam di diri masing-masing manusia.

Perdebatan antara dua kubu ini hanya bertujuan untuk mengajak orang-orang lain agar setuju dengan perasaan benar mereka. Bagi Saya, dua kubu ini hanya mencari pendukung untuk membenarkan apa yang mereka anggap benar. Tidak lebih dari itu.

Antara mampu dan tidak mampu
Bisa dan tidak bisa

Mereka yang mampu akan mengajak orang lain untuk mampu
Dan mereka yang tidak mampu akan mengajak orang lain untuk tidak mampu

Analoginya:

Dua anak berdebat mengenai layang-layang. Anak pertama yang mampu membuat layang-layang sendiri akan mengatakan bahwa membuat layangan sendiri itu memuaskan, bisa berkreasi sebebas mungkin tanpa ada batasan bentuk pada layang-layang. Lalu anak kedua yang tidak mampu membuat layang-layang akan mengatakan bahwa membuat layangan sendiri itu ribet, sudah ada yang jual, tidak perlu susah-susah membuat, toh hasilnya sama saja.

Perkara layang-layang ini menjadi perdebatan sengit antara kedua anak ini. Karena saling merasa benar, kedua anak ini mencari pembelaan oleh orang-orang sekitar untuk mendukung apa yang mereka percayai.

Padahal, tujuan akhir dari persimpangan kedua jalan yang ditempuh anak ini sama. Yaitu hanya untuk bisa bermain layang-layang.

Sesimple itu.

Saya tidak keberatan dengan apapun yang dianggap mereka benar.
Saya hanya tidak suka, ketika orang-orang yang merasa benar mulai mengajak.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

BATAS

Rabu, September 04, 2019

Saya, kamu, dan kalian semua, pernah melewati sebuah batas.

Batasan ada didalam segala hal, dengan tujuan yang baik tentunya. Kalian tidak bisa semena-mena melanggar batas tersebut hanya karena merasa memiliki kapasitas, dan pantas. Tidak, kalian salah.

Lalu, apa sebenarnya batas?

Batas adalah pemisah.

Layaknya dua Negara berbeda yang bertetangga, mereka harus memiliki pemisah yang disebut batas Negara. Tujuannya? agar tidak ada seorangpun yang tidak memiliki izin berani melewati batas tersebut.

Lalu bagaimana caranya agar seseorang bisa melewati batas tersebut?

Dengan izin dan aturan yang berlaku.

.....

Pernahkah kamu menjahili seseorang dengan sangat, sedangkan kamu tidak menyadarinya?
Kamu merasa, kamu memiliki kapasitas, dan pantas untuk melakukan tindakan tersebut.

Alasannya? Karena kamu menganggap bahwa dirimu sudah akrab.

Kamu salah.

Sedekat apapun kau merasa, seakrab apapun kau merasa, kau masih tidak berhak melewati sebuah batas.

Memang, batas akan terasa tidak ada. Tapi nyatanya, akan selalu ada batas dalam segala hal.

.....

Pernahkah kamu melukai perasaan pasanganmu dengan sangat, sedangkan kamu tidak menyadarinya?
Kamu merasa, kamu memiliki kapasitas, dan pantas untuk melakukan tindakan tersebut.

Alasannya? Karena kamu menganggap bahwa pasanganmu adalah milikmu.

Kamu salah.

Sedekat apapun kau merasa, kau dan pasanganmu masih memiliki batas, dan kau masih tidak berhak melewati sebuah batas.

Kau tidak boleh merasa pantas.

.....

Saya, kamu, dan kalian semua, pernah melewati sebuah batas.

Siapa yang berusaha mundur, adalah bijak. Dan siapa yang berusaha maju melewati, adalah rusak.

Gipsy Marpaung.
Pontianak, 4 September 2019.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

Saya, Kamu, dan Kita semua sebenarnya SADAR!

Rabu, Juni 26, 2019

Siapa Saya dengan beraninya menilai orang lain tanpa tahu apa yang sudah dilaluinya.

---

Pernah tidak kamu merasa kesal dengan seseorang yang suka menyerobot, kebut-kebutan dijalan? Saya rasa, tidak mungkin kamu tidak pernah, bukan?

Tapi, apakah kamu tahu apa alasan dibalik seseorang itu melakukan hal tersebut?

Mungkin bisa saja, dia sudah terlambat untuk pergi ke kantor. Atau, ada salah satu keluarga dia dirumah yang sedang sakit dan harus segera dibawa ke dokter. Atau, kemungkinan paling mungkin adalah, dia sedang sakit perut dan diharuskan untuk segera ke kamar kecil. Who knows?

Semua kemungkinan bisa terjadi. Tapi kamu dengan kesalnya memarahi orang tersebut, tanpa tahu alasan dibalik itu semua.

Atau contoh lain. Pernah tidak kamu berkata atau terbesit pikiran "cowok/cewek yang tampilannya urakan dan jelek kaya gitu kok bisa ya dapat pacar yang cantik/ganteng? Pasti anak orang kaya, atau main dukun"

Tapi, apakah kamu tahu usaha apa yang sudah dilakukan orang tersebut agar bisa mendapatkan hati pasangannya? Who knows?

