Celotehan Sok Bijak

NIKAH MUDA

Kamis, Desember 03, 2020

Suka Duka Menikah Muda

Pernikahan dini
Bukan cintanya yang terlarang
Hanya waktu saja belum tepat
Merasakan semua

Mbak Agnes ternyata sejak dahulu sudah memproklamirkan jangan menikah muda... dih ngelarang-ngelarang ih..

Berbekal dari banyak cerita yang sudah Saya tampung selama ini, mungkin Saya punya kapasitas untuk sedikit membahas perkara yang lumayan berat. Dan entah kenapa, Saya sangat antusias untuk membahas topik menarik yang seperti biasa akan Saya tarik kesimpulan dari sudut pandang ke-sok-tahu-an Saya.

Lumayan pusing ternyata, harus mencari artikel kesana-kemari untuk memvalidasi kata-kata yang mungkin nanti akan Saya sebutkan didalam beberapa paragraf. Malam ini Saya harus berkutat lebih keras dengan mesin pencari melalui beberapa keyword; "Usia ideal untuk menikah","Menikah Muda","Angka Pernikahan Dini", dan beberapa kata kunci terusan yang terlalu banyak untuk Saya sebutkan satu persatu.

Ketika Saya sedang berselancar dengan kata kunci diatas, tiba-tiba mesin pencari Google bersabda "Apakah kamu ingin menikah muda?" Lahhhhhhh... asu.

Menikah muda sepertinya sedang menjadi trend dikalangan teman-teman Saya. Beberapa dari mereka sudah menikah, atau sedang ingin melangsungkan pernikahan dengan pasangannya dalam waktu dekat ini. Imbasnya Saya harus mondar-mandir Pontianak-Yogyakarta untuk menghadiri pesta pernikahan sahabat-sahabat Saya.

Saya tidak akan membicarakan topik ini dari sudut pandang Agama, karena Saya masih belum memiliki kapasitas untuk berceramah ataupun menggurui menggunakan sudut pandang tersebut. Saya hanya akan membahas dasar yang lumayan penting pada perkara menikah muda.

Kita semua harus setuju bahwa di Indonesia pada saat ini menikah muda sedang menjadi trend dikalangan masyarakat berumur 18-25 tahun. Dikutip dari databoks.katadata.co.id pada Januari-Juni 2020, 34.000 permohonan dispensasi pernikahan dini (di bawah 19 tahun) diajukan, 97% di antaranya dikabulkan. Padahal sepanjang 2019, hanya terdapat 23.700 permohonan.

Persoalan menikah muda ini sebenarnya sudah menjadi sorotan tersendiri bagi Indonesia, pasalnya berdasarkan data tahun 2018, sebanyak 1.184.100 perempuan yang berusia 20-24 tahun sudah menikah ketika usia mereka masih 18 tahun. Dan top chart pernikahan dini diduduki oleh Pulau Jawa, dengan angka 668.900.

Berbeda hal dengan beberapa Negara di Eropa ataupun Amerika, kebanyakan dari masyarakat disana lebih memilih untuk menunda pernikahan sampai mereka matang secara mental dan finansial. Imbasnya, trend tinggal bersama di Eropa - Cohabitation - justru mengalami kenaikan secara drastis. Sebuah data menunjukkan setengah penduduk berusia 18-30 tahun di Eropa masih enggan untuk menikah karena mereka masih belum siap secara finansial.

Oh iya, menurut data dari Kementerian Agama, angka perceraian di Indonesia per Agustus 2020 mencapai 306.688 kasus. Dan rata-rata jumlah perceraian ini mencapai seperempat dari total 2 Juta pernikahan dalam satu tahun. *CMIIW

.......

Google menawar lagi: "Apakah kamu ingin segera menikah?" ah google sok tahu..

Jika kamu berpikiran Saya akan melarang dan mengata-ngatai orang yang ingin nikah muda, berarti kamu sama saja seperti Google.. sok tahu

Saya tidak memiliki kapasitas untuk melarang suatu keinginan orang.

