Daily Absurd

KOTA GUDEG [REKAP 3.0]

Sabtu, Desember 07, 2019

Img Src: dolandolen.com


Sebelumnya. Tulisan ini akan sangat panjang dan memakan waktu yang lumayan lama untuk membacanya. Saya usahakan untuk menyingkatnya, tetapi akan sangat sulit mengingat Saya terlalu cinta dengan Kota Yogyakarta.

......

Ahhh.. Akhirnya Saya kembali lagi ke Jogja. Kota yang katanya akan membuat kita semua rindu jika kita tinggal barang sebentar.

Takdir apa sebenarnya yang membawa Saya kembali menginjakkan kaki di kota ini. Sedih rasanya jika harus menjauh, lalu dipaksa untuk melupakan semua sejarah yang sudah pernah Saya tuliskan di kota ini.

Saya mengalami banyak perubahan masa di kota ini. Menerimanya, dan menjalaninya. Karena Saya tahu, semua ada masanya, dan setiap masa ada batas waktunya.

Saya juga belajar menerima banyak sudut pandang baru, dipaksa untuk kalah dalam beberapa situasi.

Jogja sudah menjadi tempat yang sangat baik untuk Saya menjadi dewasa.

......

Senang rasanya bertemu kembali dengan Bapak kos pendiam yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Senang rasanya bertemu dengan A'a burjo berambut emo yang terlalu sok akrab. Bahagia juga rasanya bertemu lagi dengan beberapa teman yang masih tersisa disana. Meskipun ada beberapa diantara mereka yang sudah sibuk bekerja untuk belajar menghidupi diri sendiri. Saya turut senang.

Ada pula beberapa yang masih sibuk dan berkutat dengan skripsi yang tak kunjung selesai walau semester sudah tidak terhitung. Kemungkinannya bisa di ibaratkan dengan biner, 0 atau 1, iya atau tidak, benar atau salah, lanjut atau berhenti.

Kembalinya Saya ke Jogja sebenarnya bertujuan untuk menghadiri acara wisuda teman Saya yang akan berlangsung pada akhir Oktober lalu. Meskipun Saya harus datang lebih awal karena sudah sangat rindu dengan suasana kota Jogjakarta.

Rutinitas kembali berjalan layaknya 2 atau 3 tahun lalu...

Saya menjadi Gipsy yang selalu bangun siang.
Saya menjadi Gipsy yang suka tidur pagi.
Saya menjadi Gipsy yang terlalu malas untuk mengerjakan sesuatu.
Saya menjadi Gipsy yang, tidak pantas untuk ditiru.

Tapi disitulah letak kerinduan Saya. Berbincang dengan salah satu teman, membahas mengenai apakah bumi itu bulat atau datar, hingga pembahasan yang lebih serius mengenai agama dan kehidupan. Semua kami rangkum dalam percakapan satu malam, lalu melupakan semuanya ketika terbangun dari tidur.

Kunjungan Saya ke Jogja kali ini sangat menyenangkan bagi Saya. Saya berhasil pergi ke beberapa tempat yang belum pernah Saya kunjungi sebelumnya, selama Saya hidup di Jogja 4 tahun lamanya. Hingga tidak sadar, waktu Saya tinggal beberapa hari lagi sebelum tiket pesawat memaksa Saya untuk pulang.

Entah takdir apalagi.. 3 hari sebelum kepulangan, Saya berbicara dengan salah satu sahabat yang merangkap menjadi bos Saya. Membahas project youtube yang sudah berjalan dengan angka pengikut yang cukup tinggi, dan blablabla. Akhirnya kami berdua sepakat untuk melakukan reschedule pada tiket kepulangan yang sudah Saya pesan.

Kepulangan Saya diundur untuk waktu yang lumayan lama. 1 bulan. Betapa senangnya Saya kala itu, ketika harus lebih lama merasakan keindahan kota gudeg ini.

Batalnya kepulangan Saya membawa sebuah alur yang sangat menarik. Salah satu teman Saya yang dulu pernah mengontrak bersama, tiba-tiba memutuskan untuk datang juga ke Jogja menyusul Saya. Dan yang paling membuat Saya tidak habis pikir adalah, dia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya agar bisa datang ke Jogja. Katanya, tidak akan dapat cuti jika tidak mengeluarkan diri.