Kamu, dan Saya sering menilai seseorang tanpa tahu lebih jauh mengenai apa yang sudah dilaluinya; Ceritanya, usahanya, kesedihannya, kesialannya, dan banyak hal lain.

Kamu, dan Saya tidak peduli dengan apa yang sudah orang lain lalui.

Kamu, dan Saya hanya peduli dengan apa yang sedang kamu lihat.

Kamu, dan Saya secara tidak sadar menjadi hakim kehidupan.

- Gipsy Marpaung, 2019.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

CINTA BUKAN LUKA [CELOTEH SOK BIJAK]

Rabu, Januari 09, 2019

Kalau kamu pernah dipukul, kenapa masih bertahan?
Kalau kamu pernah dimaki, kenapa masih terima?
Kalau kamu pernah diancam, kenapa harus pasrah?

Bukankah, orang tuamu pun tak akan pernah tega?
.....

Beberapa minggu belakangan, Saya sedikit muak melihat headline berita mengenai kekerasan dalam hubungan (red:pacaran)

Bagi Saya,

Laki-laki yang berani memaki seorang wanita adalah sampah.
Laki-laki yang berani mengancam seorang wanita adalah sampah.
Dan, Laki-laki yang berani memukul wanita adalah sampah kuadrat.

Meskipun Saya benci feminisme, tapi Saya lebih benci laki-laki dengan kebodohan tak terhingga.

Konteks yang akan Saya bicarakan adalah, kekerasan yang dialami seorang wanita. Meskipun ada beberapa kasus sebenarnya yang dialami oleh pria. Tapi presentase yang lebih besar terjadi pada wanita.

Beberapa teman yang pernah bercerita mengenai hubungannya kepada Saya mengatakan bahwa kekerasan yang mereka alami sebenarnya masih bisa ditoleransi. Biasanya, kekerasan terjadi karena kedua belah pihak sedang dalam keadaan emosi. Tidak terkontrol, lalu terjadilah kekerasan yang disadari ataupun tidak disadari.

Ketika Saya tanya, kenapa masih bertahan?
Beberapa dari mereka menjawab: Saya yakin, suatu saat dia akan berubah.

Oke, Saya tidak mau berdebat jika sudah mendapatkan jawaban seperti itu.

Dari sudut pandang Saya, sifat manusia itu mutlak. Tidak bisa berubah, hanya piawai atau tidaknya dalam menyembunyikan.

Tapi, mungkin ini hanyalah 'ke sok tahuan' Saya.

Begini,

Laki-laki ini, hanya sekedar pacarmu bukan?
Lalu, sebegitu beranikah dia melakukan kekerasan terhadap dirimu?
Apakah dia menganggap bahwa dia memiliki hak 'istimewa' terhadap dirimu?
Apakah kamu menganggap bahwa dia memiliki hak 'spesial' atas dirimu?

Hai.
Bagaimana dengan orang tuamu?

Hidupmu dibawah kendali orang lain, yang belum tentu juga dia adalah temanmu hingga nanti?
Apakah kamu mau?

simple logic:
Jika kamu pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pasanganmu. Lalu malam-malam berikutnya ketika ingin menjelang tidur, dia selalu mengatakan aku sayang kamu.

Apakah kamu masih percaya? put ur opinion.

Kalau Sayang, masa masih main tangan?
Lalu kamu menjawab, "ah mungkin itu hanya emosi sesaat. Nanti juga dia baik lagi"

Lalu ada yang bertanya lagi, "Jika Sayang, kenapa harus menggunakan kekerasan ketika emosi?"
Lalu kamu menyangkal untuk kedua kalinya. "Aku gak mau membenci orang hanya karena setitik kesalahannya, tanpa memandang beribu kebaikannya"

Jika sudah memasuki tahap ini. Kamu adalah wanita bebal.

Seorang pacar belum memiliki hak berlebih atas dirimu.
Menikah?
Silahkan, laki-laki memilikimu sepenuhnya. Kamu akan hidup hingga tua dengannya.

......

Apa yang kamu harapkan dari orang yang pernah memakimu? mencancammu? Parahnya lagi, memukulmu?

Perubahan?

Ayolah, jangan hidup didalam sebuah gelembung imajinasi yang kamu dapat dari sebuah tulisan ataupun visual.

Hidup itu hanya tentang memilih.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

INDONESIA DARURAT TOLERANSI

Kamis, Desember 13, 2018

Img Src: ngompol.co.id

Intoleransi ada dimana-mana sekarang. Saya sedikit banyak mulai jenuh melihat semakin brutalnya kegiatan tersebut pada masa-masa politik ini. Sebagian besar dipolitisasi demi kepentingan beberapa orang atau kelompok.

Tapi yang akan Saya bahas disini bukan perkara politik. Saya ingin berbicara mengenai polemik sebuah petisi yang mengharuskan KPI memblokir promosi Sho*ee. Alasannya simple, mereka adalah BLACKPINK, mengenakan gaun seronok katanya, tidak pantas dilihat oleh anak kecil. Dude, what the f*.