Ingin menikah di usia muda sebenarnya sah-sah saja dilakukan. Toh orang-orang disekitar kamu tidak akan ikut andil dalam permasalahan kehidupan berumah tanggamu nanti setelah menikah. Mereka juga tidak akan ikut patungan membayar biaya pesta pernikahan yang nilainya lumayan fantastis karena gengsi orang Indonesia itu masih besar. Bahkan trend menikah muda sedang hype sekali kan? Demi menghindari zinahhhhh.. jadi tidak perlu pacaran terlalu lama, langsung menikah saja.

Jika nanti ada permasalahan dirumah tangga? Ahhh, pikir nanti.. Yang penting halal saja dulu, permasalahan bisa kok dibicarakan baik-baik.

Kalian belum terlalu mengenal satu sama lain loh, emang kamu sudah mengenal dia luar dan dalam seperti apa? Pasanganmu akan menemanimu sampai tua loh? Hmm, bukan rumah tangga namanya jika tidak ada kerikil-kerikil kecil, sifat-sifat tidak baik lambat laun juga akan hilang sesuai bertambahnya umur dalam berumah tangga kok.

Tapi kan masih muda? Ga takut ga bisa main lagi? Elah, itu gampang.. tinggal bilang saja kerja, lalu pulang sedikit telat..

Ta-tapikan, bagaimana jika finansial belum terlalu matang? Yaudah sih percaya aja, anak bakalan bawa rezeki. Toh jika masih kurang, ada 4 orang tua yang masih siap membantu menjadi donatur tetap dikehidupan berumah tanggamu.

Ih aku ga mau deh nikah muda! Yaudah terserah, padahal menikah itu termasuk dalam ibadah.

.......

Perlu digaris bawahi, bahwa kalimat-kalimat yang baru saja Saya sebutkan diatas adalah kutipan-kutipan yang Saya kumpulkan dari pernyataan orang-orang disekitar Saya, Saya tidak mau jika semua pembaca akan mengira bahwa Saya sedang menyinggung orang lain atau beberapa pihak terkait.

Tidak ada yang melarang pilihanmu untuk menikah muda, tapi jika ingin segera menikah hanya berlandaskan "supaya cepat halal, dan tidak zinah", Saya mungkin akan menjadi orang pertama yang mengatakan ketidaksetujuan Saya. Menikah bukan semata-mata hanya ingin ho-oh-ho-oh-an tidak digerebek warga. Pasanganmu itu akan menjadi temanmu, dan dia akan kamu lihat setiap hari selama hidupmu bukan?

Berlandaskan untuk menghindari pacaran agar tidak berzinah...

Bukankah pacaran adalah salah satu esensi dari sebuah hubungan manusia? Saling memberi pengaruh, mencari kecocokan, dan seleksi alam apakah manusia tersebut layak menjadi orang yang akan terus berada disamping kita? Tidak hanya dalam urusan dua insan beda kelamin. Pada akhirnya kita berteman, berbisnis dan berhubungan dengan siapapun harus memiliki titik temu berdasarkan kecocokan, kesamaan, rasa aman dan nyaman.

Emang kamu mau, ketika sudah menikah tiba-tiba pasanganmu ternyata adalah Raja Takeshi dalam variety show Benteng Takeshi? Atau ternyata dia adalah Rudi Wowor yang berperan di iklan Snickers "MEMBOSANKAN!"

Mau menikah muda, menikah jika sudah matang, atau tidak menikah adalah pilihan masing-masing individu yang harus dihargai. Yang perlu di ingat pada saat sudah menikah adalah perkataan-perkataan manis yang sudah terucap sebelum menikah. Konsisten akan perkataan manis memang sangat susah, tapi semua pasangan harus mampu menunaikan perkataannya dalam kondisi apapun setelah menikah bukan? Apakah kamu akan menunaikan janji-janji indah yang sudah dilontarkan pada saat sebelum menikah? Atau janji-janji itu hanya akan menjadi sebatas jika?

