Celotehan Sok Bijak

KELUARGA ADALAH PEPERANGAN YANG TIDAK PERLU KITA MENANGKAN

Minggu, Februari 14, 2021

Mengenai Arti Toxic Parenting
In the wee small hours of the morning
While the whole wide world is fast asleep
You lie awake and think about the girl
And never, ever think of counting sheep

In the wee small hours of the morning mengalun senyap diantara volume 10% dari speaker laptop yang sudah hampir 7 tahun kebelakang setia membantu dalam segala hal, dimulai dari mengetikkan kalimat demi kalimat di Microsoft Word hingga disuruh mengerjakan hal tak masuk akal seperti merender video dengan resolusi Full HD berdurasi 15 menit untuk tugas kuliah, yang mungkin jika laptop ini bisa berbicara menggunakan bahasa manusia, dia akan berteriak dan meminta upah lebih kepada Saya sebagai "si empunya" karena sudah memberikan tugas demi tugas yang tidak masuk diakal, bahkan cenderung lebih seperti kerja romusha pada jaman penjajahan Jepang di Indonesia.

Hebat, tak ada yang bisa menandingi alunan musik dengan frekuensi tinggi yang keluar dari speaker ringkih yang meskipun volumenya sudah dikecilkan, tetap saja suaranya pecah tidak karuan. Namun berkat suara merdu dari Frank Sinatra, alunan speaker pecah pun seakan nikmat saja untuk didengar, dan terkadang juga tanpa sadar ikut bergumam menanyikan liriknya didalam hati.

Sepulang dari mencari angin segar dikarenakan malam ini adalah malam minggu, tiba-tiba hasrat untuk sekedar membuka laptop melanjutkan rigging character di After Effects guna keperluan pekerjaan menjadi menggebu-gebu. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena tiba-tiba saja menemukan ide hebat ketika sedang menunggu lampu merah yang tak kunjung hijau disepanjang jalan pulang. Tapi niat menggebu-gebu itu hilang begitu saja ketika After Effects melakukan kebiasaannya "not responding" pada saat krusial meng-import file dari Illustrator. Ban*saaaaat

Karena sudah terlanjur menyalakan laptop, sekalian saja Saya membahas hal ini yang memang sejatinya sudah lama sekali ingin Saya bahas dengan panjang lebar dan mengoceh sendiri disini. Bahasan menarik yang akhir-akhir ini sering dijadikan tameng untuk mereka yang suka mendiagnosis dirinya sendiri mengidap penyakit yang sekarang sering juga dijadikan kartu AS untuk mereka yang blunder disosial media. Mental Illness.

.......

Keluarga adalah peperangan yang tidak perlu dimenangkan.

Saya berterimakasih untuk orang yang pertama kali menciptakan kata-kata tersebut. Kata-kata yang mampu membuat Saya mengatakan "yasudahlah" ketika dicerca pertanyaan atau pernyataan dari keluarga yang tidak jarang membuat Saya tidak nyaman.

Bagi Saya keluarga adalah hadiah terhebat yang pernah Tuhan berikan kepada Saya. Mereka adalah orang-orang hebat yang tidak pernah lelah mendengarkan keluh kesah Saya setiap hari, mereka adalah orang-orang tangguh yang tidak lelah menasehati Saya agar menjadi manusia yang lebih baik dikemudian hari, dan mereka adalah pahlawan-pahlawan super yang tidak pernah lelah bekerja untuk memberikan Saya kehidupan yang layak hingga detik ini. Meskipun dalam beberapa kesempatan  mereka berubah menjadi orang yang paling menyebalkan, tapi mereka tetap menganggap Saya adalah keluarga yang harus dijaga.

Terkadang terbesit pemikiran nakal setelah membaca beberapa keluhan pengguna media sosial di Indonesia mengenai toxic parenting. Tiba-tiba mengaitkan beberapa kejadian tidak meng-enakan dengan pengalaman pribadi yang mungkin saja sama atau bisa saja otak sengaja men-cocok-logikan agar terlihat sama. Tapi, pemikiran itu seketika menghilang ketika Saya mengingat kalimat ajaib "Keluarga adalah peperangan yang tidak perlu dimenangkan".