Menurut Saya, hal ini sudah terlalu berlebihan. Semua orang sekarang sangat bebas menyuarakan ketidaksukaannya terhadap suatu hal. Kalau satu orang saja bisa melakukan hal tersebut, apakah tidak berimbas kepada ketidaksukaan orang lain juga? Mulailah orang-orang lain menunjukkan ketidaksukaannya di internet, memanggil koloni yang memiliki kesamaan dalam ketidaksukaan. Lalu menyuarakan ketidaksukaan menggunakan perisai HAM? Freedom of Speech. Elaaaaaaah..

Begini ya, untuk orang tua yang masuk golongan sedikit-sedikit tidak suka akan suatu hal, tolonglah pola pikirnya dirubah. Bukan Kalian saja yang memiliki suatu ketidaksukaan atau ketidaksetujuan dimuka bumi ini, semua orang punya. Apakah jika kami sebagai makhluk hidup yang juga boleh bebas berpendapat memiliki ketidaksukaan dengan Kalian, kami akan melaporkan dan memboikot kalian? TIDAK KAN?

Sebenarnya orang tua sekarang sudah terlalu dimanja, tidak seperti orang tua dulu. Apakah kalian tidak mampu mendidik anak? Setahu Saya, dulu orang tua Saya, pun orang tua seluruh teman Saya tidak pernah sampai ingin memboikot film Putri Duyung di In*osiar karena mereka memakai pakaian seronok, pun tidak pernah juga orang tua kami ingin memboikot film Tuyul & Mbak Yul karena adanya Tuyul yang hanya memakai celana dalam bertelanjang dada berkeliaran bebas. Dan, setahu Saya orang tua kami tidak pernah ingin memboikot film Warkop DKI karena mereka sering menampilkan wanita-wanita seksi. STOP, janganlah jadi manusia yang arogan.

Seringnya Saya menonton seluruh film yang Saya sudah sebutkan diatas, lantas tidak pula menjadikan Saya birahi berlebihan hingga sekarang. Tidak pula setiap hari Saya selalu membayangkan betapa indahnya wanita jika memakai pakaian minim. Tidak pernah pula Saya memiliki niatan pergi ke Mall untuk sekedar lihat wanita berpakaian seksi.

TAHU KENAPA? Orang tua Saya berhasil mendidik Saya dengan benar, tanpa harus memboikot sana-sini menyatakan ketidaksukaannya pada suatu hal menggunakan perisai agama. Jika Anda sebagai orang tua mengerti akan mendidik anak, seharusnya Anda tidak perlu takut.

Saya gunakan analogi sederhana, biar semua bisa mencerna. Oke?

......

Ada seorang siswa ketakutan setengah mati, karena jam 9 nanti ada ujian, dan dia belum belajar. Atau, memang dia terlalu malas untuk belajar. Akhirnya, dia mencontek.

Ada seorang siswa lain, tidak ketakutan meskipun jam 9 nanti ada ujian. Dia tadi malam sudah belajar, dan yakin akan kemampuan dia untuk menjawab pertanyaan dengan benar.

......

Paham?

Ketakutan akan seseorang muncul karena pribadinya tahu dia tidak bisa melalui hal yang ditakutkan tersebut.

Maukah kalian KPI menerapkan sensor untuk susu sapi lagi? Maukah kalian KPI menerapkan sensor untuk Sandi Tupai dalam film Spongebob Squarepants lagi? PENASARAN MANUSIA LEBIH TINGGI DARI PADA BIRAHI. CATAT. Semakin kalian para orang tua menutup-nutupi apa yang mereka ingin tahu, semakin pula mereka mencari. Lebih baik kalian yang mengajarkan sejak dini, kan? Daripada mereka mengetahuinya melalui lingkungan? Beruntung jika lingkungannya memberitahu dengan cara positif, bagaimana jika lingkungannya mengedukasi melalui hal negatif? Untuk itulah SEX EDUCATION penting, hal ini bukanlah hal tabu yang harus disembunyikan dari anak. Tujuannya, agar anak dapat memilah mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang boleh dan mana yang dilarang. Bukan malah memboikot semua makhluk hidup dimuka bumi ini yang berpakaian seksi semata demi menyelamatkan masa depan anak.

Oh iya, emang dengan cara seperti itu menurut Anda anak-anak akan terselamatkan masa depannya? Pikir ulang.

Berpatokan pada agama? Oke, Saya bisa jawab.

Indonesia memiliki 5 Agama dan 1 Kepercayaan, sudah disahkan oleh Negara. CMIIW..

Seluruh agama mengajarkan kebaikan (sudah mencakup semua hal yang menurut Anda baik). Agama mana sih, yang mengajarkan kita membenci? Agama mana sih yang mengajarkan kita membunuh? Agama mana sih, yang mengajarkan kita menggunakan emosi? Coba sebutkan agama apa? Bisa?

Salah satu agama ingin selalu damai? Haha, semua agama menginginkan hal itu!
Salah satu agama ingin tidak dicampuri? Haha, maaf Saya ketawa sekali lagi. Semua agama menginginkan hal itu!

Banyak manusia saling mengkafirkan manusia belakangan ini. Berlagak jadi paling suci dan ber-iman, berlagak ber-ilmu tinggi. SUCI MAKSIMAL, kalau kata Jason Ranti.

Beda keyakinan, dimusuhi.
Sama keyakinan, beda aliran dimusuhi.
Sama keyakinan, sama aliran, beda pendapat, dimusuhi.