Sungguh teman yang bodoh.

Dia berasal dari Kendari, dan ketika SMA diboyong oleh orang tuanya pindah ke Flores karena ada beberapa hal penting. Kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Jogja, yang akhirnya membawa Saya bertemu dengannya di kelas perkuliahan.

Menurutnya, dia adalah orang paling tampan disana karena memiliki fisik yang sangat berbeda dari kebanyakan orang-orang di Flores. Bangsatnya, dia mengatakan hal tersebut secara sadar, tidak sedang dipengaruhi oleh alkohol ataupun obat terlarang.

Padahal, dia sempat bercerita bahwa sudah ditolak hingga 7 kali ketika menyatakan cinta kepada salah satu perempuan yang ada di kelas Saya.

.......

Dengan effort yang sangat tinggi hingga harus menaiki kapal selama 3 hari dan ditambah bis 1 hari membuat Saya begitu senang kedatangan sahabat yang sudah lebih dari 2 tahun tidak bertemu

FYI: Dia tidak menyelesaikan kuliahnya karena beberapa hal yang tidak semestinya Saya ceritakan disini. Membuat dia harus pulang ke Flores pada tahun 2017.

Oh iya, satu lagi kebaikan dari dia yang sepertinya harus Saya ceritakan disini, dan akan Saya ingat sampai kapanpun.

Dulu ketika kami masih tinggal di kos masing-masing, dan kami saling tidak memiliki uang, dia datang ke kos Saya dengan berjalan kaki, padahal kos kami letaknya lumayan jauh. Saya bercerita bahwa Saya belum makan dan bermaksud ingin meminjam uangnya.

Lalu dia menunjukkan ke Saya bahwa uang didompetnya hanya tersisa Rp 6000. Dan kau tahu apa yang dia lakukan? Dia tiba-tiba pergi, mungkin hampir 10 menit, lalu kembali membawa bungkusan nasi telur, dan mengajak Saya untuk makan bersama.

Kau tahu, ketidak pedulian Saya terhadap orang sebelumnya seakan luntur begitu saja ketika mendapat perlakuan seperti itu. Dan mulai detik itu juga, Saya memiliki janji kepada diri Saya sendiri, bahwa Saya akan mengingat apa yang telah dia lakukan kepada Saya sampai kapanpun.

Kebaikan kecil dia merubah sudut pandang Saya mengenai orang lain. Perlakuan kecilnya benar-benar bisa membuat Saya sadar bahwa kebaikan sekecil apapun yang kau lakukan, memiliki dampak yang sangat besar bagi orang yang menerimanya.

Dia bernama Alan Bakhri. Saya pantas menyebut namanya.

........

Time skip

Waktu terasa begitu cepat ketika Saya berada disini. Hingga hari dimana acara wisuda teman Saya dilaksanakan.

Beberapa teman Saya yang sudah memiliki pekerjaan baru, dan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya juga menyempatkan diri untuk datang ke acara wisuda ini. Saya sudah menyadari sejak dimana hari ujian skripsi Saya dilakukan, bahwa mereka adalah teman-teman yang baik dan begitu spesial.

Bahagia tentunya, sahabat kami akhirnya menyelesaikan pendidikannya. Mendapatkan gelar yang selama ini menjadi impian kami. *Meskipun si pemilik acara pasti sedih karena tidak akan mendapatkan beasiswa dari orang tua lagi*

Layaknya ritual yang mungkin juga dilakukan perkumpulan lain. Kami juga memiliki ritual tersendiri, yaitu selalu merayakan sesuatu yang baik dengan acara makan-makan ditempat yang selalu sama. Bale Bebakaran yang terletak di Jl. Wahid Hasyim. Intinya bukan terletak pada "apa yang harus kami makan", tetapi kebersamaan secara fisik, berbincang, bercanda, tertawa bersama untuk sekedar melupakan rutinitas membosankan dari masing-masing kehidupan.