Saya mengakui, dulu sekali ketika masih pertama kali menginjak masa remaja, Saya adalah tipikal orang yang tidak peduli dengan keluarga. Bahkan Saya lebih memilih untuk pergi dengan teman dibandingkan mengikuti acara keluarga. Parahnya lagi, Saya lebih mempercayai perkataan teman-teman Saya dibandingkan orang tua Saya. Hebat bukan? Pernah juga suatu ketika Saya membantah nasehat dari orang tua dan menganggap nasehat mereka itu kuno, sudah tidak relevan dengan keadaan saat itu. Masa remaja Saya diisi dengan banyaknya bantahan dan ketidakpedulian.

Tapi itu dulu sekali, ketika masih asyik-asyiknya bermain dan mencoba hal baru. Ingin menunjukkan taji pada semua orang bahwa Saya mampu hidup tanpa keluarga dan membuktikan bahwa perkataan-perkataan mereka semua salah.

Tahun demi tahun berlalu...

Semua tampak menyenangkan dan Saya selalu merasa paling benar dan tak terkalahkan ketika berada difase "semuanya baik-baik saja". Tapi kemudian semua berubah ketika satu persatu masalah datang silih berganti. Banyaknya masalah dalam hidup ketika beranjak dewasa membuat Saya sadar betul bahwa semua nasehat yang telah dilontarkan oleh kedua orang tua Saya selama ini ternyata akan menjadi kenyataan dikemudian hari. Bahkan keakuratannya mencapai 100%.

Jika ada kompetisi meramal antar peramal-peramal yang ada diseluruh penjuru dunia, maka Saya yakin dengan sangat bahwa kedua orang tua Saya akan memenangkan kompetisi tersebut dengan nilai sempurna, dan tanpa kesalahan.

Waktu ternyata menjawab dan mengamini semua nasehat yang pernah orang tua Saya berikan dan lontarkan kepada Saya. Meskipun tidak ada tenggat waktunya, satu demi satu nasehat mereka yang sebelumnya selalu Saya remehkan ternyata selalu menjadi kenyataan pada hidup Saya. Membuat Saya berpikir keras, dan juga ikut mengamini semua perkataan yang sebelumnya selalu Saya anggap bualan dan omong kosong.

Otak Saya berpikir keras untuk menjawab pertanyaan "Kok bisa sih?" dalam waktu yang lumayan lama. Dalam perjalanan refleksi diri ini, Saya menyadari bahwa kalimat "Orang tua sudah makan asam garam terlebih dahulu" itu benar adanya. Meskipun tidak dalam pengalaman hidup yang sama, setidaknya orang tua lebih dulu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dalam cakupan hal yang sangat luas. Kembali berpikir bahwa nasehat-nasehat orang tua yang selama ini selalu Saya anggap omong kosong ternyata adalah nasehat-nasehat yang sejatinya diberikan bukan untuk menghakimi atau menyalahkan, tetapi mengarahkan Saya untuk dapat lebih bijak memilih flowchart kehidupan agar tidak salah langkah dan menyesal dikemudian hari.

Saya yang dulu adalah seorang anak pembangkang yang tidak pernah mau mendengarkan perkataan orang tua, lambat laun sadar bahwa ternyata selama ini Saya sudah salah dalam menilai. Dulu Saya selalu menganggap bahwa orang tua Saya adalah orang yang selalu menghambat kebahagiaan dan kesenangan Saya menjalani hidup. Saya selalu membandingkan kehidupan teman-teman Saya yang dari penglihatan mata dibebaskan orang tuanya untuk melakukan apapun yang mereka inginkan.

Nyatanya, meskipun Saya membangkang dan tidak tahu diuntung, toh kedua orang tua Saya tetap menganggap Saya anak mereka, dan kedua orang tua Saya tidak pernah mengurangi rasa sayang mereka untuk Saya. Bahkan sebandel-bandelnya Saya, kedua orang tua Saya akan selalu membanggakan Saya didepan orang lain. Jikalau pun Saya bisa berubah menjadi godzilla, Saya yakin kedua orang tua Saya akan tetap menyayangi Saya sebagaimana orang tua menyayangi anaknya.