Mau kalian itu sebenarnya apa? Keributan dimana-mana? Kerusakan dimana-mana?
Install dulu Player's Unknown Battle Ground di Desktop PC kalian, buat belajar nembak.
Atau karna kalian sudah terlalu sering memainkan game tersebut, jadi menginginkan yang lebih real?

Apasih tujuan kalian itu sebenarnya?

Ingin diakui?
Ingin kekuasaan?
Atau ingin apa?

Media sosial itu diciptakan untuk digunakan dengan baik, dengan semestinya. Bukan untuk memulai keributan. Bukan untuk membuat perbedaan, bukan untuk menyebar kemarahan. Kasian para developer jika Anda menggunakan ciptaan mereka dengan tidak semestinya.

Mau, kalian hidup seperti dulu?
Mau, kalian hidup tanpa internet?
Mau, kalian hidup tanpa media hiburan? Dimana seluruh Negara sedang berlomba-lomba akan ilmu pengetahuan, kita disini masih berlomba-lomba untuk saling merasa benar, saling tidak mau mengalah, tidak legowo, sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit melapor. Berhentilah menjadi manusia seperti itu, berhentilah jadi manusia dengan level arogansi dan intoleransi yang sangat tinggi.

Saya pribadi, sudah muak.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

Bowo, Youtuber Reaction, Beserta Kesalahan Aplikasi Penggerus Moral

Kamis, Juli 05, 2018

Bowo, Bowo, dan Bowo. Semua timeline media sosial Saya dipenuhi dengan nama beserta foto dari seorang lelaki bernama Bowo. Entah apa nama panjangnya, mereka memanggilnya seperti itu. Jadi, Saya akan sedikit berbicara, atau mungkin banyak berbicara, bukan mengenai Bowo, tapi mengenai Anda yang dengan sengaja ikut menjadi pelaku bullying.

Bowo Tiktok
Img Src: jakarta.tribunnews.com
Bowo adalah seorang anak laki-laki yang Saya perkirakan masih berumur dibawah 21 tahun (standar kedewasaan di Indonesia). Memiliki hobi menggunakan media sosial seperti teman-teman sebayanya.

Baru-baru ini menjadi perbincangan hangat diseluruh laman media sosial. Perkara simple, Bowo menggelar "Meet and Greet" dengan para fansnya dengan mematok harga yang untuk banyak orang Indonesia berada pada kategori "Mahal". Perkara ini yang seterusnya menjadi perbincangan hangat dikalangan Youtuber Reaction (Penggiat youtube yang doyan merekam dirinya sendiri saat sedang memberikan reaksi).

Pembahasan pun semakin meluas karena beredar video ketika Bowo melakukan Meet & Greet dengan para penggemarnya disuatu tempat yang Saya sendiri tidak tahu dimana letaknya. Kali ini, penggiat youtube yang doyan merekam dirinya sendiri saat sedang memberikan reaksi membahas mengenai warna kulit Bowo yang sangat kontras dengan apa yang selama ini penggemarnya lihat di akun Instagram milik Bowo.

Semakin luas video beredar, semakin banyak pula netizen terhormat yang dengan memiliki kesadaran penuh ikut mem-bully seorang bocah bernama Bowo ini.

Dimulai dengan menghina, dan ikut menyebar luaskan konten yang paradigmanya sendiri sudah terlanjur buruk dimata penggiat internet. Dengan embel-embel "STOP MAKING STUPID PEOPLE FAMOUS", agar dirinya terlihat lebih keren, bijak, ah juga peduli terhadap kemajuan bangsa, dimata pengikutnya di laman media sosial.

Oke, cukup.

Bukan Bowo yang ingin Saya bahas. Tetapi Anda, pelaku bullying yang tidak mengakui perbuatannya.

Jika Anda dikatakan sebagai pelaku bullying, lalu Anda tidak terima dengan julukan tersebut, maka izinkan Saya untuk mengutip arti kata bullying dari laman wikipedia.

Bullying/Penindasan
Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.

Ada satu kata disana. Mengintimidasi. Tak perlulah Saya artikan lagi, apa itu arti Intimidasi.

Banyak penggiat internet, yang dengan secara sengaja mengintimidasi Bowo karena dianggap sudah memberikan dampak buruk bagi anak-anak diseluruh Indonesia. Merusak bangsa, dan hal buruk lainnya yang Bowo sendiri pun tidak tahu apa maksudnya.

Anda, sebagai netizen yang sangat-sangat terhormat, Saya masih sedikit bingung dengan apa maksud dan tujuan Anda melakukan hal tersebut? Untuk kepuasaan pribadi? Menyangka bahwa telah menolong banyak orang? Mengira hal tersebut adalah baik?

Banyak pelaku bullying yang tidak sadar, bahwa mereka sedang melakukan hal tersebut. Menurut mereka, hal tersebut sangat-sangat biasa, dan tidak menyalahi norma. Menurut Saya, persentase terbesar penyebab bullying berasal dari hal tersebut. Dan disini, Anda adalah orang yang Saya bahas.

Menurut Saya, jangan terlalu besar Anda melakukan suatu hal di internet agar menjadikan Anda terlihat baik dimata orang lain, cukup jangan buang sampah sembarangan didunia nyata dan jangan menerobos lampu merah saja itu sudah membuktikan bahwa Anda adalah orang yang patut di contoh. Saya tidak bilang, bahwa Saya adalah orang yang patut di contoh.