Beberapa hari setelah acara wisuda, teman-teman Saya sudah kembali ke kehidupannya lagi. Mereka yang sibuk bekerja, mereka yang sibuk memantapkan diri untuk meminang kekasih hatinya.

Kos kembali sepi...

Si empunya acara wisuda juga sudah diharuskan pulang ke tempat asalnya karena sudah resmi menjadi Guru disebuah sekolah menengah kejuruan disana.

Hanya tersisa Saya, dan beberapa lembar tulisan yang barusan Saya tulis.

Lagipula, tanggal kepulangan Saya yang tertera ditiket juga sebentar lagi akan tiba.

.....

Besok Saya akan pulang. Saya sudah meninggalkan banyak kenangan manis di kota ini untuk sekali lagi. Saya sudah memantapkan diri untuk mengemas semua baju. Besok Saya pulang!

Tapi, lagi dan lagi, malam sebelum Saya pulang, salah satu teman Saya yang juga berasal dari Pontianak datang untuk menitipkan sesuatu. Dan dengan sengaja dia bercerita bahwa temannya baru saja mengalami hal yang tidak mengenakan. Dia bercerita bahwa baru kemarin temannya gagal pulang ke Pontianak perihal pesawat yang ditumpangi mengalami kerusakan saat ingin melakukan Take Off dari bandara Adisucipto. Seketika badan Saya gemetar. Saya ragu untuk pulang, karena pesawat yang akan Saya tumpangi adalah pesawat yang Sama dengan yang ditumpangi oleh temannya.

Sekedar informasi. Saya sangat takut naik pesawat. Entah kenapa, meskipun sudah sering dan berkali-kali Saya menggunakan moda transportasi ini, ketakutan Saya tidak pernah hilang. Saya sudah sering mengakalinya dengan tidak tidur seharian, agar ketika diatas Saya dapat tertidur pulas, lalu bangun ketika sudah sampai. Nyatanya, Saya tetap tidak bisa tidur!

Ketakutan ini tidak mendasar sebenarnya, Saya tidak bisa menjelaskan kenapa ketakutan ini bisa timbul dan kenapa susah sekali melawan ketakutan ini.

Kau pasti punya satu ketakutan juga bukan?

Setelah berbicara melalui telpon dengan orang tua, akhirnya Saya memutuskan untuk Reschedule lagi. Kedua kalinya.

Saya merasa ragu, dan ketakutan Saya menang malam itu.

Alhasil, Saya menunggu lagi hingga akhir November.

Jika kau percaya takdir, mungkin itulah takdir Saya.

......

Pada akhir Oktober, kampus Saya membuka lowongan pekerjaan menjadi Staff Kependidikan, dan Saya mendaftar. Saya rasa, batalnya kepulangan Saya bermaksud untuk ini.

Dan batalnya kepulangan Saya juga membawa beberapa pengalaman baru. Saya diajak untuk camping di sebuah bukit di Gunung Merapi dengan beberapa teman Saya. Dan mengunjungi banyaknya tempat baru yang belum pernah Saya datangi sebelumnya. Oh iya, teman Saya dari Flores juga membatalkan kepulangannya, karena Saya juga belum pulang.

Batalnya kepulangan Saya juga berakibat dengan keikutsertaan Saya menjalankan sebuah project dari teman Saya yang sudah lama bergelut dibidang videography. Dia mengajak Saya untuk menjadi penulis script dalam proyek terbarunya. Dan hal itu berlanjut hingga sekarang. Dia tetap memakai Saya untuk menjadi penulis dibeberapa video garapannya.

Sedikit berpikir, apakah jika Saya pulang, kejadian seperti itu akan tetap ada?
Saya rasa, yang Saya pilih menjadi pilihan terbaik untuk Saya.

......

Time Skip

Lagi-lagi, Saya harus pulang besok. Saya sudah menyiapkan semuanya, lagi. Ditambah, Saya harus membawa bakpia pesanan kakak Saya yang totalnya 24 bungkus. Meskipun sebenarnya Saya adalah orang yang sangat malas membawa apa-apa ketika berpergian, tapi ini pengecualian. Saya ingin mengembalikan hubungan baik yang sebelumnya sempat rusak dengan kakak Saya.