Ibaratkan kamu sedang melihat pengemis dijalan, lalu kamu berangan-angan dan berkata dalam hati "Jika nanti aku sukses dan punya banyak uang, aku akan lebih sering memberi sedekah pada para pengemis". Tapi apakah kata-kata itu akan ditunaikan ketika kamu sudah sukses dan memiliki banyak uang? Atau kata-kata itu hanya akan menjadi sebatas 'jika'?

Menikahlah bukan untuk bercerai, tapi menikahlah untuk dapat bercerita dan tertawa bersama hingga nanti kamu dan pasanganmu tidak bisa lagi melakukan apa-apa pada saat sudah tua.

Gipsy Marpaung
Desember, Tahun tikus logam.
Read More »

Celotehan Sok Bijak

KARYA(?)

Rabu, Desember 02, 2020

Instalasi Pisang Dilakban Dari Maurizio Cattelan
Sebelum memulai semuanya izinkan Saya untuk menyalin kata-kata sakti yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini (speech ala pak RT) melalui salah satu buku sakral masyarakat Indonesia.

Menurut KBBI, Karya adalah:

/kar·ya/ n 1 pekerjaan; 2 hasil perbuatan; buatan; ciptaan (terutama hasil karangan)


Karya sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kriya yang berarti 'mengerjakan', dari akar kata tersebut kemudian terbentuklah kata karya, kriya, kerja.

Linimasa semua sosial media sedang asyik-asyiknya membahas kata ini. Lebih ke perdebatan dan penyalahgunaan kata, mungkin. Jargon-jargon barunya adalah "balas dengan karya", "bisa tidak kamu buat karya", "bisanya menghina, punya karya saja tidak" yang entah siapa pencipta pertama jargon-jargon ambigu ini.

Lalu menurut kamu, karya itu apa?

Mari kita bahas sesuai sudut pandang dan asumsi pribadi Saya..

Jika merunut pada artian karya melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia, semua hasil perbuatan (ciptaan) seseorang adalah merupakan sebuah karya. Sebagaimana mestinya ciptaan, Saya, Kamu, Mereka, dan semua orang yang berada digalaksi bima sakti adalah sebuah karya. Karya orang tua kita masing-masing.

Tapi tunggu dulu, Saya tidak akan membahas karya dalam sudut pandang rumit. Seperti biasa, ke-sok-tahu-an Saya hanya sebatas menjelaskan dan menganalogikannya secara sederhana dan tidak neko-neko kalau kata orang Jawa.

Jika berbicara mengenai karya, Saya mungkin akan setuju dengan pihak-pihak yang mengatakan bahwa 'karya itu tidak ada yang jelek, selera orang saja yang berbeda'. Itu benar, dan kita semua sebenarnya harus meng-amini kata-kata tersebut. Sama halnya ketika orang berkata 'semua benda/barang yang ada dimuka bumi bisa dijual, pada pasar yang tepat'. Bahkan kotoran hewan pun bisa dijual bukan?

Kamu boleh tidak setuju, dan kamu boleh mengomentari, mengkritik, atau bahkan menghina sebuah karya/ciptaan yang tidak sesuai dengan selera kamu. Tapi tahukah kamu bahwa ada seorang seniman jalanan bernama Jean Michel Basquiat yang telah berhasil dikenal oleh banyak orang padahal hasil lukisannya terlihat seperti anak umur 5 tahun sedang menggambar?

Jean Michel Basquiat adalah seorang seniman jalanan yang muncul disaat rakyat Amerika mengalami ketegangan dengan berbagai krisis dan kekhawatiran. Melalui karya-karyanya yang nyeleneh, kita dapat melihat banyak kritik mengenai isu diskriminasi, ketidaksetaraan ras, hingga isu perbudakan yang banyak dikaitkan sebagai produk neo-kolonialisme; yang tanpa disadari sudah mengontrol negara-negara bekas jajahan seperti yang terjadi di Afrika dan Asia.