Dampak bullying terhadap Bowo sangat besar, hingga akhirnya sampai pada keluarganya. Keluarga Bowo tak pernah mengira hal ini akan berimbas besar untuk anaknya. Dan, jika kalian ada diposisi kedua orang tua Bowo, apakah kalian mau anak kalian menjadi bahan bully oleh seluruh penggiat internet?

Lalu, apa kesalahan Bowo yang menjadikannya buruk dimata penggiat internet?

Apakah karena dia menggunakan suatu aplikasi yang memiliki paradigma buruk?
Apakah karena timbulnya kata 'alay' dikalangan masyarakat?
Apakah karena dia menghabiskan uang seluruh anak-anak karena acara berbayarnya?

Ketiga hal tersebut menjadi landasan Anda untuk ikut mengintimidasi seorang anak kecil?

....

Pertama, tidak ada aplikasi yang buruk (buruk bukan dalam artian sistem, fitur, serta kegunaan). Hanya ada pengguna yang buruk.

Pertanyaan: Apakah Bowo menggunakan aplikasi tersebut dengan buruk, dan tidak layak dicontoh?
Jawaban: Tidak. Bowo menggunakan aplikasi dengan semestinya. Bahkan jika kita melihat budaya yang ada di Indonesia, banyak orang lain yang dengan sengaja menggunakan aplikasi itu dengan buruk. Salah satu contohnya adalah, banyak perempuan yang dengan sengaja menunjukkan kemolekan tubuhnya diaplikasi tersebut. Lalu, kenapa Anda tidak protes? Bahkan, ada salah satu youtuber reaction yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah pengecualian.

Kedua, semua orang (tidak terkecuali Saya dan Anda) pernah mengalami dan melewati fase tersebut. Perbedaannya hanya terletak pada media yang sekarang sudah berkembang dengan pesat. Dulu, kenakalan kita hanya disaksikan oleh orang-orang terdekat, ruang lingkupnya kecil. Sekarang, karena perkembangan teknologi, kenakalan yang dilakukan oleh seorang anak kecil dapat diketahui oleh banyak orang.

Pertanyaan: Apakah Bowo Alay dan tidak layak dicontoh?
Jawaban: Ya, Bowo alay (jika alay adalah sebuah kata). Lalu, apakah Anda tidak pernah melewati fase tersebut? Saya rasa, Anda dan Saya pernah mengganti sebuah huruf dalam satu kalimat menggunakan angka.

Ketiga, acara Meet & Greet yang digelar oleh Bowo. Saya tanya, apakah anak dengan umur seperti itu sudah bisa mengatur, dan mempersiapkan suatu acara dengan baik? Simple, ada orang-orang dibalik Bowo yang dengan sengaja ingin meraup keuntungan dari penggemarnya Bowo. Diposisi ini, Bowo adalah seseorang yang digunakan oleh orang lain untuk mendapatkan keuntungan. Banyak management yang tiba-tiba muncul, mengadakan Meet & Greet, dengan harga yang lumayan menguras dompet.

Saya tidak serta merta membela Bowo. Jika dilihat dari sudut pandang Saya, Bowo juga salah. Jadi, jangan mengatakan bahwa Saya membela Bowo, atau berkata, Saya adalah keluarga Bowo.

Kesalahan terjadi dari dua belah pihak, yaitu antara pihak Bowo, dan pihak Penggemar.

Bowo bersalah karena dia sebagai influencer, tidak bisa memberikan kebijaksanaan bagi para penggemarnya.

Penggemarnya bersalah karena mereka sebagai penonton tidak bijaksana dalam mengambil suatu tindakan.

Adil bukan?

Sekarang, banyak pengguna media sosial yang sebenarnya belum layak menggunakannya karena mereka belum memiliki cukup umur. Anak kecil belum dapat memilah, mana yang baik dan mana yang buruk. Hal tersebut sebenarnya bergantung pada apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya sejak dini.

Jadi, Anda yang mengaku sudah tua dan berpengalaman, seharusnya memberikan wejangan kepada orang yang umurnya lebih muda dari Anda. Batasi penggunaan media sosial pada anak-anak, meskipun Saya tahu Anda sebagai orang tua tidak akan bisa mengawasi setiap hari. Berikan pemahaman yang lebih kepada anak-anak Anda untuk tidak terlalu sering menggunakan media sosial.

Jangan menyalahkan seorang anak kecil bernama Bowo, yang berakibat pada mental anak tersebut dimasa yang akan datang. Pun, kemenkominfo sudah memblokir akses pada aplikasi tersebut. Jadi, stop melakukan tindakan bullying yang berdampak buruk bagi orang lain.

Anak kecil itu suka meniru apa yang dia lihat. Untuk itu, bijaklah dalam menggunakan internet!
Read More »

Celotehan Sok Bijak

BUDAYA "MENGIKUTI"

Kamis, Mei 24, 2018

Sifat alami manusia adalah mengikuti. Sejak lahir, kita dituntut untuk mengikuti instruksi dari orang tua, entah itu berjalan, berbicara, mendengar dan lain sebagainya. Mengikuti adalah salah satu cara manusia agar dapat 'sama' dengan manusia lainnya. Jika tidak, maka kau akan beda katanya.