Saya sudah mengemas semuanya dengan rapi, dan siap untuk pulang besok.

Mengambil penerbangan pertama. Pagi hari. Karena sengaja agar Saya tidak tidur pada malamnya, dan berharap (lagi) dapat tertidur nyenyak dan bangun ketika sudah sampai di Pontianak.

Sedikit terburu-buru waktu itu, karena ada anak kos yang mandi sangat lama. Membuat Saya dan teman Saya harus ugal-ugalan dijalan agar tidak terlambat. Meskipun perasaan sudah tidak nyaman, tapi kepulangan Saya tidak boleh ditunda lagi, karena Saya membawa pesanan kakak Saya yang harus dibawa kesana.

Kita punya rencana, tapi Tuhan yang punya acara.

Saya terlambat. Pesawat sudah take off sedari tadi. Tiket Saya hangus. Saya yang sudah tidak tidur semalaman, dan dalam keadaan capek karena harus berlarian menjadi sangat emosi waktu itu. Customers Service yang ada di Terminal B keberangkatan menjadi pelampiasan Saya. Segala makian Saya keluarkan, hingga Saya sadar, bahwa semua itu tidak ada gunanya. Dia adalah seseorang yang memang dipekerjakan untuk menangani konsumen yang marah. Jadi, mau bagaimanapun, kekesalan Saya akhirnya Saya simpan.

Saya yang memilih semuanya, dan Saya tidak boleh menyalahkan orang lain atas pilihan yang sudah Saya buat. Kembali tidur adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan sekarang. Setelah sebelumnya memesan tiket untuk penerbangan sore nanti.

Mungkin karena tadi pagi Saya belum berpamitan dengan Bapak Kos terbaik di galaksi Bima Sakti.

Kantuk mulai menyerang, lalu tertidur pulas melupakan berbagai masalah yang sudah terjadi pagi ini.

....................

Kalian percaya dengan takdir?

Sebagian orang menganggap takdir itu ada, dan sebagian lagi menganggap blablabla.

Saya termasuk pada golongan orang-orang yang percaya dan menganggap takdir itu ada.

Jika bisa Saya ibaratkan, takdir itu seperti flowchart maha rumit yang telah diciptakan oleh Tuhan. Semua sudah ditentukan, hanya saja, arah jarum mana yang akan kita pilih untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.

Untuk itu pula, Saya sangat tidak setuju dengan kata-kata "Your past doesn't define your future". Karena apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu, semuanya berdampak pada flowchart kehidupan kita dimasa mendatang. Tergantung arah mana yang ingin kau pilih, menjadi lebih baik, atau menjadi lebih beringas.

......

Saya berada diruang tunggu sekarang. Melihat sekeliling yang sibuk dengan urusannya masing-masing, sembari duduk melamun membayangkan semua yang telah Saya lakukan di kota ini dalam beberapa bulan terakhir. Kilas balik yang akan membuat Saya rindu jika sudah pulang.

Rindu dengan segala yang dimiliki Jogja.
Rindu dengan orang-orang baiknya.
Rindu dengan sahabat-sahabat yang masih setia di Jogja.
Rindu dengan seseorang.

"Saya akan kesini lagi!" Ucapan Saya memantapkan semuanya.

Pesawat melaju, seluruh angan terbawa terbang, keinginan untuk kembali semakin menggebu. Duduk diam mengamati sekitar, sesekali bernyanyi lirih lagu Medicine dari Bring Me the Horizon. Rasa kantuk seakan mengajak untuk sebentar melupakan Jogja. Sedikit terlelap...

Tapi terbangun gara-gara turbulensi... BAJINGANNN!!!! KENAPA SIH TIDAK BISA SEKALI SAJA TIDUR NYENYAK DIDALAM PESAWAT!!!!

......

(Sepertinya Saya harus membuat tulisan yang membahas lebih detail mengenenai sahabat Saya bernama Alan dilain waktu)

Peace, love and gaul!
Read More »