Merujuk pada kata 'karya sesuai selera' mengenai Basquiat, semua lukisannya memang tidak akan berarti apa-apa untuk kamu-kamu yang sekarang sedang duduk sambil scrolling Instagram dan mungkin akan berkata "gambar apa ini? anak sd juga bisa". Tapi beda halnya dengan orang-orang yang diwakilkan oleh lukisan-lukisan Basquiat mengenai diskriminasi ras. Bagi mereka, karya Basquiat adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kejadian nyata yang sedang menimpa mereka. Mereka membutuhkan sebuah media untuk membuat cara pandang, dan perumpamaan baru untuk mencari solusi bagi persoalan yang muncul. Bagi mereka, karya Basquiat telah berhasil merepresentasikan kekhawatiran masyarakat mengenai isu-isu yang sedang panas pada saat itu.

Oh iya, di Indonesia juga ada Basquiat sok eksentrik new generation ala-ala... hehehehehehehehehehe

Jangan julid. Oke back to the topic..

Kata karya menjadi perdebatan panas bagi para 'pencipta' dan 'penikmat'. Beberapa orang yang mengaku sebagai 'pencipta karya' tidak suka jika orang lain menghina dan mengata-ngatai karya yang sudah mereka buat. Beberapa orang yang mengaku pencipta karya ini mulai mengeluarkan jargon khas yaitu "balas dengan karya", "bacot, bikin karya sana kalau bisa", dan jargon-jargon ngegas lain yang kalau dilihat dari sudut pandang pak RT di gang Saya itu aneh.

Memandang sebuah karya itu jelek memang sedikit salah, tapi semua orang boleh mengemukakan pendapat, mengomentari, atau bahkan menghina. Semua orang memiliki hak untuk mengomentari apapun yang mereka lihat. Jika semua orang yang mengaku pencipta mengatakan "harus buat yang serupa maka kamu boleh mengkritiknya" maka website Rotten Tomatoes tidak akan pernah dibuat. Atau bahkan Acara masak memasak ditelevisi juga tidak akan ada karena belum tentu jurinya pernah memasak apa yang peserta masak... Dan, semua orang tidak boleh mengomentari rendang alot dan tidak enak yang tersedia diprasmanan acara pernikahan orang karena rendang tersebut adalah sebuah maha karya dari para ibu-ibu komplek yang gotong royong memasak untuk hidangan pesta.

Kesalahan terletak pada statement Si pencipta karya "kamu harus buat karya, baru kamu boleh mengomentari karya Saya". Ya itu namanya pemikiran saklek. Semua orang yang mengaku adalah pencipta (creator) harusnya paham dengan kondisi tersebut. Semua hasil ciptaan/karya yang sudah dibagikan ke khalayak ramai pasti akan menimbulkan pro/kontra. Jika tidak ingin dikomentari, cukup ciptakan lalu disimpan. As simple as that

.........

Sebelum tulisan ini berakhir, Saya ingin bertanya mengenai satu hal yang sedikit membingungkan Saya beberapa hari kebelakang dan kamu wajib menjawab pertanyaan yang Saya lontarkan, tapi sebelum itu, marilah kita semua sepakat dan menyamakan persepsi untuk mengatakan bahwa apapun yang sudah orang-orang unggah ke media sosial (dalam bentuk gambar/video/tulisan) merupakan sebuah karya. Lalu...

Apakah seseorang (yang melabeli dirinya seorang creator) yang mengunggah video dirinya sedang berjoget dengan latar belakang lagu-lagu remix (mostly tiktok users) adalah seorang 'pencipta karya' dan unggahannya adalah sebuah karya?

Gipsy Marpaung
02 Desember 2020.
Read More »