Begini, budaya 'mengikuti' sudah ada sejak zaman dahulu kala. Saya pribadi, tidak percaya dengan yang namanya orisinalitas. Semua yang diciptakan adalah plagiarisme, dalam tanda kutip "dikembangkan". Saya tidak mau berdebat, logika kan sendiri saja.

Salah satu budaya mengikuti yang akan Saya bahas adalah, mengenai sastra, bahasa tingkat dua, dan membaca.

Jika dilihat beberapa tahun kebelakang, budaya membaca, sastra, dan bahasa tingkat dua mulai bangkit lagi. Banyak anak-anak muda katanya menjadi penggemar sastra, berlomba-lomba menuliskan sebuah kata-kata manis dilaman media sosial mereka. Bahasa yang digunakan pun tergolong menarik, Anda dan Saya sebagai pembaca dituntut untuk mengetahui tingkatan bahasa yang lebih dalam. Dituntut untuk membuka kamus tesaurus jika ingin mengerti. Entahlah, mungkin mereka berkolaborasi dengan developer aplikasi kamus di smartphone agar banyak di unduh dan digunakan.

Saya tidak mengerti akan mereka yang melakukan hal tersebut, entah untuk apa tujuannya dan apa maksudnya. Saya sendiri sudah mulai menulis sejak pertama kali masuk ke Sekolah Menengah Atas, sekitar tahun 2012 dan hingga sekarang terus "belajar menulis". Saya akui, awal mula Saya tertarik dengan penulisan ketika seorang Raditya Dika yang memulai karirnya menjadi seorang blogger bisa terkenal dan banyak uang hanya karena menulis. Lalu menjadi sutradara hebat yang memiliki rumah dan kucing seharga motor Saya.

Dengan bodohnya, saya mengikuti gaya penulisan yang dilakukan oleh beliau. Dengan harapan yang sama, "terkenal". Karena dengan sombong saya berkata dalam hati "Saya lebih lucu dari Raditya Dika". Nyatanya? Sejak 2012 Saya menulis buku untuk pertama kalinya dengan judul "BATAITUKERAS", dan hingga sekarang Saya tidak dapat menerbitkan satu buku pun.

Mengerti? Tidak selamanya budaya mengikuti adalah baik.

Kembali lagi, dengan segelintir orang yang katanya sangat cinta dengan sastra. Padahal jurusan yang diambilnya pada saat kuliah adalah ilmu ekonomi, pemerintahan, pertambangan. Lalu, dimana seninya?

Semenjak munculnya kutipan-kutipan yang dengan sengaja di copy-paste dari Google ke Instagram. Semakin banyak anak-anak yang mendadak menjadi pujangga. Mereka membawa buku yang Saya perkirakan halamannya berjumlah 300+ untuk ditenteng ketika mereka sedang berpergian, entah itu ke sebuah cafe, ataupun warkop. Dibaca? Oh, tentu saja! Mungkin hanya 2-3 lembar halaman. Lalu mengobrol dengan teman-temannya. Dan Saya yakin, ketika sampai rumah dan ingin melanjutkan membaca, mereka sudah lupa dengan isi bacaan yang sebelumnya. Lalu di ulang kembali. Dan begitu seterusnya. Atau mereka terlalu malas untuk mengetahui apa isi yang ingin disampaikan si penulis. Yang paling penting, ada bahan untuk feed instastory dan feed Instagram.

Bukan menghakimi, tapi apa esensi yang didapatkan dengan membawa buku bacaan ditempat umum? Ingin terlihat pintar atau bagaimana? Saya masih tidak mengerti.

Sepengetahuan dan sepengalaman Saya didalam membaca, apapun bacaannya. Saya harus bisa tenang dan berkonsentrasi penuh didalamnya, dengan tujuan supaya Saya dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Lalu, apakah ditempat umum dengan tingkat kebisingan yang sangat tinggi dapat membuat mereka berkonsentrasi? Saya rasa tidak.

Saya beranggapan, beberapa tahun belakangan ini ada beberapa orang yang memang benar-benar suka dengan hal tersebut, lalu dicontoh oleh orang-orang yang hanya 'mengikuti' tren sesaat. Tak perlulah berdebat, ya? Sudah banyak contohnya, dan jika Saya tidak memberi contoh maka bodohlah Saya. Oke, Film Horror di Indonesia. Sempat hilang dari peredaran, dan tergantikan oleh film-film komedi. Lalu bangkit kembali karena "Pengabdi Setan". Lalu banyak Sutradara berlomba-lomba untuk membuat film dengan genre yang sama. Dengan harapan? Jelas, kesuksesan!

Sama halnya dengan apa yang sedang kita bahas. Mungkin apa yang sedang mereka lakukan sekarang adalah representasi dari keberhasilan novel-novel romansa yang beredar juga di Indonesia. Lalu di ikuti dengan harapan didalam kehidupan nyata cerita yang ditulis dapat direalisasikan.