Lalu bagaimana dengan teman? Seiring berjalannya waktu, Saya tersadar bahwa mereka akan meninggalkanmu ketika kau sudah tidak sama. Layaknya anak kera yang tidak sengaja tersiram cat berwarna merah oleh manusia, ketika kembali ke habitatnya, anak kera ini akan dijauhi dan dikucilkan oleh kawanannya karena dianggap berbeda. Kau harus terus mengikuti apa yang kawananmu inginkan jika ingin terus berada pada habitat kehidupan. Begitulah adanya sosial dan kehidupan pertemanan, mau tidak mau, kita sebagai manusia harus terus mengikuti perubahan agar tetap bisa berjalan berdampingan dengan para kawanan. Tidak menyalahkan dan tidak menghakimi, mereka yang ada disekitarmu tidak serta merta salah, karena mereka yang kau anggap teman sejatinya tidak memiliki tanggung jawab atas hidupmu, dan mereka juga tidak memiliki tanggung jawab atas kebahagiaan dirimu dimasa depan.

Sedangkan orang tuamu, mereka memiliki tanggung jawab untuk tetap harus melihatmu bahagia dan tersenyum hingga kau besar dan menikah nanti. Bahkan apa yang kau anggap "orang tua masih saja mencampuri kehidupan berumah tanggaku" adalah semata-mata hanya karena ingin melihat anak-anaknya terus bahagia dan tidak kesulitan. Merubah sudut pandang itu perlu bukan?

Terkadang hal sepele seperti; memiliki kedua orang tua menyebalkan karena tidak dibelikan smartphone keluaran terbaru adalah anggapan benar, karena selalu meng-compare dengan orang tua lain. Padahal sejatinya ketika kau kesal karena tidak dibelikan apa yang kau inginkan, kedua orang tuamu sedang gelisah dan sedih karena merasa tidak mampu membahagiakanmu. Bahkan mungkin ada sebagian orang tua yang rela meminjam kesana-kemari hanya untuk membelikan apa yang menjadi sumber kebahagiaan anaknya.

Hal sepele lainnya ketika kau berpikir bahwa orang tuamu menyebalkan karena kau tidak diperbolehkan pulang diatas jam 10 malam ketika sedang bermain dengan temanmu. Padahal sejatinya orang tua hanya takut anaknya kenapa-kenapa karena pulang terlalu larut, membuat hati kedua orang tua gelisah takut kejadian tidak menyenangkan menghampiri anaknya. Sekali lagi, merubah sudut pandang itu perlu bukan?

Keluhan dimedia sosial selalu soal menuntut para orang tua untuk mendidik anaknya dengan benar, dan sebagian selalu menuntut agar para orang tua tidak menjadi orang tua toxic yang selalu mengekang kebebasan ber-ekspresi anaknya. Bahkan ada sebagian yang menyalahkan didikan orang tuanya perihal ketidakpercaya dirian mereka ketika sudah besar karena sedari kecil para anak-anak ini menganggap semua usahanya selalu tidak dihargai dan diapresiasi oleh kedua orang tuanya.

Jika kau membandingkan didikan orang tuamu dengan didikan orang tua tetanggamu, maka apa bedanya?

Jangan pernah mengikuti jejak Saya yang pernah menganggap bahwa Saya (kita) bisa hidup tanpa keluarga. Apapun yang telah kau lalui, salah atau benar, serta jahat atau baik, kedua orang tuamu masih akan tetap setia menunggu dirumah untuk menyiapkanmu sarapan atau makan siang ketika kau pulang kerumah. Mereka adalah hadiah terindah yang pernah Tuhan berikan kepada Saya dan kepada kalian semua.

Seburuk apapun mereka dimatamu, semenyebalkan apapun mereka dipikiranmu, dan sejahat apapun mereka dibenakmu, berdamailah dengan keluargamu. Karena sejatinya keluarga adalah peperangan yang tidak perlu kita menangkan.

Gipsy.
Februari, Tahun Kerbau Logam.
Read More »