Mungkin juga, banyak dari mereka berharap dengan menulis sastra dapat memikat wanita. Dan membuat mereka terlihat lebih pintar dan berpendidikan didalam segala hal. Padahal tidak, mereka tak lebih dari seorang anak kecil yang habis menonton film Ultraman, dan berharap di kehidupan nyata mereka dapat menemukan Ultraman. As Simple As That.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

BISNIS DAN ETIKA

Senin, Maret 26, 2018

Dalam bisnis, mengambil resiko itu penting. Tetapi, carilah untung sebesar-besarnya, dengan mengambil resiko sekecil-kecilnya. (Prinsip dasar bisnis yang gak tau siapa yang ngomong, intinya gue percaya akan prinsip ini).

Berbicara soal bisnis, dan etika. Gue sebagai orang yang sangat baru didalam dunia bisnis tentunya masih harus banyak belajar akan pengertian bisnis, dan etika.

Karena, etika sangat penting didalam bisnis. Apapun bisnis yang sedang dijalankan.

Lebih kurang 4 tahun ini, gue di tatar dan di didik untuk menjadi seorang pebisnis. Pebisnis kelas besar tentunya, bukan sekedar bisnis kecil. Gue bangga akan hal itu. Dikampus, setiap harinya gue diajari "Bagaimana membuka lahan pekerjaan, bukan menjadi sarjana pencari lapangan pekerjaan".

Hal ini didasari karena banyaknya sarjana yang menjadi 'pengemis' pekerjaan. Bukan hanya di Indonesia, hal ini banyak terjadi dihampir setiap Negara yang ada didunia. Entahlah, gue gak melakukan riset, gue cuma menebak.

Pernah, pertama kali gue masuk didalam area kampus dan mendapati pelajaran tentang bisnis. Si 'empunya' kampus berkata "Saya adalah orang bodoh, IPK saya selalu rendah, tetapi cita-cita Saya ingin menjadi seorang dosen. Bagaimana cara Saya mewujudkannya? Pilihan satu-satunya adalah, Saya harus membuat sebuah kampus. Dengan begitu, Saya bisa bebas menjadi dosen".

Dan sedikit tambahan, "Kampus atau tempat belajar adalah salah satu bisnis yang sangat berkompeten untuk mendapatkan keuntungan. Untuk itu, salah satu tujuan saya mendirikan kampus adalah, untuk berbisnis".

Salah? Tentu saja tidak. "Setiap masalah pasti ada peluang, ambil peluang itu dan buatlah masalah orang lain menjadi uangmu". Satu lagi prinsip dasar bisnis yang paling gue demen.

Untuk itu, dari semester 2, gue udah berusaha mati-matian untuk menjadi seorang pebisnis. Dimulai dari bisnis yang gak jelas, sampai bisnis yang semakin gak jelas. Hehe.

Bisnis pertama yang gue mulai sebenernya udah terjadi jauh-jauh hari sebelum gue menerima semua mata kuliah yang berhubungan dengan bisnis. Dulu, waktu gue masih TK sampai SD, gue sering menjual kelereng ke temen-temen gue dengan harga murah, tapi syaratnya, mereka harus mainin dan ngejudiin kelerengnya sama gue 'lagi'. Gak perlu panjang lebar, toh gue tetep memenenangkan perjudian kelereng dari temen-temen gue yang basicly membeli dari gue. Intinya, gue mendapatkan uang tanpa harus kehilangan barang. Sedikit curang, tapi semua adil dalam cinta dan peperangan bukan? Oh iya, semua adil dalam cinta, peperangan, dan bisnis.

Adil? Jelas! Tapi, tidak beretika.

Lalu apa yang terjadi dengan pebisnis yang tidak memiliki etika?
Simple, gue dengan sangat yakin akan menjawab, HANCUR!

Hal ini terjadi disegala aspek bisnis. Entah bisnis apa yang sedang lo jalankan.

Disini gue pengen ngomongin tentang etika dalam berbisnis, yang belum lama ini gue ngerasain pahitnya dalam berbisnis. Sempat pengen mandek, tapi, gue pikir, ini adalah salah satu pengalaman yang menunjukkan kredilitas gue sebagai seorang pebisnis.

Beberapa bulan belakangan ini, gue disibukkan dengan bisnis baru. Sebenernya udah lama, tapi gue baru masuk aja ke dunia ini. Gue berbisnis dalam hal ekspor barang ke luar negeri, tentunya dengan izin yang jelas.

Awalnya, gue kurang berminat dengan bisnis ini. Tetapi karena paksaan dan godaan dari temen-temen gue yang sudah lebih dulu menggeluti bisnis ini, akhirnya gue tergoda. Karena bisnis ini menawarkan suatu hal yang gak banyak dimiliki bisnis-bisnis lain. Tanpa modal finansial.

Ya, ada baik ada buruk. Meskipun tanpa modal uang, tapi gue diharuskan mencari pelanggan dari jam 2 malam sampai jam 10 pagi. Hal ini dikarenakan perbedaan waktu yang cukup menonjol antara Indonesia dengan Negara luar.

Singkat cerita, lambat laun gue mulai mendalami dan mengerti akan dunia bisnis ini. Dengan banyak kerja keras tentunya, gue mendapatkan pelanggan-pelanggan yang mengerti akan keadaan bisnis disini. Satu hal yang gue suka dari orang-orang luar, mereka sangat loyal terhadap orang yang sudah mereka percaya.

Akhirnya, bisnis gue mulai meningkat. Lalu, dengan cepat pula bisnis gue turun.

Penyebabnya "BERBISNIS DENGAN TEMAN". Penggunaan teman didalam bisnis sepertinya kurang tepat, "KOLEGA".

Sebenarnya, gue tidak menjalankan bisnis ini berbarengan dengan teman gue, tetapi gue hanya meminta bantuan pengiriman melalui doi, yang memang dari awal doi yang ngajakin gue untuk masuk ke dunianya.

Alasannya, karena gue sekarang lagi kuliah di Jogja. Dan pemasok produk hanya ada di daerah asal gue. Karena temen gue ini udah lumayan lama, jadinya dia banyak kenalan dan udah bisa ngirim sendiri ke luar negeri menggunakan jasa pengiriman.

Temen gue bilang:
"Masalah pengepakan produk dan pengiriman nanti gue yang atur, lo tinggal cari pelanggan. Ibaratkan, lo itu cuma bekerja sebagai marketing, masalah pengiriman gue yang ngurus. Tapi, dari hasil penjualan lo, lo dapat keuntungan penuh, gue dapet bayaran dari mark up produk."

Misal, harga produk yang dijual dari tangan pertama adalah 20rb, terus temen gue naikin jadi 50rb. Nah, dari situlah keuntungan doi.

2 bulan pertama, semua normal. Lancar jaya aslemehoy.

Bulan selanjutnya, kaya ada yang salah

Bulan selanjutnya, gue mulai curiga

Bulan selanjutnya, oke ini udah gak beres.

Banyak pelanggan gue yang dari luar ngirim email yang berisikan "NAMA TEMEN GUE". And guess what? Temen gue mencoba mencuri pelanggan gue dengan cara yang super duper picik! Dem boy.

Gimana caranya temen gue tau pelanggan gue? It's so simple.

> Gue cari pelanggan
> Lapor ke temen gue sekalian ngasih NAMA dan ALAMAT pelanggan gue
> Temen gue ngirim produk
> Doi nyatet semua nama pelanggan gue
> Di kontakin satu-satu dah hehehehehehe.

Kecurigaan gue bermula ketika pelanggan gue (ini adalah pelanggan yang berpotensi menghasilkan uang yang lumayan besar, pelanggan gue ini adalah penyuplai produk yang ada di Negaranya. Untuk itu, pengiriman yang dilakukan dalam jumlah yang besar pula) meminta sebuah bonus karena sudah sering memesan. Tetapi, setelah gue tanyakan ke temen gue, doi bilang GAK BISA. Oke, gue turuti karena disini gue hanya sebagai marketing dan pengiriman doi yang ngurus.

Tapi, beberapa hari kemudian pelanggan gue mengirimi sebuah email yang berisikan NAMA + FOTO temen gue, dengan tulisan bahwa dia menawarkan BONUS. What the heck?

Disinilah etika dalam berbisnis harus dipelajari dan diterapkan.

Gue adalah teman, udah bisa dikatakan sahabat dekat. Tetapi didalam bisnis, gue tidak lebih hanyalah seorang partner, kolega. Bangsat.

Gue bener-bener gak nyangka akan hal ini. Untuk itulah gue katakan, gue adalah pemula dalam berbisnis yang bener-bener gak tau jahatnya bisnis.

Etika seorang sahabat akan hilang ketika harus berurusan dengan UANG.

Ini yang paling gue sesali dari sifat seorang yang katanya adalah teman. Apakah seorang teman akan tega membunuh hanya demi uang? Jelas! Banyak kasus yang terjadi, tidak perlu jauh-jauh untuk membahas seorang teman. Pernah lihat sebuah headline berita yang bertajuk "Seorang anak melaporkan IBUnya karena hutang" Wow, seorang anak saja tega melaporkan Ibunya ke polisi hanya perkara hutang yang tidak bisa dibayarkan Ibunya kepada anaknya. Apalagi hanya seorang teman?

Mereka banyak melupakan etika dalam mencari uang. Mereka mengaku bahwa mereka memiliki agama dan Tuhan, tetapi kenapa mereka masih menyangsikan kekuatan Tuhan? Rejeki sudah diatur, dan tidaklah baik merusak rejeki orang untuk mendapatkan rejeki. Plus, gue sedikit heran dan terhenyak (ciaelah bahasanya) ketika banyak orang mampu diluar sana yang memiliki sifat "PELIT". Apakah mereka tidak percaya akan perkataan Tuhan? Apakah mereka menyangsikan Tuhan? Padahal, Tuhan berkata bahwa dia akan mengembalikan berkali-kali lipat untuk apa yang telah kau beri ke orang yang membutuhkan. Dan Tuhan tidak pernah ingkar janji.

Gue sedikit heran.

Untuk itulah etika didalam bisnis sangat diperlukan.

Ingat perkataan gue diawal? Kita sebagai pebisnis harus mengambil resiko yang sekecil-kecilnya, tetapi mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. That's right, tetapi yang sangat fatal adalah. Mencuri pelanggan teman adalah resiko yang sangat besar! Ditambah, dia bukan sekedar teman dikehidupan nyata, tetapi sahabat dekat.

See you!
Read More »